Pandemi Covid-19 Masih Jadi Tantangan Signifikan di Tiga Tahun Pemerintahan Khofifah-Emil
Pandemi Covid-19 menjadi ujian paling menantang karena dampaknya yang luar biasa di berbagai lini kehidupan. Beragam strategi dikerahkan demi mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat ”Brang Wetan”.
Genap tiga tahun, pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak menakhodai Provinsi Jawa Timur pada Minggu (13/2/2022). Selama itu, pandemi Covid-19 menjadi ujian paling menantang karena dampaknya yang luar biasa di berbagai lini kehidupan. Beragam strategi dikerahkan demi mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat ”Brang Wetan”.
Situasi pandemi Covid-19 di Jatim, memasuki pekan terakhir Februari 2022, belum mereda, bahkan diprediksi tengah menuju fase puncak gelombang Omicron. Indikasinya, antara lain, jumlah kasus aktif per Sabtu (19/2/2022) mencapai 33.063 kasus atau sebesar 6,82 persen dari total kumulatif konfirmasi 485.091 kasus.
Kasus aktif itu meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan pekan sebelumnya, yakni pada Sabtu (12/2), yang 16.142 kasus atau sebesar 3,71 persen dari kumulatif konfirmasi 435.421 kasus. Penambahan konfirmasi positif dalam sepekan (12-19 Februari) ini mencapai 43.745 kasus. Jumlah itu mendekati puncak gelombang Delta tahun lalu yang mencapai 44.000 lebih penambahan kasus baru per minggu.
Indikasi lain, penambahan kasus harian pada 17 Februari 2022 mencapai 8.977 kasus. Angka ini melebihi penambahan kasus harian pada saat puncak gelombang varian Delta tahun lalu. Saat itu, kasus harian tertinggi terjadi 15 Juli 2021 dengan penambahan 8.230 kasus dalam sehari.
Baca Juga: Penambahan Kasus Semakin Tinggi Jatim Perkuat Surveilans dan Vaksinasi
Prediksi itu antara lain disampaikan Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto. Menurut dia, varian Omicron sedang naik di Jatim. Puncak kasus Omicron sedang bergeser dari Jakarta menuju Provinsi Jawa Barat. Setelah itu diperkirakan puncak kasus menuju Jatim.
”(oleh karena itulah), kita harus terus berhati-hati dan menerapkan protokol kesehatan,” ujar Airlangga dalam kunjungan kerjanya di Gresik, Sabtu (19/2/2022).
Airlangga mengatakan, dalam menyikapi tingginya penambahan kasus positif tersebut, kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diterapkan di Jatim adalah level 3. Wilayah aglomerasi Surabaya Raya yang meliputi Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik perlu mendapat perhatian lebih serius karena kasusnya paling tinggi di Jatim. Surabaya bahkan berada di level 4 dalam kebijakan PPKM, sementara Gresik dan Sidoarjo berada di level 3.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI ini menambahkan, penanganan pandemi Covid-19 menjadi penting karena Jatim memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Selain berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan menjadi tulang punggung pembangunan di sektor industri, Jatim juga menjadi hub bagi perdagangan di wilayah Indonesia timur.
Sementara itu, menyikapi perkembangan situasi pandemi Covid-19, pasangan Gubernur Jatim Khofifah Indar Paransa dan Wakil Gubernur Jatim Emi Elestianto Dardak telah mengerahkan beragam daya sejak jauh hari. Pengalaman menangani pandemi pada tahun sebelumnya menjadi bekal menyusun strategi penguatan penanganan secara preventif, promotif, dan kuratif.
Baca Juga: Reaktivasi Isoter Pasien Covid-19 Sebanyak 13.853 Tempat Tidur Disiapkan di 38 Daerah di Jatim
Penanganan secara preventif antara lain ditempuh dengan menggenjot cakupan vaksinasi Covid-19 untuk meningkatkan kekebalan masyarakat. ”Percepatan vaksinasi dan pengetatan protokol kesehatan menjadi kunci pengendalian kasus varian Omicron,” ujar Khofifah, Minggu (20/2).
Khofifah mengatakan, Omicron meningkatkan jumlah pasien tanpa gejala atau orang tanpa gejala (OTG), bergejala ringan, sedang, dan berat. Namun, pasien OTG mengalami peningkatan paling signifikan. Dampaknya, peluang terjadi penularan menjadi lebih besar karena OTG masih bisa beraktivitas normal, bahkan memiliki mobilitas tinggi.
Di Jatim, vaksinasi Covid-19 menyasar 31.826.206 orang yang merupakan tenaga kesehatan, usia lanjut, pelayan publik, kelompok rentan, masyarakat umum, usia 12-17 tahun, dan usia 6-7 tahun. Adapun total capaian vaksinasi dosis pertama hingga Minggu (20/2) sebanyak 28.495.294 orang atau 89,53 persen dan dosis kedua sebanyak 22.047.559 orang atau 69,27 persen. Vaksinasi penguat baru diberikan kepada 1.371.274 orang atau sekitar 4,31 persen.
Secara nasional, jumlah orang divaksin dosis pertama dan dosis kedua di Jatim menempati posisi tertinggi kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Adapun jumlah vaksinasi dosis ketiga di Jatim menempati posisi tertinggi pertama nasional.
Baca Juga: Vaksinasi Memberi Manfaat Ekonomi dan Sosial di Indonesia
Kepala Dinkes Jatim Erwin Astha Triyono mengingatkan, upaya vaksinasi saja tidak cukup. Upaya ini harus dibarengi dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan ketat, seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak aman, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Hal ini untuk menjamin seseorang aman dan tertular ataupun menularkan Covid-19 kepada orang lain.
