Rifda Irfanaluthfi mendominasi hari pertama PON Papua lewat raihan dua emas. Salah satu emas yang diraihnya sukses memecahkan paceklik gelar tim beregu putri DKI.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS – Rifda Irfanaluthfi membuktikan dirinya masih menjadi pesenam artistik putri terbaik Indonesia pada PON Papua 2021. Pada hari pertama lomba, Jumat (1/10/2021), “Ratu Senam” nasional ini menyumbang dua emas untuk DKI Jakarta, dari nomor beregu putri dan serba alat individu.
Rifda menampilkan sisi dewasa pada PON keduanya di Arena Istora Papua Bangkit. Meski sempat terjatuh pada nomor balok keseimbangan (12,200), dia tampil nyaris sempurna dalam tiga nomor lain, meja lompat (13,500), palang bertingkat (12,500), dan senam lantai (13,300).
Konsistensi itu mengantarnya untuk memenangi nomor serba alat dengan total skor 51,500. Pesenam 21 tahun ini unggul jauh dari peraih podium lain, rekannya Trithalia (46,650) dan wakil Jawa Timur Rasza Miranda (46,600).
Rifda pun membantu DKI Jakarta meraih emas beregu putri. Tim ibukota total mencatat skor 142,800. Selain Rifda dan Tritahlia, mereka dibantu penampilan Armartiani (44,550) dan Nadia Indah (42,150).
Gelar juara beregu itu adalah yang pertama kali untuk DKI Jakarta, setidaknya dalam dua dekade terakhir. Mereka mengalahkan musuh bebuyutan, Jatim, yang harus puas meraih perak (136,900).
Rifda dan rekan-rekan berpesta setelah memastikan oase gelar tersebut. Mereka bersama pelatih Eva Butar Butar saling berpelukan erat membentuk lingkaran, sebelum naik ke podium.
Pola pikir atlet seperti Rifda memang bukan untuk mengejar emas lagi di sini, tetapi menjadi batu loncatan ke ajang internasional.
”Emas ini untuk eyang yang belum lama ini meninggal. Juga untuk bunda yang sendirian datang ke Papua untuk menonton hari ini. Kehadiran bunda membuat saya lebih tenang,” kata Rifda, yang meraih tiga emas pada PON Jawa Barat 2016.
Pesenam bergaya energik ini tampak tenang sepanjang lomba. Dia bisa menikmati setiap detik penampilan di depan juri, terutama saat beraksi di senam lantai. Rifda menggabungkan tarian gemulai sekaligus akrobat bertenaga dalam satu set gerakan.
”PON kali ini tidak seperti sebelumnya. Waktu itu kan pertama kali, jadi lebih tegang dan belum bisa menikmati. Sekarang jauh lebih tenang karena sudah punya pengalaman,” jelas peraih perak Asian Games 2018 tersebut.
Menurut Eva, target utama Rifda bukanlah emas PON. Dia datang ke Papua untuk melatih gerakan yang disiapkan jelang SEA Games dan Asian Games mendatang. Raihan emas PON hanyalah bonus.
”Saya menambahkan tingkat kesulitan dalam setiap gerakannya. Karena gerakan yang ditampilkan hari ini, semua sudah dilatih untuk ajang selanjutnya. Pola pikir atlet seperti Rifda memang bukan untuk mengejar emas lagi di sini, tetapi menjadi batu loncatan ke ajang internasional,” ucap Eva yang juga pelatih Rifda di pelatnas.
Eva merupakan salah satu ofisial kontingen DKI yang cukup kaget dengan raihan emas di beregu. Sebelum lomba dimulai, dia berkata akan sangat sulit untuk mengalahkan Jatim. DKI baru saja mulai bangkit dengan kekuatan beregu pada gelaran sebelumnya.
“Tadi mereka terjatuh semua saat balok keseimbangan. Tidak tahu kenapa jatuh. Mungkin karena mental ya. Untungnya anak-anak semua tampil bagus di senam lantai. Mereka mainnya bersih. Ini pencapaian yang tidak mudah karena Jatim sudah menguasai beregu 25 tahun terakhir,” ucap mantan ratu senam era 1980-an tersebut.
Manajer tim Jawa Tengah Tommy berkata, sulit mengalahkan tim yang punya pesenam seperti Rifda. Menurut dia, Rifda masih pesenam putri terbaik saat ini. “Pastinya Rifda diunggulkan. Kalau seperti tim kami, paling targetnya hanya tampil semaksimal mungkin,” tuturnya.
Perjalanan Rifda masih akan berlanjut di PON Papua. Dia akan mengikuti nomor final individu pada 3-4 Oktober nanti. “Saya selalu siap. Saya hanya mengikuti arahan kak Eva untuk final nanti,” pungkas Rifda.