Investasi Rp 3,2 Triliun, PT Smelting Targetkan Olah 1,3 Juta Ton Konsentrat Tembaga
PT Smelting menargetkan peningkatan kapasitas produksi peleburan tembaga hingga 30 persen dari sebelumnya. Ekspansi produksi ini diharapkan turut berkontribusi pada perekonomian daerah.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
GRESIK, KOMPAS — PT Smelting menargetkan peningkatan kapasitas produksi peleburan tembaga hingga 30 persen setelah menambah investasi hingga Rp 3,2 triliun. Perusahaan akan mengolah 1,3 juta ton konsentrat tembaga dan menghasilkan 342.000 ton katoda tembaga per tahun. Ekspansi ini memperkuat hilirisasi mineral dan batubara dalam upaya meningkatkan nilai tambah.
Perusahaan patungan antara PT Freeport Indonesia dan Mitsubishi Materials Corporation tersebut menambah investasinya sebesar 231 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 3,2 triliun yang akan dipakai memperluas pabrik di Gresik, Jawa Timur. Pembangunan pabrik direncanakan selesai akhir 2023.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto yang hadir dalam peletakan batu pertama pembangunan perluasan pabrik PT Smelting di Gresik, Sabtu (19/2/2022), mengatakan, keberadaan PT Smelting dan ekspansi dalam dua tahun ke depan akan meningkatkan kontribusi pada perekonomian Jatim dan nasional. Selain itu, hilirisasi mineral dan batubara juga akan semakin optimal dalam upaya meningkatkan nilai tambah.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meresmikan pembangunan smelter atau fasilitas pengolahan PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik atau JIIPE pada Oktober 2021. Pabrik itu ditargetkan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga dan 480.000 ton logam tembaga.
”Dengan perluasan pabrik smelter di PT Smelting berkapasitas 1,3 juta ton konsentrat tembaga dan pabrik smelter di JIIPE berkapasitas 2 juta ton, total 3,3 juta ton konsentrat akan diolah di Gresik. Dengan demikian, hampir seluruh produksi PT Freeport bisa diproses di dalam negeri,” ujar Airlangga.
Acara itu juga dihadiri Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang dan Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Jatim Wahid Wahyudi, serta sejumlah direksi PT Smelting. Penguatan hilirisasi mineral dan batubara diyakini meningkatkan sumber penerimaan negara, memenuhi kebutuhan dalam negeri serta ekspor, dan menghasilkan bahan baku untuk energi baru terbarukan.
Airlangga mengatakan, saat ini Indonesia memiliki cadangan bijih tembaga sebesar 3,1 miliar ton, yang diperkirakan habis dalam 30 tahun apabila tak ada tambahan cadangan baru, serta dengan asumsi produksi 100 juta ton per tahun. Peningkatan nilai tambah bijih tembaga ditempuh dengan membangun pabrik baru atau ekspansi pabrik eksisting.
Dengan perluasan pabrik smelter di PT Smelting berkapasitas 1,3 juta ton konsentrat tembaga dan pabrik smelter di JIIPE berkapasitas 2 juta ton, total 3,3 juta ton konsentrat akan diolah di Gresik. Hampir seluruh produksi PT Freeport bisa diproses di dalam negeri. (Airlangga Hartarto)
PT Smelting telah berproduksi sejak 1999 dengan kapasitas pengolahan konsentrat kini 1 juta ton dan produksi tembaga 300.000 ton per tahun. Dengan ekspansi pabrik, kapasitas pengolahan konsentrat akan meningkat menjadi 1,3 juta ton dan kapasitas produksi katoda tembaga meningkat menjadi 342.000 ton per tahun.
Ekspansi PT Smelting tidak hanya memenuhi kebutuhan di dalam negeri seperti katoda tembaga untuk industri kawat/kabel (wire), batangan tembaga (rod bar), industri kimia, serta asam sulfat untuk bahan baku pabrik pupuk serta copper slag, dan gipsum sebagai bahan baku semen. Namun, perusahaan juga mengekspor katoda tembaga dan tembaga telurida.
Menurut Airlangga, tembaga dan emas saat ini menjadi komoditas dengan harga tinggi di dunia. Kebutuhan tembaga akan meningkat seiring berkembangnya energi baru terbarukan seperti kendaraan listrik. Indonesia perlu terus melakukan hilirisasi industri untuk mengolah mineral dan produk turunannya.
Ekspor baja dan besi Indonesia tahun lalu mencapai 20,8 miliar dollar AS dan menempati urutan kedua setelah kelapa sawit dengan nilai 32 miliar dollar AS. Artinya, hilirisasi mineral dan batubara berkontribusi pada neraca dagang positif Indonesia.
Ekonomi daerah
Airlangga juga mengatakan, ekspansi PT Smelting akan berkontribusi positif dalam pertumbuhan ekonomi Jatim dan nasional. Pertumbuhan ekonomi Jatim kuartal IV-2021 mencapai 4,59 persen. Industri menjadi penopang pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi 57,89 persen, serta menyerap sekitar 300 tenaga kerja saat konstruksi.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Komersial PT Smelting Irjuniawan P Radjamin mengatakan, pengolahan konsentrat tembaga dilakukan di tiga pabrik, yakni pabrik peleburan (smelter), pabrik pemurnian (refinery), dan pabrik asam sulfat. Adapun pekerjaan ekspansi kali ini untuk manambah pabrik asam sulfat baru.
”Selain itu, menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter dan menambah jumlah sel elektrolisis di refinery,” ujar Irjuniawan.
Dia menambahkan, pembangunan ekspansi pabrik kali ini sebenarnya merupakan yang keempat dalam upaya peningkatan kapasitas produksi. Pada pembangunan tahap pertama, kapasitas produksi katoda tembaga hanya 200 ton per tahun.
Pada 1999, dilakukan ekspansi pertama dengan menambah kapasitas produksi katoda tembaga menjadi 255.000 ton per tahun. Berikutnya, tahun 2001 kapasitas produksi ditingkatkan lagi menjadi 270.000 ton per tahun. Adapun ekspansi ketiga terlaksana pada 2009 dengan kapasitas produksi menjadi 300.000 ton per tahun. Dengan peningkatan kapasitas produksi ini diharapkan posisi Indonesia semakin kokoh sebagai salah satu produsen tembaga dunia.
Irjuniawan juga berharap, PT Smelting menjadi penyumbang utama surplus perdagangan Jawa Timur maupun nasional. Selain itu, perusahaan juga akan terus meningkatkan kontribusi langsung ke masyarakat sekitar pabrik melalui program CSR (corporate social responsibility).
Selain memproduksi katoda tembaga LME Grade A, PT Smelting juga menghasilkan produk lain, seperti asam sulfat untuk bahan baku pabrik pupuk Petrokimia Gresik. Selain itu, menghasilkan terak tembaga untuk bahan baku industri semen dan gipsum untuk bahan baku industri semen.
Dalam penggunaannya, katoda tembaga kemudian diproses lebih lanjut menjadi produk kawat/kabel (wire rod), batang tembaga (copper rod), dan berbagai jenis produk berbasis tembaga. Sebagian besar produk katoda tembaga PT Smelting diekspor sehingga menjadi penyumbang devisa negara.