Sebanyak 93,50 Persen Pohon yang Ditanam di IKN Tumbuh Baik
Rehabilitasi hutan dan lahan di IKN salah satunya dilakukan dengan penanaman pohon. Rata-rata persentase tanaman tumbuh sebesar 93,50 persen dan tanaman sehat 85,20 persen dari jumlah keseluruhan tanaman.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
SAMARINDA, KOMPAS — Dari 120.000 hektar area hutan di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dinilai perlu direstorasi, sedikitnya 3.800 hektar hutan dan lahan sudah direhabilitasi pemerintah sejak 2022. Tanaman yang tumbuh dan sehat itu sudah tergolong tinggi.
Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air Otorita IKN Pungky Widiaryanto mengatakan, degradasi hutan dan lahan sudah terjadi di area tersebut sebelum IKN ditetapkan di Kalimantan Timur. Penyebabnya, pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang yang direncanakan.
Untuk mewujudkan kota hutan di IKN, pemerintah sudah mulai melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan sejak 2022 di area yang terdegradasi. Saat itu, rehabilitasi hutan dan lahan dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di lahan seluas 1.300 ha.
Pungky mengatakan, berdasarkan hasil penilaian kegiatan penanaman dan pemeliharaan tahun berjalan, rehabilitasi hutan dan lahan di IKN tahun 2022 yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Mahakam Berau, rata-rata tanaman tumbuh 93,50 persen. Adapun tanaman sehat sebanyak 85,20 persen dari jumlah keseluruhan tanaman. Angka tersebut termasuk tinggi dan tergolong berhasil.
”Jumlah tanaman yang direncanakan untuk ditanam sebanyak 28.430 batang. Dari rencana tersebut, realisasi jumlah tanaman yang berhasil ditanam sebanyak 26.523 batang dengan kondisi tanaman yang sehat sebanyak 24.452 batang,” kata Pungky dalam keterangan tertulis kepada Kompas, Senin (16/10/2023).
Sementara itu, pada 2023 rehabilitasi dilakukan di lahan seluas 2.500 ha. Itu berasal dari kegiatan KLHK dan kewajiban pemegang izin tambang di kawasan hutan seluas 2.919 ha. Tingkat keberhasilan dan kondisi penanaman ini akan diketahui di tahun berikutnya.
Di luar kegiatan itu, pemerintah juga menggandeng sejumlah pihak untuk turut menanam pohon di sejumlah area yang dinilai perlu direhabilitasi di IKN. ”Telah diluncurkan gerakan publik Sabuk Hijau Nusantara, sebuah inisiasi bersama dengan Katadata, Benihbaik, dan Jejakin,” kata Pungky.
Persemaian Mentawir
Selain penanaman dan gerakan yang dilakukan untuk menghijaukan IKN, pemerintah juga membangun Persemaian Mentawir. Persemaian ini menjadi tempat pembibitan pohon yang akan ditanam di IKN. Persemaian ini diproyeksikan dapat memproduksi bibit dengan kapasitas 15 juta bibit per tahun.
Saat berkunjung ke Persemaian Mentawir pada 21 September 2023, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar mengatakan, persemaian yang dibangun sejak Juli 2022 itu saat ini menampung sekitar 3,8 juta bibit pohon. Itu terdiri dari tanaman kayu, seperti ulin, meranti, balsa, gaharu, nyampul, dan aneka pohon buah.
Di dalam persemaian itu terdapat area tempat tumbuh tanaman induk sebanyak tiga blok, sejumlah rumah pembibitan, rumah perkecambahan, dan satu buah embung untuk keperluan air baku di area persemaian.
”Ada sistem penyiraman di dalamnya, ada Aclimatization House Area sebanyak 6 blok yang masing-masing 3 bay dan ada open growth area sebanyak 18 blok. Itu sudah jadi semua,” kata Siti Nurbaya.
Persemaian Mentawir ini berada di lahan seluas 120 ha di kawasan hutan produksi di Desa Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Sarana utama persemaian berada di lahan seluas 32,5 ha untuk memproduksi bibit.
Persemaian Mentawir ini juga didukung embung yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Embung ini salah satu dari sekitar 50 proyek pembangunan infrastruktur IKN pada tahap awal 2022-2024 dengan total biaya 4,5 miliar dollar AS atau Rp 62 triliun yang bersumber dari APBN (Kompas, 21/9/2023).
Salah satu pekerja di persemaian tersebut, Ria (33), berharap hutan di sekitar rumahnya bisa ditanami pohon. Ia tinggal di Kilometer 60 Jalan Soekarno-Hatta, sekitar 100 kilometer dari Persemaian Mentawir. Rumahnya berbatasan langsung dengan area konservasi dan penelitian Taman Hutan Raya Bukit Soeharto.
”Di sana banyak yang ditambang secara ilegal. Ada juga yang rusak karena kebakaran,” katanya.