Kisah Para Pembuat Kejutan di Lapangan Rumput Wimbledon
Wimbledon bukan hanya menjadi panggung bagi petenis top. Dalam Grand Slam lapangan rumput itu, ada para pembuat kejutan dengan kisah masing-masing yang unik.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Persaingan Wimbledon, khususnya pada tunggal putri, diwarnai banyak kejutan dengan hadirnya sembilan petenis non unggulan dari 16 petenis yang tampil pada babak keempat. Pada tunggal putra, Jason Kubler, juga, akan tampil pada babak keempat setelah menapak dari babak kualifikasi. Kisah hidup berbeda membawa mereka pada perjalanan terbaik sebagai petenis profesional.
Salah satu di antara tujuh tunggal putri non unggulan itu, bahkan, menjadi yang pertama lolos ke perempat final. Petenis Ceko berperingkat ke-66 dunia, Marie Bouzkova, mengalahkan Caroline Garcia 7-5, 6-2 pada babak keempat di All England Club, London, Inggris, Minggu (3/7/2022).
Ini menjadi prestasi terbaik Bouzkova yang tak pernah melewati babak kedua Grand Slam sejak debut pada AS Terbuka 2018. Sebelum mencapai perempat final, dia membuat kejutan pada laga awal di Wimbledon 2022 dengan mengalahkan unggulan ketujuh, Danielle Collins.
Saya tak tahu bagaimana caranya bisa sampai pada tahap ini. Kami akan merayakannya dengan stroberi dan krim.
“Saya tak tahu bagaimana caranya bisa sampai pada tahap ini. Kami akan merayakannya dengan stroberi dan krim,” kata Bouzkova.
Namun, petenis yang menjadi bahan pembicaraan hangat pada Grand Slam lapangan rumput tahun ini adalah tunggal putri Perancis, Harmony Tan. Petenis Perancis keturunan Vietnam dan Kamboja itu menyingkirkan tujuh kali juara Wimbledon, Serena Williams, pada babak pertama, 7-5, 1-6, 7-6 (10-7), dalam pertandingan selama tiga jam 11 menit.
Perjalanan Tan ternyata berlanjut dan dia akan tampil pada babak keempat melawan Amanda Anisimova, pada Senin. Kemenangan atas Katie Boulter 6-1, 6-1 pada babak ketiga, Sabtu waktu setempat, bahkan, hanya didapat dalam waktu 51 menit.
Hasil tersebut diraih Tan, yang berperingkat ke-115 dunia, dalam debutnya di All England. Dia memiliki cerita unik ketika akhirnya memilih tenis dibandingkan menekuni hobil lain menjadi profesi, yaitu menari, judo, selancar air, dan bermain piano.
Saat usia delapan tahun, saya terjatuh dari eskalator di sekolah. Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saat guru, polisi, dan banyak orang mengelilingi saya, kalimat pertama yang saya katakana adalah, "Apakah saya masih bisa bermain tenis?"
“Saat usia delapan tahun, saya terjatuh dari eskalator di sekolah. Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saat guru, polisi, dan banyak orang mengelilingi saya, kalimat pertama yang saya katakana adalah, ‘Apakah saya masih bisa bermain tenis?’ Pada akhirnya saya menyadari, momen itu membuat saya ingin berada di dunia tenis,” ujar Tan dalam laman resmi WTA.
Namun, oleh Federasi Tenis Perancis, Tan yang berusia muda dinilai tak memiliki kemampuan baik. Maka, dia pun melewatkan kompetisi di kategori yunior. “Sangat berat bagi saya karena tak ada yang menolong saya. Selain itu, saya juga kesulitan ekonomi untuk mengikuti turnamen yunior . Jadi, saya langsung mengikuti turnamen ITF,” kata petenis yang bersaing di arena profesional sejak 2012 itu.
Pertemuan dengan mantan petenis Perancis, Natalie Tauziat, akhirnya membuatnya percaya diri. Dia melatih Tan sejak 2016. Sejak November 2021, Tauziat mendatangkan Sam Sumyk untuk menjadi bagian dari pelatih. Sumyk pernah menjadi pelatih beberapa petenis, seperti Donna Vekic, Victoria Azarenka, dan Garbine Muguruza. Keberadaannya membantu Tan bermain lebih agresif.
Pilihan hidupnya karena kecelakaan saat kecil, kini membawanya pada pengalaman terbaik di lapangan tenis, meski dia sempat ketakutan ketika undian mempertemukannya dengan Serena pada babak pertama.
“Kemenangan dari Serena sangat emosional. Setelah itu, saya fokus per pertandingan. Sekarang, saya akan tampil pada babak keempat. Rasanya, saya suka bermain di lapangan rumput,” ujar Tan.
Sementara, tak menduga putrinya bisa tampil pada pekan kedua, ayah dari Ajla Tomljanovic, Ratko Tomljanovic, hanya menyewa rumah hingga Jumat, pekan lalu. Dia memberitahukan itu setelah putrinya mengalahkan Catherine Harrison pada babak kedua, Kamis.
“Saya sedang stretching setelah pertandingan ketika ayah datang dan memberitahukan kabar buruk. Katanya, kami harus pindah pada Jumat karena penyewa baru akan datang. Saya hanya bisa mengatakan bahwa ayah saya berpikiran negatif,” ujar Tomljanovic pada BBC.
Setelah menang atas Harrison, Ratko pun memesan hotel. Kejadian terulang ketika Tomljanovic mengalahkan Barbora Krejcikova pada babak ketiga. Ratko memperpanjang sewa hotel karena tak menduga putrinya bisa melaju ke babak keempat. Padahal, Tomljanovic pernah mencapai hasil yang lebih baik di Wimbledon, yaitu perempat final 2021.
Bagi Kubler, babak keempat yang dicapai setelah mengalahkan Jack Sock 6-2, 4-6, 5-7, 7-6 (4), 6-3 menjadi pengubah hidupnya di arena tenis. Dengan mencapai babak keempat Grand Slam, yang menjadi pengalaman pertama dalam kariernya, petenis Australia itu akan mendapat 190.000 poundstering atau Rp 3,4 miliar.
Bagi petenis dengan ranking ke-99 dunia itu, uang tersebut bisa membuatnya mengikuti lebih banyak turnamen dengan didampingi pelatih dann fisioterapis. “Ini mengubah hidup saya. Saya memberi peluang pada diri sendiri untuk bisa berada di dunia tenis lebih panjang,” ujar Kubler yang akan melawan Taylor Fritz pada babak ketiga. (AP/AFP)