Iga Swiatek meraih tiga gelar juara beruntun dari turnamen WTA 1000. Gelar dari Miami membuat petenis berusia 20 tahun itu menorehkan rekor demi rekor.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
AFP/CHANDAN KHANNA
Petenis Polandia, Iga Swiatek, mengangkat trofi juara tunggal putri seusai pertandingan final WTA 1000 Miami di Stadion Hard Rock, Miami, Florida, Amerika Serikat, Sabtu (2/4/2022) siang waktu setempat atau Minggu dini hari WIB. Swiatek juara setelah mengalahkan petenis Jepang, Naomi Osaka, 6-4, 6-0. Swiatek merebut tiga gelar juara WTA 1000 tiga kali berturut-turut di Doha, Indian Wells, dan Miami.
MIAMI, SABTU — Sekitar 1,5 bulan terakhir, Iga Swiatek bagai berlari kencang setiap kali tampil dalam turnamen. Tiga gelar juara dari tiga turnamen WTA 1000 membuat petenis berusia 20 tahun itu menciptakan berbagai rekor.
Swiatek menjuarai turnamen WTA 1000 Miami setelah mengalahkan Naomi Osaka 6-4, 6-0 dalam final yang berlangsung di Stadion Hard Rock, Miami, Florida, Amerika Serikat, Sabtu (2/4/2022) siang waktu setempat atau Minggu dini hari waktu Indonesia. Swiatek tak kehilangan satu set pun dalam meraih gelar pertamanya di Miami.
Ini menjadi gelar ketiga beruntun petenis Polandia itu dari turnamen WTA 1000 sejak Februari. Dia menjadi juara di Doha, Qatar, dan dua turnamen di AS, Indian Wells dan Miami, melalui 17 kemenangan beruntun yang semuanya berlangsung di lapangan keras. Hanya Serena Williams yang melebihi prestasi Swiatek, yaitu mendapat 20 kemenangan beruntun di lapangan keras, antara turnamen Australia Terbuka dan WTA 1000 Toronto pada 2015.
Gelar dari dua turnamen di AS dalam tiga pekan terakhir membuatnya menjadi tunggal putri keempat yang meraih ”Sunshine Double”. Ini adalah istilah ketika petenis yang menjuarai Indian Wells dan Miami pada tahun yang sama.
AFP/MICHAEL REAVES
Petenis Polandia, Iga Swiatek, melakukan servis saat melawan petenis Jepang, Naomi Osaka, dalam pertandingan final WTA 1000 Miami di Stadion Hard Rock, Miami, Florida, Amerika Serikat, Sabtu (2/4/2022) siang waktu setempat atau Minggu dini hari WIB. Swiatek menang 6-4, 6-0. Ia merebut tiga gelar juara WTA 1000 tiga kali berturut-turut di Doha, Indian Wells, dan Miami.
Swiatek pun menyejajarkan namanya dengan para juara ”Sunshine Double” lainnya, yaitu Steffi Graf yang menjuarai Indian Wells dan Miami pada 1994 dan 1996, Kim Clijsters (2005), dan Victoria Azarenka (2016). Seperti tiga senior itu, Swiatek melengkapi prestasinya dengan menempati posisi teratas daftar peringkat dunia pada pekan berikutnya.
Dengan usianya, Swiatek menjadi juara ”Sunshine Double” termuda di antara semuanya. Dia pun merasa terhormat bisa memperoleh prestasi serupa dengan senior-senior tersebut.
”Pekan ini sangat intens bagi saya. Tidak pernah terbayang bisa membuat kemenangan beruntun seperti ini karena untuk menjadi juara dalam turnamen beruntun sangat sulit. Namun, saya hanya fokus pada setiap pertandingan,” ujar Swiatek yang juga menjadi tunggal putri pertama dengan gelar dari tiga turnamen WTA 1000 beruntun pada awal musim.
