Pariwisata menjadi lokomotif penggerak ekonomi Bali. Pelonggaran kebijakan bagi PPLN tujuan wisata ke Bali disambut antusias di antara bayang-bayang pandemi Covid-19.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·6 menit baca
Putu Mudita (56) bersama dua kawannya merapikan papan dan meja konter usaha transportasi sewa yang berada di pinggir trotoar Jalan Danau Tamblingan, Sanur, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Senin (7/3/2022). Sambil bercakap-cakap, tiga lelaki itu membenahi konter yang terlihat sudah lama tidak ditempati. Mereka tampak bersemangat saat bekerja.
”Sudah lama kami tidak bekerja,” kata Putu Mudita yang mengenalkan dirinya sebagai Putu Billy. Sejak Maret 2020, usaha penyewaan mobil yang ditekuninya bertahun-tahun harus dihentikan lantaran sepi tamu. Mobil yang dioperasikan Putu Billy pun nyaris tidak pernah menderu dan melintasi jalanan selama masa menyepi itu. ”Sampai dua kali ganti aki,” ujar lelaki itu menambahkan.
Penerapan kebijakan pelonggaran bagi PPLN khusus wisata di Bali tetap harus disikapi dengan prinsip kehati-hatian. ( I Gusti Ngurah Ardita).
Seperti halnya Putu Billy dan dua rekannya di Sanur, Wayan (38), karyawan sebuah toko grosir tas dan sepatu di kawasan Double Six, Legian Kaja, Kuta, Badung, mengatakan, sejak Maret 2020, toko tempatnya bekerja itu lebih sering ditutup dibandingkan buka. Ia bersyukur karena pemilik toko tetap melanjutkan usahanya sehingga dia bisa tetap bekerja.
”Kami pernah merasakan dampak peristiwa bom Bali tahun 2005. Saat itu Kuta sempat sepi, namun tidak lama sudah kembali ramai,” ujar Wayan yang sedang menjaga toko grosir tas dan sepatunya di kawasan Double Six, Kuta, Rabu (8/3/2022). Saat itu, pemilik toko juga tidak sampai menutup tempat usahanya itu.
”Pandemi Covid-19 yang paling terasa dampaknya. Betul-betul sepi yang panjang,” kata lelaki asal Tabanan, Bali, itu menambahkan.
Covid-19 merambah mulai 2019, kemudian merajalela menjadi pandemi yang berdampak luas terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat hingga kini, termasuk perekonomian. Bali yang mengandalkan industri pariwisata sebagai lokomotif ekonomi daerah mengalami tekanan yang tidak ringan lantaran pariwisata di Bali mati suri.
Industri pariwisata sebagai lahan penghidupan Putu Billy dan sekitar 1 juta orang lainnya di Bali tidak dapat bergerak banyak selama pandemi Covid-19. Kedatangan wisatawan mancanegara bersama wisatawan domestik yang menjadi sumber usaha di Bali menurun drastis. Dari 6,27 juta turis asing yang datang selama 2019, menjadi sekitar 1,06 juta turis pada 2020, kemudian terjun bebas hanya 51 kunjungan selama 2021. Kondisi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Akibatnya, tidak sedikit tenaga kerja di Bali yang harus dirumahkan atau bahkan diberhentikan akibat dampak wabah penyakit Covid-19. Dalam laporannya November 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menyebutkan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Bali periode Agustus 2021 sebesar 5,37 persen. Jumlah itu menurun 0,25 poin dibandingkan kondisi TPT di Bali periode Agustus 2020, tetapi meningkat signifikan dibandingkan TPT di Bali periode Februari 2020 yang tercatat 1,25 persen.
Menyusul pemberlakuan beragam pembatasan untuk menanggulangi pandemi Covid-19, termasuk penghentian sementara kunjungan dan transit warga negara asing ke Indonesia mulai Maret 2020, ekonomi Bali terpukul. BPS Provinsi Bali menyatakan pertumbuhan ekonomi Bali periode 2020 terkontraksi hingga minus 9,31 persen dibandingkan periode 2019.
Tetap bergerak
Selama industri pariwisata di Bali mengalami masa-masa sulit akibat pandemi Covid-19, sektor-sektor usaha lainnya di Bali berupaya tetap bergerak. Upaya bertahan di masa sulit dijalankan I Wayan Mandra (72), pedagang di Pasar Seni Sukawati, Gianyar, dengan tetap berjualan di pasar seni. Ia mengisi waktu sambil menunggu pembeli dengan memahat topeng. ”Kebetulan saya memang bisa mengukir,” kata Mandra saat melayani pembeli di Pasar Seni Sukawati, Gianyar, Kamis (10/3/2022).
