Panggung Kopi Lokal di Ajang Balap MotoGP Mandalika
MotoGP Mandalika tidak hanya menjadi panggung bagi pebalap motor dunia. Kopi lokal NTB juga mengambil bagian dan tampil di ajang balap motor paling bergengsi di dunia itu.
Gelaran MotoGP Mandalika tidak hanya jadi tempat bagi para pebalap dunia bertanding memperebutkan posisi terbaik. Ajang balap motor paling bergengsi itu juga memberi kesempatan para pelaku usaha kopi lokal tampil memperkenalkan produk mereka.
Gedung VIP Villages Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika, Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (20/3/2022) pukul 07.00 Wita, masih cukup lengang. Belum terlihat ada penonton datang.
Pagi itu, di ruangan-ruangan pada gedung dengan kapasitas sekitar 2.400 orang tersebut hanya terlihat petugas yang lalu lalang. Mereka tampak menyiapkan semua kebutuhan untuk hari puncak penyelenggaraan MotoGP Mandalika.
Baca juga: Pariwisata Mandalika Terus Menggeliat Seusai MotoGP
Suasana lengang juga terasa di sisi luar gedung dengan harga tiket Rp 10 juta per orang itu, termasuk di area lorong panjang di sisi luar gedung yang menghadap langsung ke sirkuit. Kesibukan satu-satunya di sana ada pada area mirip kafe kecil dengan berbagai perlengkapan membuat kopi.
Di kafe kecil itu telah tertata rapi berbagai peralatan membuat kopi, baik manual maupun mesin, serta perlengkapan pendukung lainnya. Di sisi depan, berjejer kopi-kopi lokal Lombok dalam berbagai kemasan.
Di sanalah, Lalu Heri Satria Wijaya (29) bersama dua rekannya, Arsyamba (26) dan Aiman Efia Abhista (17), bertugas. Mereka tampak sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk melayani penonton MotoGP. ”Kami sudah bertugas sejak hari pertama. Kami semua dari Lombok Tengah. Produk-produk (kopi) yang kami bawa juga dari Lombok Tengah,” kata Heri.
Baca juga: Dari Mandalika untuk Dunia
Menurut dia, tidak hanya di area VIP Villages, rekan-rekannya yang juga berasal dari Lombok Tengah bertugas di titik lain di kawasan Mandalika, yakni di zona D Sirkuit dan Parkir Timur Mandalika.
”Ada juga yang siaga di luar sebagai runner. Tugasnya, kalau es batu habis, dia yang tangani sehingga kami yang di dalam tidak kelimpungan,” kata Heri.
Sebagai warga Lombok Tengah, Heri senang dan terhormat bisa berpartisipasi dalam ajang internasional. Apalagi diselenggarakan di Lombok Tengah, kampung halamannya tersendiri. ”Saat World Superbike, kami juga terlibat, tetapi tidak dalam kondisi seperti sekarang,” tuturnya.
Saat World Superbike di Mandalika pada November 2021, mereka ditempatkan di gerbang kedatangan penonton. ”Saat itu, kami hanya bisa mendengar suara knalpot. Bahkan, kehujanan dan kebanjiran. Sekarang, kami bisa bikin kopi sambil melihat langsung atmosfer dalam sirkuit bahkan lihat balapannya,” kata Heri.
Baca juga: Saat Pebalap Dunia Terpesona Keindahan Mandalika
Lokasi kafe kecil tempat Heri dan rekan-rekannya bertugas memang sangat strategis. Selain terlindung dari panas dan hujan, juga menghadap langsung ke lintasan lurus Sirkuit Mandalika. Saat pebalap melintas, mereka bisa ikut menonton sembari melayani pengunjung yang memesan kopi.
”Antusias pengunjung untuk menikmati kopi lokal juga sangat tinggi. Hari kedua kemarin, kami mendapat sekitar Rp 3 juta,” kata Heri.
Meski demikian, kata Heri, untuk bisa mendapat tempat di VIP Villages tidak mudah. Mereka harus melalui proses kurasi oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Lombok Tengah.
”Kami harus tertib izin, misalnya punya Nomor Induk Berusaha dan izin Produk Industri Rumah Tangga, termasuk sudah memiliki kemasan dengan stiker,” ujarnya.
