Kasus Covid-19 Bermunculan di Lingkungan Sekolah di Surakarta
Kasus positif Covid-19 bermunculan di 11 sekolah, di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Aktivitas pembelajaran tatap muka dihentikan sementara. Selain pengetatan prokes, sekolah diminta tunda kegiatan luar.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 bermunculan di belasan sekolah di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Dampaknya, sejumlah aktivitas pembelajaran tatap muka dihentikan sementara dan digantikan daring. Selain pengetatan penerapan protokol kesehatan, sekolah diminta menunda aktivitas luar.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih menjelaskan, kasus Covid-19 ditemukan di 11 sekolah. Jenjangnya terentang dari SD hingga SMA. Sejauh ini, total kasus yang diperoleh berjumlah 40 kasus. Penelusuran kontak erat masih berlanjut.
”Dari jumlah tersebut, pasti berpotensi ada tambahan. Semua masih dalam proses tracing (penelusuran kontak erat). Nanti juga ada tes lain yang memastikan penularan,” kata Wahyuningsih saat ditemui di Kantor Dinas Kesehatan Kota Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (2/2/2022).
Sebagian besar kasus Covid-19 di lingkungan sekolah, lanjut Wahyuningsih, justru berasal dari luar Surakarta, seperti Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Dua daerah tersebut berbatasan langsung dengan Kota Surakarta.
Wahyuningsih menambahkan, temuan kasus Covid-19 menunjukkan penerapan protokol kesehatan perlu lebih ditingkatkan. Tidak hanya lingkungan sekolah, tetapi juga saat beraktivitas di luar sekolah. Pasalnya, penularan Covid-19 bisa terjadi di mana saja.
”Protokol kesehatan ini harga mati. Yang bisa melindungi diri sendiri. Jangan mengharapkan dan menyalahkan orang lain. Semua dimulai dengan menjalankan protokol kesehatan dari diri kita sendiri,” kata Wahyuningsih.
Menurut Wahyuninigsih, munculnya temuan kasus positif Covid-19 mengharuskan pembelajaran tatap muka dihentikan sementara. Penghentian aktivitas tersebut hanya dilakukan di sekolah dengan temuan kasus. Aktivitas pembelajaran digantikan dengan pembelajaran jarak jauh atau daring.
”Sesuai arahan, ada satu kasus pun pembelajarannya diubah menjadi PJJ (pembelajaran jarak jauh). Saya kira ini lebih baik. Proses tracing-nya juga bisa lebih optimal,” kata Wahyuningsih.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menyampaikan, secara umum, pembelajaran tatap muka akan terus berlanjut. Khususnya bagi sekolah-sekolah yang tidak ada temuan kasus. Meski demikian, pembelajaran akan langsung dihentikan jika terdapat temuan kasus. Penghentian bertujuan untuk mengoptimalkan penelusuran kontak.
“Pembelajaran berjalan terus. Tidak perlu ditutup lama-lama. Pasti kami akan melakukan tracing (penelusuran kontak erat),” kata Gibran.
Sebelumnya, Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah VII Jawa Tengah Suratno meminta segenap kepala sekolah selektif menentukan kegiatan bagi siswanya. Jangan sampai kegiatan-kegiatan yang diadakan sekolah justru meningkatkan potensi penularan Covid-19. Untuk itu, aktivitas di luar lingkungan sekolah hendaknya ditunda lebih dahulu.
Jangan sampai kegiatan-kegiatan yang diadakan sekolah justru meningkatkan potensi penularan Covid-19. Untuk itu, aktivitas di luar lingkungan sekolah hendaknya ditunda lebih dahulu. (Suratno)
Pernyataan tersebut didasari temuan kasus Covid-19 di SMA Warga, Kota Surakarta. Temuan tersebut menjadi yang pertama setelah diadakannya pembelajaran tatap muka 100 persen. Kasus itu berawal dari seorang guru yang bergejala demam dan batuk setelah mengantarkan sejumlah siswanya membuat video di suatu destinasi wisata, di wilayah Boyolali.
”Sekolah harus ekstra hati-hati mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat ke luar sekolah. Kami akan meminta kepala sekolah selektif dan memilih betul kegiatannya agar tidak ada penularan Covid-19,”s kata Suratno.