Mandra menuturkan, masa-masa sepi pembeli pernah dialaminya ketika memulai berdagang di Pasar Seni Sukawati tahun 1980. Hampir selama delapan tahun saat awal berjualan di Pasar Seni Sukawati, Mandra jarang didatangi pengunjung yang akan berbelanja patung, topeng, atau hasil kerajinan tangan lainnya. ”Mulai akhir 1980-an sampai awal 1990-an, baru pasar seni ini ramai didatangi pengunjung dan pembeli,” ujar pria asal Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar itu.
Pada saat dirinya dan pedagang di Pasar Seni Sukawati itu kembali lagi menempati gedung pasar seni pada April 2021—setelah gedung pasar seni selesai direnovasi dan dibangun menjadi lebih megah—pedagang kembali merasakan masa sepi pembeli. Saat ini, meski masih diliputi suasana sepi, Mandra bersama lebih dari 780 pedagang di Blok A Pasar Seni Sukawati tetap menggelar barang dagangannya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar Ni Luh Gede Eka Suary mengatakan, pemerintah memugar pasar lama dan membangun tiga blok gedung Pasar Seni Sukawati agar pasar lebih modern dan bersih serta pedagang dan pembeli nyaman bertransaksi. Eka menyatakan, Pemkab Gianyar dan masyarakat, khususnya warga Pasar Seni Sukawati, berterima kasih kepada pemerintah pusat dan Pemprov Bali karena sudah merevitalisasi Pasar Seni Sukawati yang juga merupakan ikon pariwisata Bali di Gianyar.
”Kami juga berterima kasih karena pemerintah sudah memberikan pelonggaran dengan membuka penerbangan internasional ke Bali dan bebas karantina di Bali,” Eka Suary seusai mengadakan persembahyangan di Pasar Seni Sukawati, Gianyar, Kamis (10/3/2022). ”Kami berharap langkah pemerintah itu juga mengembalikan kunjungan wisatawan ke Gianyar, termasuk ke Pasar Seni Sukawati,” katanya.
Kehati-hatian
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangli I Wayan Sugiarta, keputusan pemerintah dan kebijakan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengenai kebijakan tanpa karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) untuk warga negara Indonesia dan warga negara asing dari sejumlah negara ke Bali membawa angin segar bagi Bali, termasuk masyarakat Kabupaten Bangli.
Pemkab Bangli sudah menjalankan langkah-langkah yang akan mendukung pemulihan pariwisata di Bali, di antaranya memperbaiki pelayanan retribusi di kawasan daya tarik wisata di Bangli dan melengkapi kawasan tujuan wisata dengan aplikasi Peduli Lindungi. ”Kami bersyukur karena beberapa daya tarik wisata di Bangli, salah satunya di Desa Wisata Penglipuran, masih menarik minat wisatawan untuk berkunjung pada saat pandemi, terutama dari wisatawan dalam negeri,” kata Sugiarta.
Secara terpisah, Managing Director PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)/Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) I Gusti Ngurah Ardita menyatakan, penerapan kebijakan pelonggaran bagi PPLN khusus wisata di Bali tetap harus disikapi dengan prinsip kehati-hatian. Ardita memastikan kawasan The Nusa Dua sudah disiapkan sejak awal pandemi Covid-19 untuk menerima kunjungan wisatawan dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, termasuk penerapan CHSE Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
”Kami menyikapi kebijakan ini dengan semangat positif karena kebijakan pemerintah ini merupakan kemajuan luar biasa bagi Bali setelah dua tahun menyepi akibat pandemi Covid-19,” kata Ardita.
Meski pemerintah sudah memudahkan kunjungan wisata ke Bali, pelonggaran di masa pandemi Covid-19 tersebut tetap harus dijalankan dengan kewaspadaan dan kehati-hatian dari semua pihak agar tidak menimbulkan gelombang pandemi Covid-19 berikutnya. Ardita menambahkan, keputusan pemerintah yang bertujuan menggerakkan kembali ekonomi masyarakat dan sekaligus tetap memastikan terjaganya situasi kesehatan masyarakat di masa pandemi Covid-19 ini menjadi sebentuk kepercayaan yang sepatutnya dijaga dengan baik dan sungguh-sungguh.