Hujan Turut Bantu Agus Prayogo dan Odekta Menjuarai Borobudur Marathon
Dua pelari nasional, Agus Prayogo dan Odekta Elvina, menjuarai Borobudur Marathon 2021. Keduanya mengubah hujan yang turun di awal lomba menjadi faktor yang justru menguntungkan mereka.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pelari nasional Agus Prayogo dan Odekta Elvina Naibaho menjuarai Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng, Sabtu (27/11/2021) pagi, untuk kategori pelari elite putra dan putri. Agus merebut gelar juara dari tangan Betmen Manurung, sedangkan Odekta mengalahkan juara bertahan Pretty Sihite. Cuaca hujan turut membantu meningkatkan performa mereka di awal lomba.
Agus memenuhi ambisinya untuk menjuarai Borobudur Marathon setelah gagal mencapai garis finis pada 2016. Kali ini, pelari asal Bogor, Jawa Barat, tersebut berhasil menyelesaikan lomba dengan catatan waktu 2 jam 32 menit 21 detik. Catatan waktu Agus di Borobudur Marathon ini melampaui catatan waktunya saat merebut medali emas cabang maraton di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021, yaitu 2 jam 33 menit 9 detik.
Para pelari memulai lomba pukul 05.00 di Taman Lumbini, Kompleks Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pemenang Borobudur Marathon 2020, Betmen Manurung, mendapat kesempatan untuk memulai start terdepan. Sementara Agus memulai start dari posisi ke-12.
Di awal-awal lomba, Agus langsung tancap gas dengan konsisten berada di garis terdepan selama berlari. Betmen Manurung, Muhammad Ady Saputra, dan Pandu Sukarya terlihat mampu mengimbangi Agus. Para pelari dihadapkan pada lintasan dengan banyak tikungan dan kondisi lintasan yang agak menanjak di satu titik.
Satu jam kemudian atau pada pukul 06.00, langit berubah mendung dan hujan deras turun. Para pelari tidak menghentikan lajunya dan tetap berlari di tengah terpaan hujan. Di tepi jalan, para penonton yang merupakan pelari umum peserta Borobudur Marathon Tilik Candi turut menyemangati.
Jalanan memang menjadi licin karena hujan. Tapi, positifnya, suhu di sekitar tidak terlalu panas. Padahal, saya sudah menyiapkan kacamata agar tidak silau karena matahari.
Meski lintasan sepanjang 3,5 meter itu menjadi licin karena hujan, tidak ada pelari yang terpeleset atau terjatuh. ”Jalanan memang menjadi licin karena hujan. Tapi, positifnya, suhu di sekitar tidak terlalu panas. Padahal, saya sudah menyiapkan kacamata agar tidak silau karena matahari,” kata Agus saat konferensi pers seusai perlombaan.
Menurut Agus, hujan sama sekali tidak menghambat performanya ketika berlari. Ia justru memanfaatkan hujan untuk menjaga kondisi suhu tubuhnya dan menambah kecepatan. Karena itulah, catatan waktunya saat Borobudur Marathon lebih baik dibandingkan PON Papua.
Saat mencapai garis finis, Agus meluapkan kegembiraannya. Ia berlutut sembari merentangkan pita garis finis. Capaiannya di Borobudur Marathon kali ini melengkapi raihan tiga medali emas dari ajang PON Papua.
”Waktu itu, 2016, saya tidak bisa mencapai garis finis, tapi sekarang terbayarkan,” katanya.
Di peringkat kedua, Muhammad Ady Saputra mencapai garis finis dengan catatan waktu 2 jam 35 menit 30 detik atau tiga menit lebih lambat di belakang Agus. Adapun Iqbal Saputra menjadi pemenang ketiga dengan catatan waktu 2 jam 38 menit 6 detik.
Odekta terlihat begitu menikmati lomba. Ia seakan tiada henti untuk menebar senyum selama berlari. Laju Odekta tidak terbendung. Ia meninggalkan rekan-rekannya sesama pelari jauh di belakang.
Peraih medali emas cabang maraton putri di PON Papua itu mencatatkan waktu 3 jam 2 menit dan 48 detik. Juara Borobudur Marathon 2020 kategori pelari putri, Pretty Sihite, menyusul di peringkat kedua dengan catatan waktu 3 jam 18 menit 59 detik. Di peringkat ketiga ada peraih medali perunggu cabang maraton PON Papua, Irma Handayani. Irma mencatatkan waktu 3 jam 19 menit 13 detik.
Odekta mengaku tidak begitu terhambat dengan turunnya hujan di awal lomba. Sebaliknya, ia mengubah hujan menjadi faktor yang menguntungkan baginya. ”Saya dibantu oleh alam dengan suasana yang sejuk. Jadi, tidak perlu menyiram badan dan kepanasan. Negatifnya, baju jadi lepek dan treknya licin,” ujarnya.
Odekta bersyukur bisa menyelesaikan lomba tanpa mengalami cedera. Pada saat memasuki garis finis, pelari yang mewakili DKI Jakarta di PON Papua ini tampak memegangi lutut kirinya sembari tertunduk lesu karena kelelahan.
Para juara di setiap kategori mendapat medali dan hadiah Rp 40 juta. Adapun berturut-turut pemenang kedua dan ketiga mendapat Rp 30 juta dan Rp 20 juta.
Pelaksanaan Borobudur Marathon menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan sangat ketat, mulai dari persiapan hingga selesai acara. Setelah para pelari elite, selanjutnya pelari umum akan unjuk gigi dalam Borobudur Marathon Tilik Candi yang akan digelar sehari setelahnya di tempat dan jam yang sama.