Untuk pertama kalinya dalam final pertama, tim bulu tangkis putra India menjuarai Piala Thomas. Mereka mencapainya setelah mengalahkan tim-tim kuat, seperti Malaysia, Denmark, dan terakhir Indonesia pada laga final.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·6 menit baca
BANGKOK, MINGGU — Tim bulu tangkis putra India membuat sejarah bagi negara mereka dan dunia bulu tangkis internasional. Untuk pertama kalinya, India menjadi yang terbaik dalam kejuaraan dunia bulu tangkis beregu puta Piala Thomas dengan menaklukkan beberapa kekuatan bulu tangkis putra dunia, termasuk Indonesia, pada final.
Dalam laga perebutan gelar juara di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Minggu (15/5/2022), India mengalahkan Indonesia, 3-0. Sebelum menggagalkan tim Indonesia mempertahankan gelar juara, India menyingkirkan Denmark dan Malaysia masing-masing dengan skor 3-2 pada semifinal dan perempat final.
Tak pelak, semua anggota tim India begitu bahagia atas prestasi tertinggi dalam kejuaraan bulu tangkis beregu putra paling bergengsi itu. Begitu smes silang Kidambi Srikanth ke arah backhand Jonatan Christie tak bisa dikembalikan, semua anggota tim India memeluk Srikanth di lapangan. Mereka, termasuk pelatih asing Yoo Yong-sung (Korea Selatan) dan Mathias Boe (Denmark), merayakan kemenangan sambil membawa bendera.
Sejak lolos ke semifinal, tim putra India sebenarnya telah membuat sejarah. Kemenangan 3-2 atas Malaysia membuat India lolos ke empat besar untuk pertama kalinya.
India mulai berpartisipasi dalam Piala Thomas pada 1952. Kejuaraan ini digelar tiga tahunan sejak 1949-1982. Sejak kejuaraan digelar dua tahun sekali pada 1986, hasil terbaik tim Thomas India adalah perempat final pada 2006, 2010, dan 2020.
India sebenarnya tidak selalu lolos ke putaran final sejak era 1990-an. Mereka menjadi bagian dalam putaran final hanya pada tahun 2000, 2006, 2010, 2014, 2016, 2018, dan 2020.
India pernah memiliki bintang bulu tangkis tunggal putra, yaitu juara All England 1980, Prakash Padukone dan Pullela Gopichand (2001). Namun, setelah itu, kekuatan bulu tangkis putra India kalah oleh dominasi China, Denmak, Jepang, dan Indonesia.
Padahal, India sebenarnya memiliki pemain-pemain yang kerap menyulitkan pemain top dunia, seperti Srikanth, Sai Praneeth, dan Prannoy HS. Srikanth bahkan pernah menjuarai empat turnamen BWF Super Series pada 2017 dan menjadi tunggal putra nomor satu dunia pada 12 April 2018.
Kekuatan India lebih terlihat pada tunggal putri dengan munculnya Saina Nehwal dan Pusarla V Sindhu. Nehwal adalah peraih perunggu Olimpiade London 2012, sedangkan Sindhu meraih pencapaian tertinggi ketika menjadi juara dunia 2019. Dia juga meraih medali perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan perunggu Olimpiade Tokyo 2020.
Dalam ajang beregu, tim putri juga mendapat hasil lebih baik dengan menjadi semifinalis Piala Uber 2014 dan 2016, hingga akhirnya tim putra membuat kejutan di Bangkok.
Saat menang angin, saya tetap mencoba menyerang, cuma hari ini saya agak buru-buru dan tidak bisa mengatur tenaga hingga banyak melakukan kesalahan.
Dua kunci dari tiga kemenangan India dalam final melawan Indonesia didapat dalam dua laga awal, yaitu dua partai dengan peluang 50:50 bagi kedua tim. Final dibuka oleh persaingan Anthony Sinisuka Ginting melawan Lakshya Sen, tunggal pertama kedua tim.
Piala Thomas 2022 menjadi debut bagi Sen, tetapi pemain berusia 20 tahun itu menjadi salah satu bintang muda yang bersinar sejak 2021. Anthony pun pernah dikalahkannya pada babak kedua Jerman Terbuka, Maret.
Dia mengulang hasil itu, dengan skor 8-21, 21-17, 21-16, meski penampilan Anthony pada perempat final dan semifinal telah kembali pada versi terbaiknya, juga pada gim pertama final. Dia bisa meredam kecepatan Sen dengan menempatkan kok ke arah yang menyulitkan untuk dikejar. Anthony pun meraih 12 angka beruntun sejak 8-6 menjadi 20-6.
