Di Bumi Cendrawasih, DKI Jakarta Ingin Berjaya Kembali
DKI Jakarta berambisi kembali menjadi juara umum PON di Papua ini setelah lepas pada PON Jawa Barat. Mereka menargetkan 171 emas untuk mengunci gelar tersebut. Emas diharapkan lahir dari cabang-cabang terukur.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·5 menit baca
DKI Jakarta adalah kontingen tersukses dalam sejarah Pekan Olahraga Nasional. Sejak PON digelar pertama kali di Surakarta pada 1948, tim asal ibu kota negara ini keluar menjadi juara umum 11 kali dari total 19 PON yang sudah digelar. Namun, pada PON di Jawa Barat pada 2016, mereka gagal mempertahankan predikat yang diraihnya dari edisi sebelumnya di Riau pada 2012.
Maka itu, pada PON Papua 2021 ini, DKI Jakarta berkekuatan 735 atlet yang ikut 37 cabang atau semua cabang yang ada ini punya misi besar untuk kembali merebut gelar juara umum tersebut. Tekad mereka tampaknya berpeluang terealisasi.
Sejak PON Papua mulai melaksanakan pertandingan pada 22 September hingga Minggu (3/10/2021) pukul 19.50 WIT, DKI Jakarta masih memimpin klasemen perolehan medali sementara dengan 29 emas, 20 perak, dan 21 perunggu. Mereka unggul atas tuan rumah di tempat kedua dengan 21 emas, tujuh perak, dan 18 perunggu.
Insya Allah pada PON kali ini kita akan berhasil kembali sebagai juara umum. Ini bukan sekadar harapan pemerintah, melainkan harapan dari seluruh warga Jakarta.
”Insya Allah pada PON kali ini kita akan berhasil kembali sebagai juara umum. Ini bukan sekadar harapan pemerintah, melainkan harapan dari seluruh warga Jakarta. Di pundak Anda (atlet, pelatih, dan ofisial) kami titipkan harapan itu. Lakukan yang terbaik, berikan sepenuh hati, sepenuh tenaga untuk bisa menang,” ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat melepas kontingen ke PON Papua beberapa waktu lalu dilansir dari Instagram resminya.
DKI Jakarta telah berpartisipasi sejak PON pertama. Waktu itu, kontingen mereka bernama Keresidenan Jakarta. Akan tetapi, mereka belum berhasil menjadi yang terbaik, tetapi duduk di peringkat ke-10 dari total 14 peserta dengan membawa pulang dua perak dan dua perunggu. Keluar sebagai juara umum merupakan tuan rumah, Keresidenan Surakarta dengan 16 emas, 10 perak, dan 10 perunggu.
Tak butuh waktu lama, pada PON kedua di kandangnya sendiri, prestasi DKI Jakarta meningkat tajam. Mereka keluar sebagai runner-up pengoleksi medali terbanyak dengan 9 emas, 16 perak, dan 14 perunggu. Adapun Jawa Barat menjadi juara umum dengan 24 emas, 12 perak, dan 14 perunggu.
DKI Jakarta pertama kali meraih mahkota juara umum dalam PON keempat di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 1957. Mereka mendulang 21 emas, 18 perak, dan 16 perunggu. Setelah turun ke peringkat kedua dalam PON kelima di Bandung, Jawa Barat, pada 1961 dan PON keenam urung dilaksanakan karena gejolak politik pada 1965, mereka menjelma sebagai kekuatan utama olahraga nasional dengan menjadi juara umum beruntun dari PON ketujuh di Surabaya, Jawa Timur, pada 1968 hingga PON ke-14 di Jakarta pada 1996.
Dalam lima PON berikutnya, DKI Jakarta keluar sebagai juara umum di PON Sumatera Selatan 2004 dan PON Riau 2012. Mereka gagal menjadi juara umum di PON Jawa Timur 2000 (peringkat kedua), PON Kalimantan Timur 2008 (urutan kedua), dan PON Jawa Barat 2016 (tempat ketiga).
