Hasil tes menunjukkan sobekan 7 milimeter pada otot perut Rafael Nadal saat memenangi perempat final Wimbledon. Meski demikian, dia bersikeras akan menjalani semifinal melawan Nick Kyrgios.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
LONDON, KAMIS — Menahan rasa sakit pada otot perut sejak set pertama, Rafael Nadal tak menghiraukan saran keluarganya untuk mundur saat berhadapan dengan Taylor Fritz pada perempat final Wimbledon. Nadalbahkan berkeras tampil di semifinal meski hasil tes memperlihatkan sobekan sepanjang 7 millimeter pada otot perutnya.
Nadal akhirnya menang atas Fritz, petenis yang mengalahkannya pada final Indian Wells Masters, Maret. Di All England Club, London, Inggris, Rabu (6/7/2022) petang atau Kamis (7/7/2022) dini hari WIB, Nadal menang 3-6, 7-5, 3-6, 7-5, 7-6 (10-4). Pada semifinal, dia akan berhadapan dengan Nick Kyrgios.
”Rafa melakukan yang selama ini dia lakukan. Dia mencari jalan untuk menangani masalahnya dan tak pernah membuat lawan mendapat kemenangan dengan mudah. Itu sebabnya, dia menjadi salah satu yang tersukses dalam sejarah tenis,” komentar pelatih senior Paul Annacone dalam The New York Times.
Nadal bercerita bahwa ayah (Sebastian Nadal) dan adiknya (Maria Isabel Nadal) memintanya untuk berhenti bermain. Namun, hal itu menjadi pilihan yang sulit baginya. Mundur dari pertandingan memang terlintas dalam benaknya, tetapi dia membencinya meski pernah tiga kali terpaksa melakukannya di arena Grand Slam.
”Tidak mudah untuk meninggalkan turnamen, apalagi Wimbledon, tanpa menyelesaikan pertandingan meski dalam kesakitan. Pilihan bagi saya hanya menang atau kalah dengan cara menyelesaikan laga. Saya akhirnya bisa beradaptasi dengan kondisi yang dialami,” tuturnya.
Rasa sakit karena cedera pernah mengalahkan semangat Nadal saat dia melawan Andy Murray pada perempat final Australia Terbuka 2010. Dia juga dua kali mundur di tengah pertandingan Grand Slam pada 2018, yaitu pada set kelima melawan Marin Cilic (perempat final Australia Terbuka) dan ketika melawan Juan Martin Del Potro (semifinal AS Terbuka). Dari total 1.275 pertandingan, Nadal sembilan kali mundur di tengah pertandingan.
Meski bisa mengatasi masalahnya, Nadal mengaku sempat ragu untuk menjalani perempat final. Hal itu dia ungkapkan saat konferensi pers setelah mengalahkan Fritz.
Berdasarkan laporan media olahraga di Spanyol, Marca, Kamis, Nadal bersikeras tetap menjalani semifinal melawan Kyrgios, Jumat. Padahal, hasil pemeriksaan menunjukkan adanya satu sobekan otot sepanjang 7 millimeter dan Nadal selalu menekankan bahwa kondisi kesehatannya lebih penting.
Nadal tetap bersiap menghadapi tantangan besar Kyrgios meski dengan latihan hanya sekitar 30 menit bersama salah satu anggota tim pelatihnya, Marc Lopez. Nadal tak melakukan servis dengan kekuatan penuh pada latihan itu.
”Nick bermain baik di semua jenis lapangan, terutama di lapangan rumput. Itu akan menjadi tantangan besar. Saya harus bermain dengan seratus persen kemampuan dan itu yang tengah saya upayakan,” katanya.
Pilihan bagi saya hanya menang atau kalah dengan cara menyelesaikan laga. Saya akhirnya bisa beradaptasi dengan kondisi yang dialami.
Nadal unggul 6-3 dalam pertemuan dengan Kyrgios, tetapi berbagi satu kemenangan di Wimbledon. Kyrgios menang pada babak keempat 2014, sementara Nadal mengalahkannya pada babak kedua 2019.
Pertemuan pada 2019 itu diwarnai momen ”panas” saat Kyrgios melancarkan passing shot ke tubuh Nadal. Dia dikritik atas perilakunya itu, tetapi Kyrgios menilai tak ada yang salah dengan tindakannya hingga dia tak perlu meminta maaf.
