Finswimming dan Karate Menanti Peralatan Tanding Baru
Menjelang SEA Games 2021 ternyata masih ada displin olahraga ataupun cabang olahraga yang terkendala belum mendapatkan peralatan tanding baru. Padahal, peralatan itu sangat memengaruhi performa dalam pertandingan nanti.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar sebulan sebelum SEA Games 2021 Vietnam, 12-23 Mei mendatang, disiplin pertandingan finswimming (renang sirip) dan cabang olahraga karate berharap mendapatkan peralatan tanding baru. Sejauh ini, mereka menggunakan peralatan lama, terutama yang disiapkan untuk Pekan Olahraga Nasional Papua 2021, medio Oktober kemarin. Padahal, peralatan baru sangat penting agar performa atlet lebih optimal untuk mewujudkan target dari pemerintah.
Pelatih kepala pelatnas finswimming yang berada di bawah naungan Pengurus Besar Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (PB POSSI) Riyad di Jakarta, Senin (4/4/2022), mengatakan, pelatnas finswimming baru dimulai pada 24 Maret setelah masalah pembagian jadwal latihan di Arena Akuatik, Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat beres. Namun, masalah yang mereka hadapi belum benar-benar tuntas.
Tidak tau pasti kapan peralatan itu tiba karena perusahaan penyedia asal Ukraina belum bisa beroperasi karena ada perang antara negaranya dan Rusia.
Kendala utama yang sedang mereka hadapi, yakni peralatan tanding baru yang belum tersedia. Peralatan terbaik berasal dari Ukraina. Karena ada konflik antara Ukraina dan Rusia beberapa waktu terakhir, peralatan yang dipesan belum bisa didatangkan sampai waktu yang belum bisa dipastikan. ”Tidak tau pasti kapan peralatan itu tiba karena perusahaan penyedia asal Ukraina belum bisa beroperasi karena ada perang antara negaranya dan Rusia,” katanya.
Peralatan yang dibutuhkan itu, yakni monofin atau sirip tunggal, bi-fins atau sirip ganda, snorkel atau pipa udara, dan kacamata renang. Karena tidak terbiasa menggunakan peralatan dari negara lain, mereka terpaksa tetap memakai peralatan lama yang dipakai untuk Pekan Olahraga Naisonal (PON) Papua 2021.
Peralatan lama memang belum berusia setahun tetapi kelenturannya tak optimal lagi. ”Sekarang, kami memilah-milah betul peralatan yang ada. Sebisa mungkin, peralatan tanding tidak dipakai untuk latihan supaya usia pakainya lebih panjang,” ujar Riyad.
Atlet nomor 50 meter surface finswimming, Wahyu Anggoro Tamtomo, menuturkan, perlatan tanding surface, khususnya monofin terbuat dari karet. Semakin lama dipakai, monofin itu akan lebih elastis atau lebih lentur. Itu tidak ideal untuk nomor-nomor cepat, seperti 50 meter surface yang butuh monofin baru yang kaku agar daya dorong lebih besar.
Kondisi peralatan bisa memengaruhi performa hingga 20 persen. ”Monofin lama ini memang belum setahun. Tapi, keadaannya tidak seoptimal yang baru. Ini membuat kami, terutama atlet nomor-nomor cepat, harus bekerja ekstra keras dalam perlombaan nanti,” kata atlet kelahiran Kendal, Jawa Tengah, 27 Desember 1994 tersebut.
Situasi itu amat disayangkan. Apalagi finswimming berpeluang menyumbangkan tiga emas, yakni dari nomor 50 meter surface putra, 100 meter surface putri, dan 100 meter bi-fins putra. Salah satu yang paling berpotensi meraih emas adalah Wahyu.
Grafik Wahyu terus menanjak dari PON Papua. Dia memecahkan rekor PON sekaligus rekor nasional dengan 15,77 detik saat merebut emas 50 meter surface ajang nasional tersebut. Pada seleksi nasional SEA Games sebulan lalu, dirinya kembali memecahkan rekor nasional dengan 15,49 detik. Catatan waktu itu tercatat tercepat keenam dunia medio Januari-Maret 2022. ”Saya berusaha untuk mempertajam catatan waktu terbaik saya dan mendapatkan emas di SEA Games nanti,” katanya.
