Tenaga Terakhir Nadal untuk Final
Rafael Nadal akan menjalani final Perancis Terbuka melawan Casper Ruud setelah bertanding 12 jam 46 menit dalam tiga babak terakhir. Dia pun akan mengejar gelar ke-14 di Roland Garros dengan tenaga tersisa.
PARIS, SABTU — Mental juara Rafael Nadal tak diragukan lagi akan menjadi modal utamanya untuk meraih gelar juara Perancis Terbuka yang ke-14 kali. Namun, selain Casper Ruud, yang akan menjadi penghalangnya untuk mencapai rekor itu, Nadal akan menghadapi kendala lain, yaitu kondisi fisiknya.
Final itu akan menjadi final ke-14 Nadal di lapangan tanah liat Roland Garros, Paris. Dari 13 final sebelumnya, dia tak pernah kalah. Reputasi itulah yang menjadi alasan utama Nadal mendapat julukan ”Raja Lapangan Tanah Liat”.
Baca juga: Nadal ke Final, Zverev Tak Beruntung
Tahun ini, petenis peringkat kelima dunia itu bersaing dalam Roland Garros di bawah bayang-bayang Novak Djokovic dan Carlos Alcaraz yang lebih difavoritkan juara. Itu karena Nadal datang dengan cedera kronis kaki kiri yang membuatnya frustrasi ketika tampil pada ATP Masters 1000 Roma, dua pekan sebelum Perancis Terbuka. Nadal kalah dari Denis Shapovalov pada babak ketiga.
Akan tetapi, setelah menyingkirkan Djokovic pada perempat final, yang menjadi ”big match” di Roland Garros tahun ini, Nadal membuka kembali peluangnya menjuarai Perancis Terbuka. Nadal mengalahkan Alexander Zverev pada semifinal dalam laga dramatis.
Kemenangan pada semifinal yang seharusnya dirayakan Nadal, apalagi terjadi dalam ulang tahunnya ke-36, diwarnai suasana kelabu karena Zverev mengalami cedera parah. Dia tak bisa menyelesaikan pertandingan saat tertinggal, 6-7 (8), 6-6, karena engkel kanannya terkilir. Teriakan dan tangisan Zverev membuat seisi stadion, termasuk Nadal, terkejut. Dia pun menyatakan simpatinya untuk Zverev.
Lolos ke final Roland Garros tentu menjadi mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya. Namun, saat temanmu harus mengakhiri pertandingan dengan kondisi cedera, itu bukan hal yang saya inginkan. Jika Anda manusia, Anda akan turut menyesalinya.
”Lolos ke final Roland Garros tentu menjadi mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya. Namun, saat temanmu harus mengakhiri pertandingan dengan kondisi cedera, itu bukan hal yang saya inginkan. Jika Anda manusia, Anda akan turut menyesalinya,” ujar Nadal.
Baca juga: Kini, Nadal Favorit Juara di Roland Garros
Hidup dengan cedera kronis dan akut, Nadal memahami apa yang terjadi pada Zverev. Asosiasi Tenis Profesional (ATP) mencatat, Nadal, bahkan, menjadi petenis terakhir yang tak bisa menyelesaikan final atau semifinal Grand Slam. Itu terjadi saat dia berhadapan dengan Juan Martin Del Potro pada semifinal AS Terbuka 2018. Nadal tak melanjutkan pertandingan setelah dua set karena cedera lutut.
Selain cedera, pemilik 21 gelar Grand Slam itu pun menghadapi tantangan berat karena bersaing dalam undian ”neraka” pada paruh atas. Nadal melangkah ke final setelah bertanding dengan total 18 jam 8 menit, dalam enam pertandingan sejak babak pertama hingga semifinal.
Ruud, dari paruh bawah, bermain dengan durasi hanya enam menit lebih pendek, tetapi Nadal melewatkan waktu yang jauh lebih panjang pada tiga babak terakhir. Dia bermain selama 12 jam 46 menit untuk mengalahkan Felix Auger-Aliassime, Djokovic, dan Zverev, lebih lama empat jam dari tiga pertandingan yang dijalani Ruud.