Baca juga: Misi Espargaro Hapus Mimpi Buruk Mandalika di Argentina
Tidak hanya Heri dan rekan-rekannya, Natasya Bennita (23) dan Lalu Patra Riski (23) yang bertugas di titik lain di VIP Villages juga merasakan antusiasme luar biasa.
”Rasanya luar biasa dan merasa beruntung bisa bertugas di sini. Apalagi lewat bidang yang saya sukai, yakni kopi,” kata Natasya yang telah menggeluti kopi sejak 2017.
Menurut Natasya, selama tiga hari, dia bertugas menyediakan kopi espreso secara manual (manual brew) sesuai spesialisasinya. Tantangannya adalah tidak hanya menampilkan keahliannya, tetapi juga menjelaskan kopi lokal Nusa Tenggara Barat ke para penonton.
”Selain menyeduh kopi, saya juga memperkenalkan hal-hal yang spesifik soal kopi Lombok. Misalnya cara panen, beda kopi Lombok dengan kopi yang lain. Pokoknya pada hal-hal yang pengin mereka ketahui,” kata Natasya.
Lihat juga: Selesai MotoGP Sirkuit Mandalika Jadi Lokasi Wisata Baru di Lombok
Pelibatan pelaku usaha kopi di MotoGP memang tidak sebatas menyuguhkan kopi yang dipesan penonton, tetapi juga memperkenalkan kopi-kopi lokal asal NTB.
Oleh karena itu, kesempatan itu dimanfaatkan Heri dengan membawa serta berbagai produk kopi robusta produksi UKM asal Lombok Tengah. Misalnya Kopi Sopoq, Tunas Caffee, dan Kopi Rinjani.
Pengakuan
Pelaku usaha kopi termasuk salah satu dari 1.000 lebih usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang terlibat dalam ajang MotoGP, baik yang berada di dalam maupun luar kawasan sirkuit.
Pelibatan berbagai UMKM merupakan salah satu keinginan Presiden Joko Widodo, yakni agar ajang MotoGP bukan sekadar balapan, melainkan juga memberi dampak ekonomi bagi masyarakat.
Baca juga: Sampah Mandalika Mulai Dikelola lewat Skema Bank Sampah
Usaha kopi termasuk yang kini terus berkembang di Nusa Tenggara Barat. Hal itu tidak hanya terlihat dari menjamurnya kafe di hilir, tetapi juga munculnya kopi-kopi lokal di hulu.
Penasihat Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) NTB Giri Arnawa mengatakan, tidak hanya di Pulau Lombok seperti kopi Sajang, Sembalun, dan Sapit di Lombok, kopi lokal NTB juga ada di Sumbawa seperti kopi Punik.
Secara produksi, kata Giri, masih sedikit, yakni kurang dari 1.000 ton per tahun untuk arabika dan sekitar 5.000 ton per tahun untuk robusta. Meski demikian, peluang kopi lokal NTB untuk terus berkembang sangat besar. Hanya saja, perlu terus dukungan dari pemangku kepentingan. Misalnya untuk peningkatan kualitas produksi di hulu, serta peningkatan kapasitas usaha pengolahan kopi (roastery) di tengah, serta coffee shop dan barista di hilir.
Oleh karena itu, pelibatan pelaku usaha kopi di ajang MotoGP sangat penting. Selain pengakuan bagi kopi lokal, juga kesempatan bagi barista untuk mengasah kemampuan.
Menurut Giri, berdasarkan permintaan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Asosiasi Kopi Indonesia (Aski) NTB kemudian memetakan anggota dan melakukan seleksi, termasuk produk kopi terbaik untuk disajikan.
Ada 18 barista dari berbagai perusahaan (kedai kopi) di Lombok yang dilibatkan. Mereka disebar di enam gerai (masing-masing tiga orang), yakni lima di gedung VIP Villages dan satu di gerai Bank Indonesia.
”Apresiasi ke ITDC sudah mau mengakomodasi kopi-kopi Indonesia khususnya NTB untuk ikut dalam ajang internasional ini. Ini adalah pengakuan bagi kopil lokal dan sumber dayanya di ajang bergengsi ini,” kata Giri.
Di panggung balapan motor kelas dunia yang sukses, kopi-kopi lokal NTB turut ambil bagian. Semoga memiliki masa depan lebih cerah.