Keseimbangan Hidup Iga Swiatek
Dominasi petenis putri Iga Swiatek pada 2022 dipertegas dengan menjuarai Grand Slam Perancis Terbuka. Enam gelar juara beruntun yang didapatnya tahun ini menjadi buah dari keseimbangan hidup yang diajarkan pelatih.
PARIS, SABTU — Iga Swiatek meraih gelar juara Grand Slam untuk kedua kali ketika menjuarai Perancis Terbuka 2022. Gelar keenam beruntun pada musim kompetisi 2022 ini menjadi buah dari keseimbangan hidup yang diajarkan tim pendukungnya.
Gelar kedua itu didapat berselang dua tahun setelah dia pertama kali menjuarai Grand Slam, juga dari Perancis Terbuka. Trofi Suzanne-Lenglen pada tahun ini didapat seusai mengalahkan petenis remaja Amerika Serikat, Cori ”Coco” Gauff, 6-1, 6-3, pada final di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, Perancis, Sabtu (4/6/2022).
Berbeda dengan Perancis Terbuka 2020 ketika menjadi juara dalam posisi tak diunggulkan, kali ini Swiatek menjadi satu-satunya favorit juara tunggal putri sejak awal. Dia mempertegas status unggulan itu dengan penampilan fenomenal pada hampir setiap babak.
Baca juga: Dari Remaja Juara Grand Slam Menjadi Petenis Nomor Satu Dunia
Dari tujuh pertandingan sejak babak pertama hingga final, Swiatek menang dalam waktu cukup singkat, yaitu sekitar satu jampada empat babak, termasuk di final. Laga paling ketat dijalani pada babak keempat ketika petenis China, Zheng Qinwen, memaksanya bermain tiga set selama 2 jam 45 menit.
Swiatek mengalahkan semua lawan dengan kombinasi pukulan keras dan kemampuan mengarahkan bola ke arah yang sulit dijangkau. Ketika tampil di final, petenis Polandia itu banyak mengarahkan pukulan keras dengan bola yang memantul mendekati baseline atau garis pinggir. Jenis pukulan seperti ini membuat Coco kesulitan untuk mengembalikannya.
Di sisi lain, Coco mengalami demam panggung pada final pertamanya di ajang Grand Slam pada tunggal putri. Dia sebenarnya bisa membuat 14 winner, terutama dari pukulan backhand, tetapi juga banyak membuat kesalahan, yaitu dengan 23 unforced error, termasuk tiga double fault.
Baca juga: Coco, Tes Terberat Iga Swiatek
Kesalahan ganda saat servis itu masih menjadi kelemahannya. Dalam perjalanan ke final, Coco membuat 33 double fault, sedangnya Swiatek hanya lima.
Menghibur
Kecewa dengan penampilannya, Coco menangis setelah laga berakhir. Swiatek pun menghiburnya dengan mengatakan bahwa suatu saat, Coco akan menemukan jalan untuk menjadi juara Grand Slam, apalagi dengan usia masih muda, yaitu 18 tahun. Coco juga memiliki kesempatan lain, yaitu tampil pada final ganda putri bersama Jessica Pegula, Minggu, untuk melawan Caroline Garcia/Kristina Mladenovic.
Sementara itu, Swiatek menilai, gelar juara Perancis Terbuka didapat berkat kerja kerasnya dan semua anggota tim. Dia bahkan berterima kasih kepada pelatih dan psikolog dengan menuliskannya di lensa kamera, tradisi yang dilakukan pemenang pertandingan.
Setelah itu, dia naik ke tribune penonton untuk merayakan kemenangan bersama pelatih dan tim pendukungnya. Selain ayahnya, Tomasz Swiatek, mantan atlet dayung Polandia, di deretan pendukungnya terdapat juga bintang sepak bola Polandia yang bermain untuk Bayern Muenchen, Robert Lewandowski.
Cara itu akhirnya membuat saya percaya bisa bermain lebih agresif dengan menggunakan semua kekuatan.
Penampilan Swiatek di Roland Garros menjadi tahap yang lebih tinggi dari dominasinya pada persaingan tenis putri tahun ini. Kemenangan atas Coco merupakan kemenangan ke-35 beruntun yang memberinya enam gelar juara sejak Februari. Jumlah kemenangan itu menyamai rekor yang dimiliki Venus Williams saat tampil pada musim 2000.
Setelah tersingkir pada babak kedua WTA 500 Dubai, Februari, Swiatek meraih tiga gelar juara dari lapangan keras, yaitu WTA 1000 Doha, Indian Wells, dan Miami, serta dua gelar dari turnamen tanah liat WTA 500 Stuttgart dan WTA 1000 Roma. Atas prestasi itu, untuk pertama kali dia memuncaki peringkat dunia sejak April, bersamaan dengan pensiunnya petenis putri Australia, Ashleigh Barty.
Menata hidup
Setelah menjuarai Perancis Terbuka 2020, Swiatek sebenarnya kesulitan mempertahankan permainan pada level tinggi. Padahal, persaingan tenis putri sangat terbuka dalam enam tahun terakhir. Di ajang Grand Slam, hasil terbaiknya sebelum memasuki musim 2022 adalah perempat final Perancis Terbuka 2021.