Perubahan situasi terjadi mulai gim kedua ketika Sen, yang didampingi Yoo sebagai pelatih, bisa mengantisipasi permainan Anthony. Di sisi lain, tunggal putra Indonesia peringkat kelima dunia itu kesulitan mengontrol kok karena arah angin. Kok yang diarahkan ke belakangan lapangan Sen dengan lob, sering kali jatuh di luar lapangan.
Faktor itu pula yang membuat Anthony sulit mempertahankan keunggulan ketika mendapat sisi lapangan yang sama setelah jeda gim ketiga. Sen mempercepat pola main hingga bisa membalikkan ketertinggalan dari 8-12 menjadi 18-14. Hanya dalam dua hingga lima pukulan, dia langsung melancarkan smes dan Anthony kesulitan mengantisipasinya.
”Pada gim ketiga, kami bergantian bermain di sisi lapangan berbeda. Hanya saja, saat unggul 12-8 saya kurang bisa menerapkan strategi dengan baik. Saat menang angin, saya tetap mencoba menyerang, cuma hari ini saya agak buru-buru dan tidak bisa mengatur tenaga hingga banyak melakukan kesalahan,” tutur Anthony.
Anthony juga menuturkan bahwa ketika melawan Sen, kondisinya berbeda seperti ketika berhadapan dengan Kento Momota (Jepang) pada semifinal dan Lu Guang Zu (China) di perempat final. ”Saat unggul di gim ketiga, saya bisa menjaga permainan dan akhirnya menang. Serangan saya tetap ada, tetapi melawan Lakshya, saya malah terburu-buru dan tidak bisa terapkan strategi dengan baik,” katanya.
Kami minta maaf tidak bisa menyumbang poin bagi Indonesia. Sebenarnya, kami sudah maksimal mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik, tetapi tidak bisa ambil kemenangan.
Anthony pun mengungkapkan rasa kecewanya yang dalam. ”Padahal, ini adalah last battle, saya kurang bisa memaksimalkan penampilan,” lanjutnya.
Sementara itu, Sen menuturkan, kemenangan itu didapat berkat dukungan semua anggota tim. ”Mereka selalu mendukung saya meski saya sering kalah pada pertandingan-pertandingan sebelumnya,” kata Sen yang tiga kali kalah pada empat pertandingan sebelumnya.
Seperti saat mengalahkan Jepang, 3-2, pada semifinal, penampilan Anthony diikuti formasi yang ditetapkan tim pelatih, yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Mohammad Ahsan, Jonatan Christie, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Shesar Hiren Rhustavito. Namun, Fajar/Rian dan Shesar tak jadi bertanding karena Indonesia langsung kalah dalam tiga partai.
Kevin/Ahsan sebenarnya membuka harapan ”Merah Putih” untuk menyamakan skor ketika mendapat match point 20-17 pada gim kedua ketika bertemu pasangan peringkat ke-8 dunia, Chirag Shetty/Satwiksairaj Rankireddy. Ketegangan pun tergambar pada wajah anggota tim Indonesia, seperti Anthony dan Hendra Setiawan, di tribune tim. Namun, setelah melalui laga ketat, Kevin/Ahsan akhirnya gagal memanfaatkan peluang dan kalah 21-18, 23-21, 19-21.
”Kami minta maaf tidak bisa menyumbang poin bagi Indonesia. Sebenarnya, kami sudah maksimal mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik, tetapi tidak bisa ambil kemenangan. Kuncinya memang ada pada gim kedua, ketika kami tidak bisa menang setelah mendapat match poin,” tutur Ahsan.
Kevin menilai, keunggulan mereka pada gim kedua membuat lawan justru bermain tanpa beban. ”Mereka jadi susah dimatikan. Saat lawan mulai mengejar, kami terlalu hati-hati dan banyak melakukan kesalahan,” katanya.
Sejarah untuk India pun dipastikan melalui kemenangan Srikanth atas Jonatan Christie. Dalam pertemuan kesepuluh antar-kedua pemain, Srikanth menang 21-13, 23-21.
Media di India, Indian Express, menulis, keberhasilan tim Piala Thomas India salah satunya dipengaruhi oleh keterlibatan mantan pemain, pelatih veteran, dan pelatih yang pernah mendampingi pemain sejak mereka remaja.
Salah satu di antaranya adalah Mohammad Suyadatullan dari Akademi Bulu Tangkis Gopichand. Dia pernah mendampingi Prannoy, Srikanth, dan Rankireddy/Shetty sejak mereka berusia belasan tahun.
”Sejak awal, kami memastikan bahwa tim ini sangat kompak. Ini adalah Tim Thomas terbaik yang dimiliki India,” tutur Vimal Kumar, salah satu staf pendukung tim.