”Sekarang, persaingan lebih merata sehingga DKI Jakarta tak mudah lagi menjadi juara umum. Tetapi, itu sinyal positif yang memacu kami untuk berusaha lebih optimal. Secara keseluruhan, ini menjadi persaingan sehat yang memungkinkan lahirnya atlet-atlet potensial dari banyak daerah lain,” kata Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DKI Jakarta Djamhuron P Wibowo ketika dihubungi, Senin (20/9/2021).
Targetkan 171 emas
Untuk merebut juara umum kali ini, Djamhuron mengatakan, DKI Jakarta harus membawa pulang 171 emas pada PON ini. Target itu lebih banyak 39 emas dari total emas yang mereka raih dari PON Jawa Barat. Kalau bisa mencapai target itu, mereka kemungkinan besar bisa mengunci gelar juara umum.
”Atlet wajib mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya untuk mewujudkan target tersebut. Apalagi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Papua datang dengan jumlah atlet lebih banyak di semua cabang. Itu membuat mereka berpeluang untuk mendapatkan medali lebih banyak,” katanya.
Djamhuron menyampaikan, mereka sudah melakukan persiapan matang. Selama pandemi Covid-19, para atlet tetap menjalani latihan secara mandiri dengan pengawasan pelatih masing-masing. Dua bulan terakhir, latihan berlanjut secara terpadu di sejumlah tempat.
Latihan terpadu itu dilakukan, antara lain di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur; kompleks olahraga Senayan, Jakarta Pusat; dan Sekolah Khusus Olahraga Ragunan, Jakarta Selatan. Ada pula beberapa atlet atau cabang yang melakukan latihan di luar negeri, seperti senam di Belanda dan Uzbekistan, serta loncat indah di Amerika Serikat.
”Pemerintah DKI Jakarta juga memberikan dukungan besar agar kami menjadi juara umum. Itu terlihat dari anggaran persiapan yang diberikan, meningkatkan dari sekitar Rp 300 miliar untuk ke PON Jawa Barat menjadi Rp 410 miliar untuk menuju PON Papua. Anggaran itu sangat penting semua kebutuhan atlet terpenuhi dengan optimal, mulai dari penyediaan asupan gizi yang baik hingga melakukan pemusatan latihan di luar negeri yang rata-rata sekitar sebulan,” ungkap Djamhuron.
Meskipun Djamhuron tak mau mengungkapkan cabang-cabang yang berpotensi mendulang banyak emas di PON ini, DKI Jakarta biasanya mengandalkan cabang-cabang terukur yang menyediakan banyak medali, seperti atletik, akuatik, menembak, dan senam. Apalagi mereka dihuni atlet-atlet nasional atau pelatnas di cabang-cabang tersebut.
Di atletik, misalnya, DKI Jakarta menjadi juara umum cabang itu pada PON Jawa Barat dengan 15 emas, 3 perak, dan 2 perunggu. Pada PON ini, mereka punya peluang kembali menjadi juara umum cabang yang berlangsung pada 5-14 Oktober di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika PT Freeport Indonesia di Kota Timika. Pelatih dan atlet mereka di cabang itu pun sangat antusias mengulangi prestasi seperti lima tahun lalu.
Pelatih lari cepat DKI Jakarta, Eni Nuraini, mengungkapkan, tim atletik kemungkinan menyumbangkan emas dari lari gawang 100 meter putri, lari estafet 4 x 100 meter putra, lari jarak menengah, lari jarak jauh, nomor lompat/loncat, dan nomor lempar/lontar. ”Di atletik, pesaing terberat DKI Jakarta praktis Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat karena tiga daerah ini juga memiliki banyak atlet nasional. Untuk daerah lain, kurang begitu terlihat potensi dan perkembangannya,” ujar Eni.
Pelari gawang 100 meter putri DKI Jakarta sekaligus pelatnas Emilia Nova mengatakan, walau baru pulih dari cedera operasi patah tulang punggung bawah (lumbal) empat kanan-kiri pada Juni lalu, dia tetap berambisi mempertahankan emas lari gawang 100 meter. ”Mempertahankan emas penting sekali untuk semakin menumbuhkan lagi kepercayaan diri saya yang sempat terganggu karena cedera punggung,” terangnya.