Perburuan Takhta Tanpa Raja MotoGP
MotoGP musim 2021 bergulir tanpa favorit kuat juara dunia karena sang penguasa tunggal, Marc Marquez, belum bisa tampil dalam beberapa seri awal. Perburuan juara akan sangat terbuka, sulit diprediksi, dan penuh kejutan.
LOSAIL, RABU — Persaingan MotoGP dalam satu dekade terakhir selalu memunculkan favorit kuat juara dunia. Marc Marquez dan Jorge Lorenzo berada di episentrum persaingan itu, dengan interupsi dari Casey Stoner pada 2011. Bahkan, sejak 2016, status favorit juara dimonopoli oleh Marc Marquez, hingga dia cedera humerus kanan pada awal musim lalu. Musim lalu pun menjadi anomali karena Marquez absen sejak seri kedua MotoGP 2020 dan belum bisa tampil dalam dua seri awal musim 2021.
Tanpa Marquez, persaingan juara musim 2020 menjadi sulit ditebak. Peraih podium terus berubah, hingga ada sembilan pebalap yang memenangi seri balapan. Kondisi tanpa konsistensi itu pula yang membuat Fabio Quartararo masih bisa memimpin klasemen pebalap hingga seri kelima di Austria, dengan bermodal kemenangan pada dua seri awal dan tidak pernah finis podium di tiga balapan berikutnya.
Bahkan, Andrea Dovizioso yang tidak kompetitif dengan Ducati bisa memimpin klasemen pebalap meskipun finis ketujuh pada seri keenam di San Marino. Quartararo hanya turun satu tingkat meskipun gagal finis. Dovizioso bertahan di puncak hingga balapan kedua di Misano. Posisi teratas kembali direbut Quartararo pada seri Barcelona di mana dia finis terdepan. Pebalap tim satelit Yamaha itu bertahan di puncak hingga balapan di Le Mans.
Baca juga: Sinyal Positif dari Marquez
Dia kehilangan kendali persaingan juara mulai balapan pertama di Aragon, di mana Joan Mir memimpin klasemen. Pebalap Suzuki itu menjaga konsistensi meraih podium dalam dua balapan berikutnya, termasuk finis terdepan di Valencia. Dia memastikan diri juara pada balapan kedua di Sirkuit Ricardo Tormo dengan finis ketujuh. Konsistensi Mir finis di podium itu tidak diraih oleh Quartararo, yang akhirnya terdampar di posisi delapan klasemen akhir.
MotoGP 2020 menjadi musim yang menyakitkan bagi para pebalap Yamaha, kecuali Franco Morbidelli yang finis runner-up. Maverick Vinales, Quartararo, dan Valentino Rossi menjalani musim yang aneh dan mengecewakan. Bahkan, Rossi menjalani musim terburuknya sejak debut di kelas elite pada 2000. Dia finis di posisi ke-15 dengan 66 poin, lima kali tidak menyelesaikan balapan, termasuk dua kali absen karena positif Covid-19.
Kegagalan Yamaha musim lalu tidak lepas dari masalah keandalan mesin YZR-M1, yang mengalami kerusakan klep mesin dari salah satu pemasok. Musim lalu, Yamaha menggunakan klep dari dua rekanan, salah satunya tidak mampu bertahan saat mesin disetel pada performa tertinggi. Jika masalah keandalan klep itu bisa dibenahi, Yamaha berpotensi menjadi juara musim ini.
Baca juga: Momentum Positif Pemacu M1
Apalagi, tes pramusim di Sirkuit Losail, Qatar, menegaskan potensi M1. Motor 2021 yang menggunakan sasis menyerupai 2019 yang stabil itu menunjukkan perilaku yang mudah dikendalikan saat ban aus. Perbaikan ini menjadi salah satu kunci mengatasi Suzuki yang sangat seimbang di lap-lap akhir sehingga kecepatan mereka tidak anjlok dengan ban aus. Yamaha musim ini juga memperbaiki kecepatan puncak mereka meskipun, menurut Rossi, masih terpaut sekitar 10 kilometer per jam dari Ducati yang dipacu Jack Miller.
Defisit kecepatan puncak ini menuntut para pebalap Yamaha harus selalu start di baris depan, supaya bisa memaksimalkan keunggulan mereka dalam menikung dengan kecepatan tinggi. Jika ada pebalap Ducati, Honda, atau KTM yang kecepatan puncaknya lebih tinggi, peluang para pebalap Yamaha mengoptimalkan M1 akan mengecil. M1 akan sulit diajak menikung dengan cepat jika ada motor di depannya yang lebih lambat di tikungan sehingga mereka harus mengerem. Situasi makin rumit karena Sirkuit Losail memiliki trek lurus yang panjang, di mana para pesaing Yamaha bisa melebarkan jarak selepas dari tikungan.
