Beribu Jalan Hidup Tanpa Presensi Penonton
Tanpa penonton langsung di lapangan, penyelenggara kompetisi, klub, dan pemain masih bisa hidup. Banyak peluang menggaet sponsor dengan memanfaatkan konten digital.
JAKARTA, KOMPAS — Para fans merupakan jantung dari ajang olahraga. Kehadiran mereka tidak hanya menghidupi atmosfer persaingan, tetapi juga menyokong industri olahraga dari penjualan tiket. Meski sulit harus menjalankan kompetisi tanpa penonton di tengah pandemi Covid-19, kompetisi olahraga nasional masih punya seribu jalan untuk bertahan.
Maret 2021 menjadi titik balik industri olahraga di Indonesia. Setelah setahun absen akibat jerat pandemi, kompetisi seperti Liga Bola Basket Indonesia (IBL) dan turnamen pramusim sepak bola Piala Menpora 2021 akan segera digelar. Hanya saja, penyelenggaraan akan berlangsung tanpa penonton.
Absennya penonton di lapangan sudah pasti mengurangi pemasukan. Misalnya saja, IBL. Pemasukan dari tiket penonton selalu menyokong mereka tiap musim. Ratusan hingga ribuan penonton, tergantung lokasi pertandingan, merupakan ceruk besar pemasukan.
Baca juga : Optimisme IBL Menjemput Musim Baru
Tanpa itu, IBL bersiasat dengan lebih mengandalkan sponsor. Di tengah pandemi, saat kompetisi lain kesulitan mencari dukungan dana, mereka justru mendapat cukup banyak sponsor. Sponsor yang telah menandatangani kontrak beberapa tahun tetap bertahan, seperti Gojek, sementara ada beberapa sponsor baru yang datang, di antaranya Bank Mandiri.
Direktur IBL Junas Miradiarsyah mengatakan, kuncinya adalah menawarkan keuntungan lebih kepada sponsor dengan berbagai konten virtual di dalam dan di luar lapangan. Keuntungan tersebut untuk menggantikan presensi penonton yang biasanya dijual oleh penyelenggara liga kepada sponsor.
Fansnya, kan, tetap ada, pertandingan juga. Hanya medianya saja yang berubah. Biasa fans di lapangan, sekarang di layar kaca. Karena tidak ada penonton di lapangan, ini jadi peluang untuk memperkuat di digital.
”Fansnya, kan, tetap ada, pertandingan juga. Hanya medianya saja yang berubah. Biasa fans di lapangan, sekarang di layar kaca. Karena tidak ada penonton di lapangan, ini jadi peluang untuk memperkuat di digital. Nah, kita coba mempertemukan itu dengan sponsor,” kata Junas saat dihubungi pada Minggu (28/2/2021).
Contohnya, IBL sempat bekerja sama dengan Gojek membuat web series tentang keseharian pebasket. Itu merupakan salah satu cara mereka tetap mempertahankan sponsor ketika kompetisi absen setahun. Untuk musim depan, fitur-fitur iklan persembahan sponsor juga sudah siap disisipkan di tengah siaran langsung pertandingan.
Baca juga : Pemain IBL Sudah Siap Perang
”Sponsor pasti awalnya ragu karena kami mengubah sesuatu jadi tidak biasa. Tetapi, ini bagaimana caranya meyakinkan mereka. Kami selalu melihat inovasi apa yang bisa dilakukan daripada diam dan menunggu. Karena semua industri, kan, sama saja, dari makanan sampai pariwisata. Semua tidak bisa dengan cara biasa. Karena itu, kami mencari dan menawarkan cara tidak biasa,” tutur Junas.
Adapun penyelenggaraan IBL berbeda dengan NBA. Seluruh penyelenggaraan ditanggung oleh panitia liga. Karena itu, semua pemasukan dari tiket penonton diambil oleh mereka. IBL belum menerapkan sistem kandang dan tandang seperti yang dilakukan NBA.