Tim finswimming Indonesia berkekuatan 14 atlet, tetapi hanya 10 atlet yang direstui pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk berangkat ke SEA Games. Mereka memasang target meraih tiga emas, tiga perak, dan lima perunggu di SEA Games tetapi Kemenpora meyakini di kisaran satu emas, tiga perak, dan lima perunggu.
Untuk merealisasikan target minimal yang diprediksi Kemenpora, mereka bakal menjalani pemusatan latihan untuk menambah jam terbang atlet di Jerman, 21-23 April ini. Persiapan sebaik mungkin dilakukan supaya bisa bersaing dengan tuan rumah, Thailand, dan Singapura.
Terlepas dari itu, renang siripIndonesia punya sejarah manis di SEA Games. Ketika terakhir kali dipertandingkan pada SEA Games 2011 Jakarta-Palembang, tim Merah-Putih mampu menjadi juara umum. Mereka mengumpulkan tujuh emas, delapan perak, dan dua perunggu.
Baju karate
Setali tiga uang, pelatih kepala pelatnas karate PB Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (Forki) Idris Taher Gusti mengutarakan, mereka masih menanti baju karate baru untuk SEA Games 2021. Seragam baru sangat dibutuhkan oleh tim kata atau seni pertunjukkan jurus karena salah satu komponen penilaian ialah penampilan.
Jika memungkinkan, seragam baru itu tiba lebih cepat agar atlet bisa lebih menyesuaikan dengan kondisi tubuhnya. Sebab, biasanya, baju baru itu ukurannya tidak benar-benar pas. Kalau tiba jauh-jauh hari, atlet masih ada waktu untuk menjahitnya.
”Sampai saat ini, baju baru belum juga datang. Tapi, rencananya PB Forki mau membeli secara mandiri karena memang belum ada MOU (tanda tangan nota kesepahaman) dengan Kemenpora untuk anggaran bantuan pelatnas tahun ini,” kata Idris.
Adapun pelatnas karate dilaksanakan di Kompleks Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta Pusat, sejak Januari lalu. Mereka berkekuatan 19 atlet, terdiri dari delapan atlet kumite dan 11 atlet kata. Dengan kekuatan penuh itu, mereka ditargetkan setidaknya merebut tiga emas.
Tiga emas itu harapkan disumbangkan oleh nomor kata individu putra oleh Ahmad Zigi Zaresta Yuda selaku juara bertahan dari SEA Games 2019 Filipina, kata individu putri oleh Krisda Putri Aprilia sebagai juara bertahan dari SEA Games 2019, dan kumite kelas -55 kilogram putri oleh Cok Istri Agung Sanistyarani yang merengkuh perunggu Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.
”Kami yakin bisa memenuhi target itu, bahkan lebih. Paling tidak, dalam Kejuaraan Karate SEAKF ke-9 di Kamboja, 21-28 Maret kemarin, kami mampu mendapatkan lima emas, tiga perak, dan lima perunggu. Kejuaraan itu merupakan gambaran umum kekuatan karate Asia Tenggara sebelum SEA Games. Kurang lebih, begitulah peta kekuatan sekarang,” ungkap Idris.
Deputi I Ketua Kontingen (Chef de Mission/CdM) Indonesia di SEA Games 2021 Teuku Arlan Perkasa Lukman menyampaikan, pihaknya secara maraton mengunjungi pelatnas-pelatnas cabang yang berpartisipasi di SEA Games mulai Kamis (31/3). Memang ada sejumlah keterbatasan dalam pelatnas tetapi masih bisa diatasi.
Semua cabang itu pun tetap menunjukkan semangat tinggi sehingga menimbulkan keyakinan mereka bisa meraih prestasi terbaik di SEA Games. ”Pada SEA Games kali ini, pemerintah amat selektif. Cabang-cabang prioritas dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang dikirim ke SEA Games cuma yang berpeluang merebut emas, perak, dan perunggu, sedangkan cabang-cabang di luar DBON yang diberangkatkan hanya yang berpotensi mendapatkan emas dan perak,” pungkas Arlan.