Meraih posisi start terdepan masih sangat terbuka bagi Yamaha, yang memiliki catatan bagus dalam waktu satu putaran. Itu dibuktikan dengan tiga pebalap mereka di posisi dua hingga empat dalam catatan lap tercepat saat tes pramusim. Mereka hanya kalah dari Miller, satu-satunya pebalap Ducati yang bisa mengendalikan Desmosedici dengan gaya unik.
Baca juga: Terus Asah Diri, Marc Marquez Menghitung Hari
Miller yang berani sliding saat menikung, bahkan di Austria yang berbahaya, bisa memaksa Desmosedici menikung dengan lebih cepat seperti Yamaha YZR-M1 dan Suzuki GSX-RR. Miller pun menjadi salah satu kandidat pesaing juara dunia musim 2021, selain pebalap Yamaha dan Suzuki.
Khusus untuk pebalap Suzuki, sejauh ini Joan Mir dan Alex Rins, belum menunjukkan potensi mereka sesungguhnya. Catatan waktu lap tercepat mereka juga belum meyakinkan untuk meraih posisi start di baris depan. Namun, itu bukan berarti mereka kehilangan peluang. Musim lalu, Rins bisa start dari posisi kedua pada seri Eropa di Ricardo Tormo. Ini menegaskan, potensi mereka unggul pada sirkuit-sirkuit dengan daya cengkeram rendah.
GSX-RR yang tidak memiliki kecepatan puncak tinggi memiliki keunggulan kestabilan pada trek-trek yang minim daya cengkeram. Motor ini juga memiliki keunggulan dalam manajemen ban. Saat tes di Qatar, analis MotoGP, Simon Crafar, menyaksikan kondisi ban-ban para pebalap Suzuki jauh lebih baik dibandingkan para pebalap tim lain setelah menjalani banyak lap. Ini menjadi indikasi kuat, mereka akan jauh lebih kompetitif mulai setengah balapan. Kondisi ban menjadi sangat krusial di lap-lap akhir saat para pebalap mulai kehilangan kecepatan dan motor mulai mudah tergelincir.
Baca juga: Mir Membangun Kecepatan
Karakter GSX-RR itu merupakan manifestasi filosofi yang disemai oleh Manajer Davide Bravio, yang meninggalkan Suzuki pada akhir musim 2020 untuk bergabung dengan tim Alpine Formula 1. GSX-RR bukanlah motor terkuat di lintasan MotoGP, bahkan para mekanik Suzuki sering bercanda bahwa mereka balapan MotoGP dengan motor jalan raya.
Brivio memang mengembangkan motor dengan konsep ”semakin sederhana semakin baik”. GSX-RR pun difokuskan pada sasis yang istimewa untuk mendukung kelincahan, bobot yang ringan, dan mudah dikendalikan. Keunggulan motor itu disempurnakan dengan memilih pebalap yang memiliki teknik tinggi. Dalam memilih pebalap, mereka selalu mencari pebalap muda yang bisa dikembangkan menjadi pebalap gaya Suzuki. Filosofi itu berjalan baik dan melahirkan para pebalap top seperti Maverick Vinales, Alex Rins, dan Joan Mir.
Ketiga pebalap itu, musim ini akan menjadi pesaing utama MotoGP. Vinales bersama Quartararo di tim pabrikan Yamaha dan Rins serta Mir masih menjadi andalan Suzuki. Persaingan tidak akan terbatas pada para pebalap pabrikan karena Morbidelli yang membela tim satelit Yamaha juga memiliki potensi besar. Meskipun dengan motor M1 2019, dia mampu bersaing dalam race pace. Dia menilai, paket perbaikan performa musim ini berfungsi dengan baik dan bisa diterapkan di sirkuit-sirkuit lain.
Baca juga: Suntikan Motivasi ”The Doctor”
”Ada hal-hal yang masih bisa ditingkatkan dari motor, tetapi kita perlu melihat itu seiring waktu. Kita perlu melihat bagaimana (balapan) akhir pekan berlangsung. Jadi, akhir pekan akan sulit, saya bisa menetapkan posisi yang saya pikir bisa menjadi target saya. Jadi, posisi teratas karena dalam tes saya merasa sangat cepat, saya memiliki pace yang bagus dan saya memiliki kecepatan yang bagus secara umum,” ujar Morbidelli dikutip Motorsport.
Setelah tes di Qatar, saya merasa cukup kuat dan keseimbangan motor bagus. Saya meraih waktu putaran terbaik saya di sirkuit itu, yang merupakan hal penting dan positif.
Rekan setim Morbidelli di Petronas SRT Yamaha, Valentino Rossi, juga merasa optimistis bisa bersaing di papan atas. Pebalap berusia 42 tahun itu mendapat momentum bagus di akhir tes pramusim dengan perbaikan pace setelah mencoba sejumlah setelan motor. ”Setelah tes di Qatar, saya merasa cukup kuat dan keseimbangan motor bagus. Saya meraih waktu putaran terbaik saya di sirkuit itu, yang merupakan hal penting dan positif,” ujar Rossi dikutip Crash.