Berkah sponsor juga didapatkan oleh klub IBL, Satya Wacana Saints Salatiga. Di tengah pandemi, mereka justru punya sponsor baru untuk mengarungi musim depan, yaitu Bank Jateng.
Baca juga : IBL Menanti Efek Domino Piala Menpora
Manajer Satya Wacana Zaki Iskandar melihat, kondisi saat ini justru jadi peluang besar bagi klub. Mereka bisa menggaet sponsor baru dengan potensi penonton yang sudah menanti. Euforia penonton dari siaran langsung digital akan membuncah karena sudah menanti lama.
”Saya melihat ada kebutuhan besar di virtual karena, kan, apa lagi yang bisa digarap saat seperti ini. Kami pun memanfaatkan itu. Apalagi olahraga ini, kan, hiburan. Pasti ditonton dan ditunggu. Mempromosikannya juga lebih mudah,” kata Zaki.
Dengan kondisi tersebut, klub tinggal mencari kecocokan dengan sponsor. Misalnya, Satya Wacana yang menawarkan pengenalan Bank Jateng ke target pasar sponsor, yaitu anak muda.
Menurut Zaki, klub hanya perlu cermat memilih calon sponsor. ”Pasti sekarang lebih sulit karena mungkin tidak semua perusahaan dalam kondisi surplus. Tetapi, kan, tidak semua begitu. Saya melihat ada peluang, misalnya dari perbankan dan asuransi. Tinggal pintar-pintar kita saja,” tambahnya.
Kehadiran sponsor juga tidak lepas dari Satya Wacana yang terus memperbaiki manajemen. Vakumnya kompetisi tidak membuat mereka hanya diam menunggu. Mereka justru menambah tim pemasaran. Tim asal Jawa Tengah ini juga memperbarui merek dengan menambah nama Saints sebagai panggilan tim.
Di sisi lain, bagi pemain Satria Muda Pertamina Jakarta, M Sandy Ibrahim Aziz, kehilangan penonton di lapangan pasti akan berdampak pada atmosfer kompetisi. Namun, itu tidak mengurangi semangatnya yang sudah haus akan pertandingan.
”Ya, awal-awal mungkin bakal aneh pertandingan tanpa penonton. Tetapi, kita harus biasakan. Sekarang ini yang penting bagaimana kompetisinya jalan, bagaimana kita bermain dengan baik. Itu yang kita fokuskan,” kata forward tim nasional Indonesia tersebut.
Sepak bola
Inovasi serupa dilakukan oleh tim-tim sepak bola. Setelah kompetisi resmi vakum selama satu tahun, sejumlah sumber pemasukan mereka tertutup. Oleh karena itu, sejumlah tim berinovasi agar tetap ada pemasukan di tengah pandemi Covid-19 untuk memenuhi hak pemain dan pelatih serta mendukung operasional klub jelang Piala Menpora dan Liga 1.
Baca juga : Tim-tim Siap Bersiasat Hadapi Piala Menpora
Salah satu tim yang melakukan gebrakan dari sisi finansial ialah Persita Tangerang. Manajemen klub berjuluk ”Pendekar Cisadane” itu menjadi pionir di Indonesia dalam pengelolaan stadion bersama pihak sponsor. Terhitung mulai akhir Januari 2021, markas Persita yang awalnya bernama Stadion Sport Center menjadi Stadion Indomilk Arena.
Direktur Komersial Persita Evelyn Cathy mengungkapkan, perubahan nama stadion itu berbeda dengan kebijakan finansial mayoritas klub di Eropa yang menjual lisensi penamaan stadion.
”Perubahan nama stadion adalah bagian dari komitmen kerja sama kami dengan Indofood sebagai salah satu sponsor Persita. Langkah itu adalah salah satu inovasi kami dari sejumlah rencana inovasi yang meliputi infrastruktur, fasilitas, dan pernak-pernik tim untuk menyiasati ketiadaan penjualan tiket pertandingan,” ujar Evelyn yang dihubungi, Minggu (28/2/2021), di Jakarta.
