Dari Remaja Juara Grand Slam Menjadi Nomor Satu Dunia
Iga Swiatek akan menggantikan posisi Ashleigh Barty sebagai petenis tunggal putri nomor satu dunia. Dia mencapainya dalam usia 20 tahun 308 hari.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Dua tahun lalu, bisa jadi tak banyak yang mengenal Iga Swiatek. Dia adalah petenis tunggal putri peringkat 50-an dunia. Kini, dengan gelar Grand Slam dan tiga gelar juara turnamen WTA 1000, Swiatek akan menjadi petenis nomor satu dunia dalam usia 20 tahun.
Dia memang memiliki kesempatan itu dengan posisi nomor dua dunia saat ini, ditambah pensiunnya tunggal putri nomor satu dunia, Ashleigh Barty. Nama Barty, petenis Australia dengan tiga gelar Grand Slam, akan segera menghilang dari daftar peringkat dunia.
Kepastian untuk menempati puncak peringkat dunia akhirnya datang setelah dia memenangi babak kedua turnamen ATP Masters/WTA 1000 Miami. Di Stadion Hard Rock, Miami, Florida, Amerika Serikat, Jumat (25/3/2022) malam atau Sabtu pagi waktu Indonesia, Swiatek mengalahkan Viktorija Golubic 6-2, 6-0.
Petenis Spanyol,Paula Badosa, yang saat ini berada di peringkat keenam, juga punya kesempatan menggantikan Barty dengan syarat yang lebih berat.Dia harus menjadi juara di Miami, dengan catatan Swiatek kalah pada babak kedua, yang akhirnya tak terpenuhi.
”Aneh rasanya mewujudkan target dalam waktu cepat. Tentu saja sangat spesial ketika menjadi petenis nomor satu dunia. Saya tak pernah menduganya akan terjadi dengan cara seperti ini,” ujar Swiatek dalam laman resmi Asosiasi Tenis Putri (WTA), Rabu.
Tak banyak membuang waktu, Barty pun memberikan selamat kepada Swiatek, yang menangis ketika Barty mengumumkan pensiun. ”Tak ada orang yang lebih baik. Iga membawa kesegaran dan energi tak kenal takut ke lapangan. Saya harap, dia bisa menjadi petenis nomor satu dengan tetap menjadi personal seperti sekarang, mencapai cita-cita dengan caranya, dan mewujudkan semua mimpinya,” kata Barty melalui akun media sosialnya.
Swiatek, yang akan secara resmi berada di puncak peringkat pada 4 April, menjadi tunggal putri nomor satu dunia ke-28 sejak daftar peringkat diperkenalkan pada 1975. Dia menjadi petenis Polandia pertama yang berada pada posisi tersebut dan menjadi tunggal putri nomor satu termuda sejak Carolina Wozniacki pada 2010.
Dalam usia 20 tahun 308 hari, Swiatek menjadi petenis termuda ketiga yang menjadi nomor satu dunia. Mereka yang lebih muda saat mencapai posisi ituadalah petenis Belgia, Kim Clijsters (20 tahun 64 hari), dan petenis kawakan Amerika Serikat, Serena Williams (20 tahun 285 hari).
Nama Swiatek melambung ketika dia menjuarai Grand Slam Perancis Terbuka 2020 pada usia 19 tahun. Datang sebagai petenis peringkat ke-54 dunia, dia menjadi petenis dengan peringkat terendah yang menjadi juara di lapangan tanah liat Roland Garros. Swiatek pun menerima penghargaan dari WTA sebagai petenis paling berkembang pada tahun tersebut.
Swiatek mempertegas kenyamanannya bermain di lapangan tanah liat dengan menjuarai WTA 1000 Roma 2021. WTA 1000 adalah turnamen putri berlevel tertinggi dalam struktur kejuaraan WTA.
Aneh rasanya mewujudkan target dalam waktu cepat. Tentu saja sangat spesial ketika menjadi petenis nomor satu dunia. Saya tak pernah menduganya akan terjadi dengan cara seperti ini.
Putri dari mantan atlet dayung yang membela Polandia pada Olimpiade Seoul 1988, Tomasz Swiatek, ini juga menunjukkan kepiawaiannya bermain di jenis lapangan keras. Dia menambah dua gelar juara WTA 1000 pada tahun ini secara beruntun, yaitu di Doha dan Indian Wells. Di Miami, Swiatek pun menjadi favorit juara.
Clijsters, yang pertama kali mencapai nomor satu dunia dalam usia 20 tahun pada 2003, memuji Swiatek sebagai sosok yang rendah hati, tetapi tak kenal takut di lapangan. Dia, bahkan, terang-terangan mengidolakan raja lapangan tanah liat Rafael Nadal.
”Saya sangat senang melihat Iga berkembang sebagai petenis. Dia punya fokus hanya untuk tenis. Dia punya hasil bagus, tetapi selalu ingin berkembang,” ujar Clijsters, mantan petenis Belgia yang memiliki empat gelar Grand Slam.
Clijsters pun menyamakan Swiatek dengan Barty. Setelah menjadi juara Grand Slam, mereka tak memperlakukan orang lain dengan cara berbeda. Mereka tetap menghormati orang-orang di sekeliling.
Meski melihat kedewasaan berpikir pada diri Swiatek, Clijsters berharap petenis yang telah meraih lima gelar juara itu tetap memiliki jiwa muda. ”Jangan terperangkap dalam dunia orang dewasa. Setelah kemarin bermain tenis selama dua jam, misalnya, saya masih ingin bermain lagi. Itu karena saya menyenangi tenis. Hasrat itu dibangun pada saat muda. Itu yang saya maksud bahwa dia harus tetap memiliki jiwa orang muda,” tutur Clijsters.
Swiatek pun memastikan bahwa dia tak akan menjadi orang yang berbeda. ”Mungkin saya hanya akan memperhatikan baju yang akan saya pakai benar-benar bersih dan menjadi duta tenis dengan baik. Saya akan berhati-hati tentang itu, tetapi selebihnya, saya adalah orang yang sama,” katanya. (AFP/REUTERS)