Status unggulan tak menjamin petenis akan mendapat hasil baik. Dalam persaingan tunggal putri Wimbledon, lima petenis dari sepuluh unggulan teratas tersingkir pada babak pertama dan kedua.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Angka di belakang nama petenis dalam daftar undian Wimbledon menjadi indikator unggulan–dan idealnya sebagai daftar favorit juara–turnamen tersebut. Namun, dalam persaingan Grand Slam di All England Club, London, Inggris, itu, khususnya pada tunggal putri, status unggulan tersebut bagai tanpa makna.
Daftar unggulan dalam Wimbledon 2022 dibuat berdasarkan peringkat dunia yang dikeluarkan sepekan sebelum turnamen, pada 20 Juni. Tahun ini, urutan unggulan tak sepenuhnya sama dengan daftar peringkat dunia karena ketidakhadiran petenis Rusia dan Belarus. Penyelenggara melarang petenis dari kedua negara tersebut untuk ikut bertanding karena serangan Rusia, dibantu Belarus, ke Ukraina.
Di antara mereka yang tak datang Wimbledon terdapat petenis peringkat sepuluh besar dunia, yaitu tunggal putra nomor satu dan delapan asal Rusia, Daniil Medvedev dan Andrey Rublev, serta tunggal putri peringkat keenam, Aryna Sabalenka (Belarus).
Meski tak ada petenis nomor satu dunia, juga dengan absennya Alexander Zverev (peringkat ketiga) karena cedera, persaingan unggulan sepuluh besar tunggal putra diwarnai hadirnya Novak Djokovic dan Rafael Nadal dengan total 42 gelar Grand Slam. Ada pula Stefanos Tsitsipas, Casper Ruud, Hubert Hurkacz, dan Felix Auger-Aliassime yang pernah mencapai semifinal dan final Grand Slam, serta Carlos Alcaraz yang menjadi penantang besar bagi para favorit juara.
Namun, perjalanan Ruud, Auger-Aliassime, dan Hurkacz berakhir lebih cepat. Dari ketiganya, hanya Ruud yang mencapai babak kedua sebelum dikalahkan Ugo Humbert.
Pada tunggal putri, lima dari sepuluh unggulan teratas tersingkir sebelum memasuki babak ketiga, Jumat (1/7/2022). Mereka adalah unggulan kedua Anett Kontaveit, Karolina Pliskova (6), Danielle Collins (7), Garbine Muguruza (9), dan Emma Raducanu (10). Lima unggulan lain yang tampil pada babak ketiga adalah Iga Swiatek (1), Ons Jabeur (3), Paula Badosa (4), Maria Sakkari (5), dan Jessica Pegula (8).
Meski demikian, situasi tersebut tak begitu mengejutkan. Sejak Serena Williams tak lagi dominan setelah mendapat gelar Grand Slam ke-23 di Australia Terbuka 2017, tak ada petenis dengan kemampuan mumpuni yang bisa konsisten bersaing di level elite. Padahal, sebagian besar diantara mereka yang berperingkat 10 besar dunia berusia 24-30 tahun. Mereka memiliki pengalaman minimal enam tahun bersaing di arena tenis profesional.
Tak heran, tak ada lagi petenis yang menonjol, apalagi hingga melahirkan rivalitas menarik seperti ketika Martina Navratilova bersaing dengan Chris Evert pada era 1980-an. Pada era 1990-an ada persaingan Steffi Graf dan Monica Seles, lalu Serena dengan Venus Williams dan Maria Sharapova pada dekade awal 2000-an.
Dari unggulan sepuluh besar Wimbledon 2022, hanya Muguruza yang pernah menjadi juara Wimbledon, pada 2017. Namun, tahun ini dia meninggalkan All England Club sambil menangis setelah kalah 4-6, 0-6 dari petenis peringkat ke-88 dunia, Greet Minnen. Setelah final Australia Terbuka 2020, hasil terbaik Muguruza di arena Grand Slam adalah babak keempat Australia Terbuka dan AS Terbuka 2021.
Melalui akun media sosialnya, Muguruza menyatakan bahwa masa enam bulan terakhir membuatnya frustrasi karena bergelut dengan kekalahan yang membuatnya tertekan. Petenis Spanyol ini pun berharap bisa tampil lebih baik dalam sisa musim kompetisi tahun ini.
Tak heran, tak ada lagi petenis yang menonjol, apalagi hingga melahirkan rivalitas menarik seperti ketika Martina Navratilova bersaing dengan Chris Evert pada era 1980-an.
Kontaveit, yang disingkirkan Jule Niemeier 4-6, 0-6 pada babak kedua, menjadi unggulan tertinggi yang kalah pada babak-babak awal. Dia datang sebagai unggulan kedua karena menempati peringkat kedua dunia saat undian.
Posisi itu diraihnya dengan memanfaatkan persaingan terbuka tunggal putri yang tahun ini hanya didominasi Swiatek. Padahal, dalam perjalanan di ajang Grand Slam, hasil terbaik Kontaveit hanya perempat final Australia Terbuka 2020. Dari 28 kali Grand Slam sebelum tiba di All England Club tahun ini, Kontaveit lebih sering tersingkir pada babak pertama, yaitu 13 kali.
Pliskova, yang berusia 30 tahun dan bersaing di arena profesional sejak 2009, hanya dua kali mencapai final Grand Slam, yaitu pada AS Terbuka 2016 dan Wimbledon 2021. Separuh dari 38 penampilannya sebelum Wimbledon tahun ini menghasilkan kekalahan pada babak pertama dan kedua. Di Wimbledon, Pliskova kalah dari petenis tuan rumah yang tampil dengan mendapat wildcard, Katie Boulter, pada babak kedua.
Petenis tuan rumah, Emma Raducanu, juga masih harus bekerja ekstra keras untuk mencapai level elite meski telah berstatus sebagai juara AS Terbuka 2021. Setelah juara di New York, petenis berusia 19 tahun itu selalu tersingkir pada babak kedua pada tiga Grand Slam berikutnya.
Dengan kekalahan lima pesaignya, peluang Swiatek untuk meraih gelar pertama dari Wimbledon seharusnya semakin besar. Petenis yang meraih enam gelar juara beruntun pada 2022 ini melaju ke babak ketiga meski medapat perlawanan ketat Lesley Pattinama Kerkhove (Belanda) pada babak kedua, Kamis. Dia menang 6-4, 4-6, 6-3. Namun, pengalaman petenis Polandia itu di All England Club masih minim. Dia baru dua kali tampil dengan hasil terbaik babak keempat 2021.
Beberapa unggulan di luar sepuluh besar dunia, yang akan tampil pada babak ketiga, Sabtu, tak bisa dikesampingkan. Apalagi, mereka pengalaman menjuarai Wimbledon. Mereka adalah Petra Kvitova (juara 2011, 2014) yang akan berhadapan dengan Badosa dan Simona Halep (2019) yang akan melawan Magdalena Frech. Pada Jumat malam waktu Indonesia, tampil pula juara 2018, Angelique Kerber, melawan Elise Mertens. (AFP)