Baca juga : Kapolri: Kesuksesan Piala Menpora 2021 Kunci Kelanjutan Liga 1
Lebih lanjut Evelyn mengatakan, pihaknya bersyukur mayoritas sponsor Persita yang telah menjalin kerja sama untuk Liga 1 2020 masih berkomitmen mendukung tim serta penjualan pernak-pernik klub menjadi sumber pemasukan utama ketika Persita tidak menjalani pertandingan resmi dalam satu tahun terakhir.
Selain dua sumber pendapatan itu, Evelyn menambahkan, pihaknya akan melakukan pendekatan dengan sejumlah calon sponsor yang memiliki potensi untuk mendukung tim di Piala Menpora dan Liga 1 2021.
CEO Bali United Yabes Tanuri mengatakan, seluruh elemen Bali United tengah mempersiapkan diri secara matang untuk berkontestasi pada tahun 2021. Selain para pemain dan pelatih yang telah memulai latihan sejak Januari lalu, manajemen Bali juga tengah berusaha menggaet sponsor baru untuk memenuhi kebutuhan operasional klub, terutama untuk bersaing di Liga 1 2021 dan Piala AFC 2021, yang akan dilangsungkan tanpa penonton.
”Kami terus mempersiapkan diri untuk kompetisi tahun ini, terutama untuk menyiapkan dana dengan mencari sponsor baru,” kata Yabes.
Hingga awal tahun ini, tim berjuluk ”Serdadu Tridatu” itu masih menjalin kerja sama dengan sekitar 22 sponsor. Itu menjadikan Bali United sebagai salah satu tim dengan jumlah sponsor terbanyak di Indonesia. Bahkan, beberapa sponsor, seperti Mobil, Wuling Motors, dan Indomie, terus menghadirkan langkah-langkah kerja sama baru selama 2020. Wuling, misalnya, menyerahkan lima mobil untuk operasional klub, Desember lalu.
Baca juga : Kapolri Restui Turnamen Pramusim
Hal itu pun tidak lepas dari prestasi Bali United yang secara konsisten berlaga di Piala AFC pada edisi 2019, 2020, dan 2021. Selain itu, manajemen Bali United terdepan dalam melakukan inovasi, seperti memugar Stadion I Wayan Dipta dengan membangun kafe klub, membuat tim e-Sport, serta mendirikan klub basket.
Masih menunggu
Tim lain, Persipura Jayapura, mulai menemui titik terang untuk memenuhi kebutuhan dana operasional tim jelang berlaga di kompetisi tingkat nasional dan internasional pada 2021. Setelah sempat membubarkan tim, Januari lalu, karena masalah finansial, tim berjuluk ”Mutiara Hitam” itu telah mendapatkan komitmen dari PT Freeport Indonesia untuk melanjutkan kerja sama.
Kepastian kerja sama itu pun diumumkan melalui unggahan foto di akun media sosial Persipura, 22 Februari lalu. Dalam foto itu terdapat tulisan ”We would like to Thank You PT Freeport Indonesia for 2021”.
”Kami masih menunggu kepastian kerja sama itu. Jadi, kami belum memastikan kapan memulai persiapan untuk latihan dan pemanggilan pemain dan pelatih,” ucap Sekretaris Umum Persipura Rocky Bebena yang dihubungi secara terpisah.
Adapun PT Freeport Indonesia adalah sponsor utama bagi Persipura sejak 2019. Dalam periode kontrak yang ditandatangani kedua tim awal 2019, PT Freeport Indonesia memberikan dana sekitar Rp 15 miliar untuk Persipura dengan durasi kontrak hingga akhir 2020 sehingga setiap tahun Persipura mendapat kucuran uang Rp 7,5 miliar untuk operasional tim.