”Saya pikir ada banyak pebalap di motor-motor yang berbeda juga kuat, tetapi jelas kami di dalam rombongan mereka. Race pace kami terlihat bagus sehingga saya merasa kami siap mengawali musim di Qatar akhir pekan ini,” tegas Rossi.
Ini merupakan musim ke-26 Rossi di ajang Grand Prix motor dan bisa menjadi musim terakhirnya jika tidak berakhir bagus. ”Secara resmi ini (kontrak dengan Petronas) berlangsung setahun, tetapi target saya adalah balapan dua (tahun) lagi. Ini akan tergantung pada bagaimana 2021 berlangsung. Jika saya menikmati, bertarung untuk kemenangan dan podium, berada di lima besar, maka saya akan lanjut,” tegas Rossi dalam wawancara dengan Massimo Calandri dari La Repubblica.
Baca juga: Pamor Rossi Meredup
Rossi, yang mengawali musim ini dengan tidak mulus, dipastikan akan menjalani balapan yang tidak kalah sulit dari musim lalu. Perbaikan yang dia raih di akhir tes pramusim juga diraih oleh para pebalap lain. Bahkan, pebalap baru Honda, Pol Espargaro, terus membaik dengan RC213V yang terkenal liar dan sulit dikendalikan.
Espargaro mengakhiri tes pramusim di posisi ke-10 terpaut 0,716 detik dari pebalap tercepat, Miller. Namun, catatan waktu Espargaro jelas belum cukup kompetitif untuk bersaing meraih podium. Setali tiga uang, pebalap satelit LCR Honda, Takaaki Nakagami dan Alex Marquez, masih jauh dari persaingan papan atas. Mereka juga dibekali dengan motor spesifikasi pabrikan 2021.
Dengan hasil tes di Qatar itu, Honda musim ini masih akan sulit rutin meraih podium. Mereka belum akan diperkuat oleh Marc Marquez yang menjadi andalan Honda dalam satu dekade terakhir. Juara dunia enam kali MotoGP itu memutuskan untuk tidak tampil dalam dua balapan awal di Qatar (28 Maret dan 4 April) supaya pemulihan cedera humerus kanan dalam kondisi yang lebih stabil dan kuat. Posisinya akan diisi oleh pebalap penguji, Stefan Bradl.
Tanpa Marc Marquez, dan Espargaro masih dalam tahap adaptasi, Honda masih harus bersabar untuk bisa menjadi yang terbaik. Ini sekaligus membuka peluang bagi para pebalap lain untuk meraih gelar juara. Morbidelli menilai, musim ini akan menjadi persaingan para pebalap Yamaha, Suzuki, dan Ducati. Dari hasil tes pramusim, para pebalap yang berpotensi bersaing di papan atas adalah Miller, Vinales, Quartararo, Morbidelli, Mir, dan Rins, dan Francesco Bagnaia.
Baca juga: Misi Mir Mengulang Tahun Gemilang
Potensi kejutan bisa dihadirkan oleh Aleix Espargaro, yang memacu Aprilia RS-GP dengan meyakinkan musim ini. Dari sisi kecepatan puncak, Aprilia sangat kompetitif, tetapi race pace belum meyakinkan. Aprilia menjadi satu-satunya tim yang belum meraih podium, dan itu menjadi target besar mereka musim ini.
Sementara itu, KTM mengalami awal musim yang kurang bagus. Catatan waktu mereka jauh di bawah para pebalap papan atas. Miguel Oliveira dan Brad Binder hanya menempati posisi ke-16 dan ke-17. Kondisi ini dinilai oleh Oliveira, KTM seperti menabrak dinding. Motor dirasakan dalam kondisi baik, tetapi paket perbaikan dan penyetelan belum bisa memperbaiki kecepatan RC16.
”Menurut saya, ini hanya karena Qatar tidak cocok dengan motor kami, khususnya gaya membalap di sini harus lembut dalam mengerem, biarkan motor meluncur dengan cepat dan mengalir,” kata Binder.
Baca juga: Misi Oliveira-Binder Usik Papan Atas
”Satu hal yang sangat bagus dari motor KTM kami adalah menikung dengan menekan rem depan dan motor akan berhenti seketika. Di sini tidak banyak kesempatan menggunakan keunggulan terbesar kami dan saya pikir trek ini sedikit rumit bagi kami. Namun, kami memiliki sejumlah pemikiran dan saya yakin kami bisa menaikkan permainan,” kata pebalap asal Afrika Selatan itu.
KTM masih berpotensi melesat seperti musim lalu, dengan meraih delapan podium, saat balapan berlangsung di trek-trek yang sesuai dengan karakter RC16, Austria dan Portimao di antaranya. Tim asal Austria itu berpotensi menjadi kuda hitam yang mengusik persaingan juara antara Yamaha, Suzuki, dan Ducati.