Baca juga: ”Ikatan Batin” Nadal dan Roland Garros
Kondisi tersebut membuat mantan petenis nomor satu dunia, Chris Evert, meragukan Nadal bisa tampil prima pada final. ”Meski dia adalah pejuang, saya melihat kecepatan Rafa sedikit melambat pada momen-momen ketat,” kata tujuh kali juara tunggal putri Perancis Terbuka pada era 1970 dan 1980-an itu.
Sementara Nadal mengatakan, fisiknya tak terganggu meski melewati laga ketat pada tiga babak terakhir. Ketika publik melihat bahwa dia kelelahan saat berhadapan dengan Zverev, itu karena udara panas dan lembab akibat atap stadion ditutup.
”Dari pengalaman, saya sering kesulitan bertanding dalam kondisi seperti itu. Terlalu banyak keringat yang keluar hingga saya mudah lelah. Banyak yang berpikir, saat lapangan menjadi lambat, itu kondisi yang ideal bagi spesialis tanah liat, padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Lapangan yang lambat dan bola yang berat membuat saya kesulitan melakukan spin, itu lebih cocok untuk petenis dengan pukulan datar,” ujar Nadal.
Latihan bersama
Meski final nanti akan menjadi persaingan pertama Nadal dan Ruud, keduanya tak asing dengan permainan masing-masing. Ruud tahu banyak tentang Nadal karena dia mengidolakannya. Ruud menonton semua final Nadal di Perancis Terbuka. Dia pun hafal lawan pada setiap tahun dan momen-momen menariknya.
Baca juga: Perempat Final Terbaik di Roland Garros
Nadal tak hanya menjadi idola di lapangan, tetapi juga di luar lapangan. ”Saat muda, saya sering marah, menangis, dan selalu berpikir negatif. Saya pun mencontoh Rafa karena dia tak pernah mengeluh dan menyerah. Dia adalah inspirasi untuk cara bermain, sportivitas, dan ketangguhan dalam berjuang,” kata Ruud.
Sementara Nadal mengetahui karakter Ruud karena berlatih di Akademi Rafa Nadal di Mallorca, Spanyol, sejak September 2018. Foto-foto mereka saat berlatih bersama di Mallorca bermunculan di media sosial menjelang final Perancis Terbuka.
Setelah mengalahkan Marin Cilic pada semifinal, Ruud memastikan menjadi petenis Norwegia pertama yang tampil dalam final Grand Slam. Petenis berusia 23 tahun itu menjuarai dua turnamen pada tahun ini dan untuk pertama kali tampil pada final turnamen ATP Masters 1000, yaitu di Miami. Hasil itu membawanya pada peringkat ketujuh dunia, pada April, posisi tertinggi sejak berkarier di arena tenis profesional pada 2015.
Mantan petenis Swedia dengan tiga gelar juara Perancis Terbuka, Mats Wilander, menilai, Ruud memiliki bekal bisa bergerak dengan baik di lapangan tanah liat. ”Dengan usia yang lebih muda 13 tahun dari Nadal, Casper seharusnya bisa memaksa Nadal bermain hingga ke batas daya tahan fisiknya. ”Dia harus membuat perebutan setiap poin berlangsung lama. Casper harus menantang Nadal, seberapa lama bisa bertahan,” kata Wilander.
Baca juga: Final Terlampau Dini Djokovic dan Nadal
Ruud menyadari posisinya sebagai underdog saat berhadapan dengan Nadal. Dia pun akan menikmati momen melawan petenis terbaik di lapangan tanah liat itu. Meski demikian, dia yakin memiliki peluang menang atas Nadal. ”Saya harus membuat banyak winner dan reli yang membuatnya kesulitan,” katanya.
Nadal menjadi petenis terakhir dari ”Big Three” yang dihadapi Ruud. Dia tiga kali bertemu Djokovic pada 2020-2022, bahkan, pernah melawan Roger Federer pada babak ketiga Perancis Terbuka 2019. Semuanya berakhir dengan kekalahan.
”Saya harus menanti lebih lama untuk melawan Rafa, tetapi ini akhirnya terjadi pada waktu dan di tempat yang tepat, yaitu pada final Grand Slam. Ini akan menjadi momen spesial bagi saya,” katanya. (AFP)