Catatan karier Ons Jabeur atau Elena Rybakina akan bertambah dengan gelar juara Wimbledon. Final tunggal putri itu mempertemukan dua petenis yang belum pernah merasakan tampil dalam final Grand Slam.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
LONDON, JUMAT — Kepada tim pelatihnya setelah menjalani Wimbledon 2021, Ons Jabeur mengatakan bahwa dia akan kembali ke All England Club, London, Inggris, untuk menjadi juara. Satu kemenangan lagi, atas Elena Rybakina, akan membuat cita-cita itu terwujud.
Laga Jabeur melawan Rybakina di Lapangan Utama, Sabtu (9/7/2022), menjadi final pertama sepanjang Wimbledon era Terbuka (sejak 1968) yang mempertemukan dua finalis baru. Salah satu di antara mereka akan menjadi juara baru tunggal putri ke-12 dari 22 Grand Slam terakhir sejak 2017.
Jabeur, asal Tunisia, menjadi tunggal putri pertama bangsa Arab yang mencapai final Grand Slam setelah dia mengalahkan Tatjana Maria 6-2, 3-6, 6-1 pada semifinal. Adapun Rybakina, petenis kelahiran Rusia yang bermain untuk Kazakhstan sejak 2018, mengalahkan juara Wimbledon 2019, Simona Halep, 6-3, 6-3.
Rasa optimistis Jabeur untuk bisa menjuarai Wimbledon tumbuh setahun lalu ketika dia bisa mencapai perempat final. Dia memperlihatkan penampilan gemilang dengan mengalahkan lima kali juara Wimbledon, Venus Williams, Garbine Muguruza (juara 2017), dan Iga Swiatek yang saat ini menjadi tunggal putra nomor satu dunia.
Saya tak akan berbohong. Mimpi saya menjadi juara Wimbledon dimulai tahun lalu. Saya sangat menikmati bermain di sini dan suka dengan atmosfer yang muncul dari penonton.
”Saya tak akan berbohong. Mimpi saya menjadi juara Wimbledon dimulai tahun lalu. Saya sangat menikmati bermain di sini dan suka dengan atmosfer yang muncul dari penonton,” kata Jabeur.
Perempat final yang dicapainya pada 2021 menjadi perjalanan terpanjang Jabeur di Wimbledon. Sejak kalah pada babak pertama 2017 dalam debutnya, dia tersingkir di babak kedua lalu babak pertama pada dua musim berikutnya. Adapun Wimbledon 2020 tak digelar karena pandemi Covid-19. Maka, petenis berusia 27 tahun itu baru benar-benar merasa nyaman tampil di Wimbledon pada 2021.
Tak hanya dengan suasana, Jabeur pun mulai merasa karakter permaianannya cocok di lapangan rumput. Di atas lapangan yang semula dinilainya rumit itu, Jabeur bisa bebas memperagakan gaya mainnya yang variatif, antara groundstroke keras dengan pukulan slice dan dropshot. Cara itu membuat lawan harus selalu siap untuk selalu berlari dengan arah yang sulit ditebak.
Dari pengalaman itulah, Jabeur menegaskan kepada pelatih mentalnya, Melanie Maillard, bahwa dia akan kembali pada 2022 untuk juara. “Tahun lalu, Melanie menjawab saya dengan mengatakan, ‘Ya, kamu akan juara’. Melanie tahu jika cita-cita itu saya tanamkan dalam benak, saya akan mencapainya. Kini, tinggal selangkah lagi menuju impian itu. Saya berharap semoga akan terwujud,” tutur petenis asal Tunisa itu.
Selain pengalaman 2021, kekalahan dalam babak pertama pada Grand Slam sebelumnya, yaitu Perancis Terbuka, menjadi sumber motivasi lain. Jabeur sebenarnya menjadi salah satu favorit juara di Paris, selain Swiatek, karena dia tiba dengan gelar juara WTA 1000 Madrid dan menjadi finalis WTA 1000 Roma. Namun, yang didapat di Roland Garros justru kekecewaan.
Setelah itu, Jabeur mengeset ulang emosi dan semua persiapan untuk menghadapi musim kompetisi lapangan rumput. Anggota tim pendukung membantunya mempertahankan kepercayaan diri karena Jabeur terkadang ragu bisa mencapai final atau juara Grand Slam.
Jika momen itu terjadi, Jabeur pun harus mengingatkan diri sendiri tentang motivasinya bermain tenis. “Saya harus mengingat momen-momen yang membuat saya menikmati tenis. Setelah itu, motivasi saya bangkit lagi,” katanya.
Motivasi itu harus dipertahankannya untuk level pertandingan tertinggi yang dijalani sejak menjadi petenis profesional pada 2010. Jabeur unggul 2-1 atas Rybakina, tetapi statistik tersebut bisa saja tak berpengaruh karena keduanya belum berpengalaman tampil pada final Grand Slam.
”Saya dan Ons pasti gugup saat memasuki Lapangan Utama karena kami akan bertemu di final. Namun, itu adalah tantangan, mental saya harus kuat,” kata Rybakina yang pertama kali mengenal Jabeur pada 2018 saat mereka tampil pada turnamen WTA 125K di Chicago, Amerika Serikat. ”Saya datang bersama ayah dan kami bertemu Ons. Dia sangat baik, membantu saya mencarikan klub tenis karena dia mempunyai mobil,” lanjut petenis berusia 23 tahun itu.
Meski lahir di Moskwa, Rusia, Rybakina bermain atas nama Kazakhstan. Itu terjadi sejak perjalanannya sebagai petenis dibantu Federasi Tenis Kazakhstan pada 2018. Bantuan tersebut membuatnya bisa menjalani cita-cita sebagai petenis profesional, berbeda dengan keinginan ayahnya yang menginginkan Rybakina fokus pada pendidikan.
”Saya senang mewakili Kazakhstan. Mereka percaya kepada saya. Perjalanan saya untuk Kazakhstan cukup panjang. Saya bermain di Piala Fed dan Olimpiade. Perasaan saya tak perlu dipertanyakan lagi,” kata petenis yang memiliki gaya main berbeda dengan Jabeur. Rybakina dikenal sebagai petenis dengan modal kekuatan penuh dalam setiap pukulan.
”Saya dan Ons akan menjalani petualangan ini bersama. Rasanya sangat menyenangkan bahwa kami membuat sejarah,” ujar Rybakina.
Kyrgios gugup
Tunggal putra Australia, Nick Kyrgios, merasa gugup begitu mengetahui akan tampil pada final Wimbledon yang merupakan final pertamanya di arena Grand Slam. Dia sulit tidur begitu mengetahui Rafael Nadal, yang seharusnya menjadi lawannya pada semifinal, mengundurkan diri sebelum bertanding karena robek otot perut sepanjang 7 milimeter.
Pengunduran diri, yang diumumkan pada Kamis itu, membuat Kyrgios lolos ke final tanpa harus bersaing pada semifinal. Lawannya dalam perebutan trofi juara adalah pemenang semifinal lain, Novak Djokovic melawan Cameron Norrie, yang berlangsung Jumat tengah malam hingga Sabtu dini hari waktu Indonesia.
”Banyak yang ada dalam pikiran saya, terutama tentang final Wimbledon. Saya tak tahu apa-apa tentang final Grand Slam, tentang suasana dan emosi yang bisa dirasakan. Itu semua ada dalam pikiran hingga saya sulit tidur,” kata petenis peringkat ke-40 dunia itu. (AP/AFP)