Petenis Australia keturunan Yunani itu memang dikenal karena sikap emosional di lapangan dan luar lapangan. Saat ini, dia pun menghadapi tuduhan penganiayaan dari mantan pacarnya. Kepolisian di Canberra, Australia, mengumumkan, Kyrgios akan menjalani sidang pada 2 Agustus.
Meski tak menduga pada akhirnya bisa tampil pada semifinal Grand Slam, Kyrgios sangat percaya diri bahwa semifinal melawan Nadal akan menjadi pertandingan yang sangat dinantikan banyak orang. ”Itu kemungkinan akan menjadi laga dengan penonton terbanyak sepanjang sejarah,” katanya.
Kyrgios adalah salah petenis tipe big server yang bisa menyulitkan lawan dalam mengembalikan servisnya. Saat melawan Garin, dia membuat 17 ace dengan servis tercepat 209 km/jam.
Pertemuan antara petenis dengan reputasi greatest of all time (GOAT) dan petenis lain juga terjadi pada semifinal antara Novak Djokovic melawan wakil tuan rumah, Cameron Norrie. Laga itu akan menjadi pertemuan kedua mereka setelah Djokovic mengalahkan Norrie pada penyisihan grup turnamen Final ATP 2021.
Meski memiliki enam gelar juara Wimbledon, termasuk pada tiga edisi terakhir, Djokovic harus waspada pada menghadapi Norrie yang akan didukung penuh penonton. Apalagi, saat melawan Jannik Sinner pada perempat final, Djokovic kehilangan dua set terlebih dulu sebelum akhirnya menang 5-7, 2-6, 6-3, 6-2, 6-2.
Ons Jabeur ke final
Petenis Tunisia, Ons Jabeur, mewujudkan mimpi bangsa Arab dan Afrika Utara untuk melihat petenis mereka tampil pada final Grand Slam. Jabeur menembus final tunggal putri Wimbledon setelah mengalahkan Tatjana Maria 6-2, 3-6, 6-1 pada semifinal.
Jabeur, yang tampil sebagai unggulan ketiga, menjadi petenis bangsa Arab pertama yang lolos ke final Grand Slam. Sebelumnya, hasil terbaik adalah perempat final yang diraih beberapa petenis putra. Salah satunya adalah Hicham Arazi (Maroko) yang terhenti pada perempat final Perancis Terbuka 1997 dan 1998, serta Australia Terbuka 2000 dan 2004.
Rekan senegara Arazi, Younes El Aynaoui, juga empat kali tersingkir pada perempat final Grand Slam, yaitu pada Australia Terbuka 2000 dan 2003, serta AS Terbuka 2002 dan 2003. Selain itu, ada petenis Mesir, Ismail El Shafei, yang mencapai perempat final Wimbledon 1974.
”Sulit dipercaya apa yang terjadi, saya senang bisa lolos ke final dan saya bangga berdiri di sini sebagai perempuan Tunisia,” komentar Jabeur.
Maria dan Jabeur memiliki karakter permainan yang terbilang variatif dibandingkan dengan petenis lain. Maria tak pernah ragu melancarkan forehand slice untuk mengecoh lawan, dikombinasikan dengan backhand keras. Ini membuat kesulitan dua petenis unggulan yang akhirnya dikalahkan Maria, yaitu Maria Sakkari (unggulan kelima) dan Jelena Ostapenko (12).
Adapun Jabeur adalah petenis yang terkenal dengan drop shot mengecoh yang bisa membuat bola meluncur pelan dan jatuh dekat net. Mereka bertemu tiga kali dan Jabeur menang dua kali, tetapi mereka tak pernah bersaing dalam tiga tahun terakhir.
Pertemuan itu juga menjadi pertemuan antara dua sahabat. Bersama keluarga, Jabeur dan Maria pernah mengadakan acara barbeku. Jabeur juga sering bermain bersama dua putri Maria di sela-sela turnamen. Namun, saat berhadapan di All England Club, mereka melupakan pertemanan itu selama 1 jam 43 menit. Mereka pun berpelukan lama di net setelah Jabeur memenangi pertandingan. (AP/AFP)