Jumlah Kasus Covid-19 dalam Lingkungan Sekolah di Surakarta Bertambah
Temuan kasus Covid-19 dalam lingkungan sekolah bertambah di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kasus tersebut ditemukan lewat surveilans pembelajaran tatap muka yang dilakukan dalam periode 13-21 Oktober 2021.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Jumlah kasus Covid-19 dalam lingkungan sekolah bertambah di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kasus tersebut ditemukan lewat surveilans pembelajaran tatap muka yang dilakukan 13-21 Oktober 2021. Program surveilans bakal terus dilanjutkan karena mampu mendeteksi kondisi penularan Covid-19 pada aktivitas yang berlangsung di sekolah.
Menurut laporan dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, hingga Kamis (21/10/2021), total kasus yang ditemukan lewat surveilans pembelajaran tatap muka berjumlah 68 kasus. Kasus itu ditemukan dari delapan sekolah berbeda yang terdiri dari lima SD dan tiga SMP. Jumlah temuan itu sudah lebih banyak dibandingkan dengan laporan awal yang disampaikan, yakni 47 kasus dari lima SD.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih menjelaskan, surveilans merupakan langkah aktif yang ditempuh untuk mengetahui kondisi penularan Covid-19 di lingkungan sekolah. Lewat cara itu, kasus yang ada bisa dideteksi lebih awal sehingga bisa diantisipasi agar penularan tidak meluas.
”Kami menemukan kasus secara aktif. Maksudnya agar bisa memberikan PTM (pembelajaran tatap muka) terbatas yang aman. Kalau anak-anak ini dideteksi lebih dini, tidak akan kebobolan. Yang terpenting, begitu ditemukan, langsung tracing, testing, dan treatment,” kata Wahyuningsih saat ditemui di kantornya, Kamis sore.
Wahyuningsih mengungkapkan, tanpa adanya surveilans, pembelajaran tatap muka justru bakal mengkhawatirkan. Penularan Covid-19 bisa terjadi tanpa diketahui murid dan orangtua karena kasus-kasus positif yang ditemukan ternyata juga terdiri dari pasien tanpa gejala.
Lewat surveilans itu, lanjut Wahyuningsih, juga menjadi salah satu indikator baik atau buruknya penerapan protokol kesehatan di lingkungan sekolah. Ia mencontohkan di SD Negeri Semanggi Lor, dari hasil surveilans, ditemukan dua kasus. Temuan itu ditindaklanjuti dengan penelusuran kontak erat. Namun, hasil penelusuran kontak erat tak menunjukkan adanya penambahan kasus.
”Penerapan protokol kesehatan menjadi hal mutlak. Di SD Semanggi Lor, begitu ditemukan kasus, tidak ada penambahan dari hasil tracing. Kemungkinan anak itu tertular dari rumah. Alhamdulillah, ini bisa terdeteksi. Kalau tidak terdeteksi, kan, ini bisa menyebarkan,” kata Wahyuningsih.
Wahyuningsih menuturkan, program surveilans merupakan arahan dari Kementerian Kesehatan. Program itu dibuat untuk memastikan pembelajaran tatap muka aman bagi para murid. Total ada 29 sekolah yang menjadi sasaran surveilans dengan metode tes PCR. Sekolah yang disasar terdiri dari 17 tingkat SD, 8 tingkat SMP, dan 4 tingkat SMA.
”Bulan depan akan ada periode (surveilans) kedua dengan 29 sekolah yang lain lagi. Kejadian ini hendaknya menjadi perhatian bersama bagi kita untuk mengingatkan pentingnya protokol kesehatan. Jadi, sekolah bisa langsung meningkatkan penerapan protokol tersebut sehingga tidak ditemukan kasus nantinya,” katanya.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan, pembelajaran tatap muka langsung dihentikan sementara setiap kali ditemukan kasus positif di dalamnya. Bagi sekolah yang tidak ditemukan kasus positif, pembelajaran tatap muka berjalan seperti biasa.
Dari laporan yang diterimanya, Gibran menyampaikan, ada dugaan siswa tertular justru bukan dari pembelajaran tatap muka di sekolah. Pihaknya pun meminta agar orangtua turut berperan aktif mengawasi mobilitas anak-anaknya. Mereka diharapkan terus menerapkan protokol kesehatan ketat di berbagai tempat. ”Kalau sekolah itu biasanya hanya satu atau dua jam. Maka, perlu pengawasan di luar sekolah. Tolong untuk orangtua murid memonitor anak-anaknya,” katanya.