”Protokol kesehatan 5M dan vaksinasi harus berjalan beriringan sebagai kunci melindungi diri dan orang sekitar dari penularan Covid-19, terutama varian Omicron yang memiliki karakter sangat menular,” ucap Erwin.
Erwin mengatakan, pihaknya juga meningkatkan upaya kuratif dengan cara menguatkan surveilans melalui 3T (testing, tracing, dan treatment) di 38 daerah. Meningkatkan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan yang meliputi peningkatkan rasio tempat tidur penanganan Covid-19, menyiapkan pengaturan tenaga kesehatan dan nonkesehatan untuk antisipasi lonjakan kasus, pemenuhan logistik kesehatan, serta menyiapkan alur layanan dan sistem rujukan pasien.
Jatim telah menyiagakan 164 rumah sakit rujukan Covid-19 dan mengaktifkan kembali sebanyak 108 tempat isolasi terpadu di berbagai daerah bagi pasien bergejala ringan dan OTG. Dari 108 isoter itu, tersedia 4.193 tempat tidur. Reaktivasi isoter dilakukan secara bertahap sesuai perkembangan kasus. Total kapasitas isoter yang disiagakan mencapai 15.000 tempat tidur.
Percepatan vaksinasi dan pengetatan protokol kesehatan menjadi kunci pengendalian kasus varian Omicron.
Hingga saat ini, keterisian tempat tidur atau BOR perawatan Covid-19 di Jatim masih aman. BOR ruang isolasi biasa di RS rujukan sebesar 38 persen dan ruang intensif 29 persen. Tingkat keterisian RS darurat Covid-19 sebanyak 21 persen, sedangkan isoter sebesar 27 persen.
Baca Juga: Omicron Gerogoti Anak-anak Surabaya
Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Nico Afinta mengatakan, upaya promotif penanganan pandemi Covid-19 tidak hanya dilakukan oleh dinas kesehatan. Bersinergi dengan Kodam V Brawijaya, pihaknya telah membentuk Pamor Keris, yakni patroli motor penegak protokol kesehatan di masyarakat. Tugasnya turun ke lapangan untuk mengingatkan masyarakat yang abai pada prokes.
”Saya sudah meminta kepada seluruh jajaran kepolisian resor di Jatim untuk mengoptimalkan lagi kinerja Pamor Keris karena penerapan prokes di masyarakat masih banyak yang kendur. Saya mengajak kepada seluruh masyarakat mari bersama-sama melakukan vaksinasi dan memperketat prokes agar pandemi segera teratasi,” tutur Nico.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo, menyarankan pemerintah daerah lebih gencar lagi melaksanakan vaksinasi primer ataupun dosis penguat. Selain itu mengendalikan mobilitas masyarakat melalui kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau (PPKM).
”PPKM ini harus terus diterapkan untuk mengendalikan sebaran penyakit. Kebijakan pembatasan ini tentunya mengacu pada situasi atau perkembangan Covid-19 di masing-masing kabupaten dan kota,” kata Windhu.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Sekdaprov Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, pandemi Covid-19 yang tidak kunjung teratasi tidak hanya berdampak bagi kesehatan, tetapi juga kinerja perekonomian. Sebelum pandemi, Jatim selalu mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen per tahun dan berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun, saat pandemi Covid-19 tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Jatim terkontraksi hingga minus 2,33 persen dan berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang minus 2,07 persen. Berkat upaya keras yang dilakukan pasangan Gubernur Khofifah dan Wakil Gubenur Emil Elestianto Dardak, kinerja ekonomi Jatim berangsur membaik.
Pertumbuhan ekonomi 2021 tercatat mencapai 3,57 persen meskipun masih tetap di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 3,69 persen. Jatim berkontribusi terhadap perekonomian nasional sebesar 14,48 persen dan perekonomian regional Pulau Jawa sebesar 25,1 persen.
Oleh karena itulah, selain memulihkan pertumbuhan ekonominya, Jatim juga berupaya mempertahankan peran strategis lainnya. Di sektor pertanian, misalnya, Jatim bertahan sebagai produsen beras terbesar nasional pada 2020 dan 2021 dengan produksi 10 juta ton gabah kering giling setahun.
Kinerja sektor peternakan Jatim juga meningkat. Salah satu indikasinya, populasi sapi di Jatim sebanyak 4,8 juta ekor pada 2020 dan meningkat menjadi 4,93 juta ekor pada 2021. Hal itu menjadikan provinsi berjuluk Brang Wetan ini sebagai produsen daging sapi nasional.
Di tengah situasi pandemi, Jatim juga berhasil menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada tiga tahun belakangan. Nilai investasi yang masuk pada 2019 tercatat Rp 58,45 triliun, naik sebesar 14 persen dari tahun sebelumnya Rp 51,2 triliun. Kenaikan investasi kembali terjadi di 2020 dan 2021, yakni masing-masing Rp 78,3 triliun dan Rp 79,5 triliun.
Pandemi Covid-19 sepertinya masih akan terus membayangi kinerja pemerintahan Provinsi Jatim di bawah kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak, masa kini dan nanti. Namun, pengalaman penanganan di tahun-tahun sebelumnya hendaknya dijadikan modal untuk memperbaiki kinerja penanganan pandemi dan mempercepat pemulihan di berbagai lini kehidupan masyarakat.
Baca Juga: Tambah Investasi Rp 32 Triliun PT Smelting Targetkan Olah 1,3 Juta Ton Konsentrat Tembaga