Sepanjang hidup, saya berusaha memperlihatkan kekuatan mental itu meski saya juga kalah dalam pertandingan. Musim ini, saya merasa semuanya lancar dan saya sangat senang.
Dengan tiga trofi juara itu, Swiatek merasa bangga bisa memperlihatkan ketangguhan mentalnya. ”Sepanjang hidup, saya berusaha memperlihatkan kekuatan mental itu meski saya juga kalah dalam pertandingan. Musim ini, saya merasa semuanya lancar dan saya sangat senang,” tutur Swiatek yang akan menjadi petenis Polandia pertama di puncak peringkat dunia, mulai awal pekan ini.
Petenis Polandia, Iga Swiatek (kiri), memeluk lawannya petenis Jepang, Naomi Osaka, setelah pertandingan final WTA 1000 Miami di Stadion Hard Rock, Miami, Florida, Amerika Serikat, Sabtu (2/4/2022) siang waktu setempat atau Minggu dini hari WIB. Swiatek menang 6-4, 6-0.
Jika bisa mempertahankan konsistensinya, Swiatek berpeluang mendominasi persaingan putri setelah petenis nomor satu dunia sebelumnya, Ashleigh Barty, pensiun. Petenis Australia itu pensiun dua pekan lalu dalam usia 25 tahun ketika berada di puncak peringkat dunia.
Harapan Osaka
Sementara final yang berlangsung 1 jam 19 menit menjadi pertemuan kedua Swiatek dan Osaka setelah babak kedua turnamen WTA 1000 Toronto 2019 yang dimenangi Osaka. Saat itu, Osaka lebih diunggulkan karena telah mendapat gelar Grand Slam dari AS Terbuka 2018 dan Australia Terbuka 2019.
Namun, ketika mereka bertemu tiga tahun berikutnya, kondisi berbalik. Osaka tengah membangun kembali permainannya setelah tak tampil maksimal sejak awal 2022. Sebaliknya, Swiatek, yang masih berada pada peringkat ke-65 dunia saat Toronto 2019, semakin berkembang hingga mendominasi tenis putri pada empat bulan pertama musim ini.
Persaingan mereka di Stadion Hard Rock berlangsung ”panas” begitu laga dimulai. Terjadi tujuh kali deuce pada gim pertama saat Osaka memegang servis. Dia pun harus menggagalkan dua break point Swiatek pada gim tersebut. Mereka mempertahankan servis hingga Swiatek mematahkan servis Osaka pada gim kelima hingga unggul 3-2.
AFP/MICHAEL REAVES
Petenis Jepang, Naomi Osaka, memukul bola ke arah lawannya, petenis Polandia, Iga Swiatek, dalam pertandingan final WTA 1000 Miami di Stadion Hard Rock, Miami, Florida, Amerika Serikat, Sabtu (2/4/2022) siang waktu setempat atau Minggu dini hari WIB. Swiatek menang 6-4, 6-0.
Swiatek, juara Perancis Terbuka 2020, menaikkan level permainannya pada set kedua. Dia meninggalkan Osaka tanpa memberi kesempatan pada petenis Jepang itu untuk memenangi satu gim pun.
”Saya tahu, hasil ini tidak seperti yang diharapkan banyak orang. Biasanya, jika terjadi momen seperti tadi, saya akan menangis di ruang ganti, tetapi, kali ini, saya menikmati pertandingan tadi. Saya berharap bisa tetap bekerja keras dan mendapat banyak kesempatan seperti momen tadi,” komentar Osaka.
Meski kalah, mantan petenis nomor satu dunia itu akan naik posisi dalam peringkat dunia, yaitu dari urutan ke-77 menjadi 40 besar dunia. Peringkat dunianya menurun, dari 14 menjadi ke-85, setelah gagal mempertahankan gelar Australia Terbuka, Januari, karena tersingkir pada babak ketiga. Menjelang akhir 2021, Osaka juga tak dapat mempertahankan gelar juara AS Terbuka. (AFP/REUTERS)