Para juara bertahan Borobudur Marathon mendapat tantangan serius dari pelari elite yang menjuarai PON Papua 2021. Kondisi fisik para pelari tahun ini lebih bagus dari tahun lalu karena baru mengikuti PON.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng menjadi arena pertempuran bagi juara bertahan dan pelari elite yang kembali berpartisipasi tahun ini. Para penantang juara bertahan bukan pelari sembarangan. Mereka adalah penyandang predikat juara di cabang maraton Pekan Olahraga Nasional Papua 2021.
Sebanyak 42 pelari elite nasional, yang terdiri dari 26 pelari pria dan 16 pelari wanita, bersaing memperebutkan gelar juara Borobudur Marathon 2021, Sabtu (27/11/2021), di Taman Lumbini, kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Ajang Borobudur Marathon menjadi arena persaingan bagi juara bertahan dengan pelari yang tampil di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua.
Salah satu pelari elite nasional yang tampil di Borobudur Marathon adalah Agus Prayogo (36) yang mewakili Jawa Barat di cabang maraton PON Papua. Di PON Papua, Agus meraih medali emas dengan catatan waktu 2 jam 33 menit 9 detik. Hasil itu membuat Agus mempertahankan medali emas yang ia peroleh di PON Jawa Barat 2016.
Agus menyongsong Borobudur Marathon dengan optimisme tinggi. Apalagi, ia ingin tampil maksimal di Magelang yang menjadi rumah masa kecil sekaligus tempatnya pertama kali mengenal olahraga lari. Borobudur Marathon kali ini bukan yang pertama kali bagi Agus. Pada tahun 2016, ia ambil bagian, tetapi tidak berhasil menyelesaikan lomba karena masih baru mencoba lomba maraton.
Walau tahun lalu tidak ikut, saya sudah mempelajari bagaimana rute di Borobodur Marathon.
Setelah absen cukup lama dari Borobudur Marathon, kali ini Agus kembali dengan target bisa menjadi juara. ”Walau tahun lalu tidak ikut, saya sudah mempelajari bagaimana rute di Borobodur Marathon,” ujar Agus, Jumat (26/11/2021).
Menurut Agus, rute atau lintasan sepanjang 3,5 kilometer di area Taman Lumbini, kompleks Candi Borobudur, sangat menantang. Para pelari harus mengitari rute sebanyak 12 kali. Kondisi itu bisa membuat pelari dilanda kejenuhan. Selain itu, ada banyak tikungan yang berpotensi mengganggu ritme kecepatan pelari.
Agus mengaku telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mewujudkan ambisinya tersebut. Ia telah memetakan kekuatan para pesaingnya sejauh ini. Raihan medali emas di PON Papua juga membuatnya lebih percaya diri untuk merebut gelar dari juara bertahan Borobudur Marathon, Betmen Manurung.
Di sisi lain, Betmen menyadari upayanya untuk mempertahankan gelar juara tidak akan mudah. Ia mengatakan, tahun ini persaingan di Borobudur Marathon bertambah ketat karena sejumlah pelari elite nasional kembali berlaga. Tahun lalu, Betmen menjuarai Borobudur Marathon dengan catatan waktu 2 jam 42 menit 25 detik.
Merasa kurang
Meski telah mengenal rute dengan sangat baik, Betmen masih merasa kurang mantap. Pada saat sesi tes rute sehari sebelum lomba, Betmen memilih mengitari rute sebanyak dua kali saat pelari lainnya hanya sekali. Persaingan ketat untuk meraih gelar juara membuat pelari asal Bogor, Jawa Barat, itu merasa harus mempersiapkan diri secara maksimal. ”Tes rute dua kali supaya orientasi rutenya lebih matang,” katanya.
Ambisi untuk merebut gelar juara juga dipendam oleh Odekta Elvina Naibaho. Setelah absen pada Borobudur Marathon tahun lalu, Odekta kini menjadi penantang serus bagi juara bertahan Borobudur Marathon kategori pelari putri, Pretty Sihite.
Pelari asal DKI Jakarta itu menatap Borobodur Marathon berbekal gelar juara PON Papua. Di PON Papua, Odekta merebut medali emas usai mencatatkan waktu 2 jam 48 menit dan 46 detik. Demi mewujudkan ambisinya itu, Odekta mempersiapkan diri sejak sebelum PON Papua bergulir.
Saat PON berakhir, Odekta memasuki masa transisi untuk bersiap menuju Borobudur Marathon. Porsi latihannya berkurang menjadi hanya 60 persen. Setelah dua pekan, perlahan-lahan porsi latihannya ditingkatkan hingga 80 persen menjelang berangkat ke Magelang. ”Sebagai seorang atlet, saya berambisi menjadi juara,” ujarnya.
Direktur Perlombaan Borobudur Marathon Andreas Kansil mengatakan, banyak pelari elite baru yang tampil di PON Papua juga berpartisipasi di Borobudur Marathon. Lantaran tampil di PON, kondisi fisik mereka jauh lebih bagus dibandingkan dengan tahun lalu karena minim kompetisi. Oleh sebab itu, persaingan di Borobudur Marathon tahun ini dipastikan akan lebih ketat.