Petenis Polandia itu menata ulang target dan persiapan hingga bisa kembali pada performa terbaik berkat sudut pandang dari Tomasz Wiktorowski, pelatihnya sejak akhir musim 2021. Wiktorowski pernah melatih Agnieszka Radwanska, mantan petenis peringkat kedua dunia dan finalis Wimbledon 2012.
Baca juga: Rekor demi Rekor Iga Swiatek
Oleh Wiktorowski, Swiatek dilahirkan kembali menjadi petenis yang mengandalkan power game, diiringi kecerdasan dalam memilih pukulan dan mengarahkannya. Selama masa persiapan menuju musim kompetisi 2022, Swiatek diajak melihat dan mengeksplorasi kekuatannya dari video-video di berbagai kejuaraan. Padahal, Swiatek terbiasa belajar dari kesalahan yang dilakukan saat dia kalah.
”Cara itu akhirnya membuat saya percaya bisa bermain lebih agresif dengan menggunakan semua kekuatan. Sebelumnya, cara saya belajar adalah menganalisis cara main lawan, lalu beradaptasi terhadap itu. Tahun ini, saya punya pola pikir bahwa saya yang harus mengendalikan lawan,” ujarnya, seperti dikutip The New York Times.
Pendampingan psikolog, yang dilakukan sejak masa yunior, juga memegang peran penting. Dialog Swiatek dan psikolognya, Daria Abramowicz, tak dilakukan di ruang kantor psikolognya itu.
Baca juga: Catatan Sempurna Swiatek Jelang Perancis Terbuka
Abramowicz menjadi bagian dari tim pendamping. Dengan mengikuti perjalanan Swiatek kemana pun, Abramowicz bisa memantau sikap, pola pikir, level energi, dan isi hati penggemar Rafael Nadal itu.
Swiatek diajarkan untuk fokus pada momen yang tengah dirasakan. Dia membutuhkan waktu untuk menjadi seperti itu karena sebenarnya dia adalah sosok yang sulit mengarahkan fokus.
Kepala saya seperti kepala merpati. Saya melihat ke berbagai arah dan tidak tahu harus fokus melihat ke mana.
Pada suatu masa, misalnya, dia hanya bisa menahan fokus selama 40 menit saat berada di ruang makan sebuah turnamen. Setelah itu, kepalanya menoleh ke berbagai arah dengan cepat, mengikuti pergerakan orang-orang di sekitarnya.
”Kepala saya seperti kepala merpati. Saya melihat ke berbagai arah dan tidak tahu harus fokus melihat ke mana,” katanya.
Untuk mengendalikan fokusnya, Swiatek belajar berbagai teknik, salah satunya teknik konvensional, yaitu visualisasi dan mengatur napas dengan pelan. Tak heran, Swiatek sering terlihat menutup wajahnya dengan handuk saat jeda permainan untuk mengatur napas dan fokus.
Metafora yang sering digunakan Swiatek dan Abramowicz untuk menjaga fokus dan keseimbangan hidup adalah membayangkan ketika membuka satu laci dan menutup yang lain. Ketika laci yang berisikan berbagai urusan tenis dibuka, Swiatek harus menutup laci lain yang tak berhubungan dengan tenis, begitu pula sebaliknya.
Maka, untuk menjaga energi dan menyeimbangkan kehidupannya, Swiatek mengurangi partisipasi dalam nomor ganda. Waktu kosong di sela turnamen di satu kota diisi dengan jalan-jalan. Saat mengikuti WTA 1000 Roma, dua pekan sebelum Perancis Terbuka, Swiatek mengunjungi Colosseum dan dua kali pergi ke Vatikan.
Baca juga: Swiatek Siap Menghadapi Tekanan
Hal lain yang sering dilakukan dan sudah lama menjadi hobinya adalah membaca buku dan mendengarkan musik. Tim manajemennya menghadiahi Swiatek 20 buku saat berulang tahun ke-20, yang semuanya berbahasa Polandia. Meski lancar berbahasa Inggris, terkadang dia kesulitan memahami cerita saat menemukan kata asing jika diberi buku bahasa Inggris,.
”Saya merasa aneh jika sudah beberapa hari tak membaca buku. Saat perasaan tersebut muncul, itu menjadi tanda bahwa hidup saya mulai tidak seimbang,” katanya.
Sementara itu, mendengarkan musik tak hanya dilakukan pada waktu senggang. Dia menggunakan hobi itu untuk mencapai keseimbangan di lapangan. Dengan mendengarkan musik menjelang pertandingan, dia bisa mengumpulkan energi, sekaligus menjadi lebih rileks.
”Musik apa yang biasa kamu dengarkan sebelum pertandingan?” tanya mantan petenis Perancis, Marion Bartoli, pada salah satu sesi wawancara dengan pemenang setelah pertandingan di Roland Garros .
Baca juga: Swiatek Terlahir Sebagai Pejuang
”Macam-macam. Terkadang saya mendengarkan AC/DC atau Guns N’Roses. Tadi, saya mendengarkan Led Zeppelin,” katanya. (AFP/AP)