Kasus Covid-19 di DIY Melonjak, PTM di Sebagian Sekolah Jadi 50 Persen
Setelah terjadinya lonjakan kasus, pembelajaran tatap muka di Daerah Istimewa Yogyakarta dievaluasi. Sekolah dengan jumlah siswa lebih dari 200 orang diminta mengubah model PTM 100 persen menjadi 50 persen.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Selama beberapa hari terakhir, kasus Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta melonjak signifikan. Akibatnya, kegiatan pembelajaran tatap muka pun dievaluasi. Sekolah dengan jumlah siswa lebih dari 200 orang diminta mengubah model belajar-mengajar dari tatap muka 100 persen menjadi hanya 50 persen.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DIY, jumlah kasus harian Covid-19 meningkat selama beberapa hari terakhir. Pada 1-24 Januari 2022, jumlah kasus baru tidak pernah melebihi 12 kasus dalam sehari. Namun, pada Selasa (25/1/2022), jumlahnya meningkat menjadi 26 kasus dalam sehari.
Setelah itu, pada Jumat (28/1/2022), jumlah kasus Covid-19 di DIY naik menjadi 69 kasus. Selasa (1/2/2022), jumlah kasus baru lagi-lagi melonjak menjadi 114 kasus dalam sehari.
Menyikapi hal ini, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) DIY mengevaluasi kegiatan PTM. Kepala Dinas Dikpora DIY Didik Wardaya mengatakan, setelah mencermati kenaikan kasus Covid-19, sekolah-sekolah dengan jumlah siswa lebih dari 200 orang diminta menggelar PTM dengan kuota 50 persen.
Didik memaparkan, pelaksanaan PTM 50 persen itu digelar dengan sistem shift atau giliran. Sebanyak 50 persen siswa mengikuti PTM pada pagi hari dan 50 persen siswa lainnya mengikuti PTM pada siang hari. Setiap hari, para siswa itu mengikuti PTM yang terdiri dari enam jam pelajaran.
Setiap jam pelajaran juga dikurangi dari 35 menit menjadi 25 menit. ”Jadi, siswa yang shift pagi itu masuk mulai pukul 07.00 sampai kira-kira pukul 10.30. Selang satu jam kemudian ada shift siang,” ujar Didik.
Dengan sistem tersebut, Didik menuturkan, semua siswa tetap bisa mengikuti PTM setiap hari meski bergantian. Selain itu, para guru juga tidak terlalu capek saat harus mengajar PTM. Namun, jika ada materi pelajaran yang perlu ditambah, pihak sekolah bisa melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Menurut Didik, pihaknya menerapkan sistem PTM 50 persen itu untuk SMA, SMK, dan sekolah luar biasa (SLB). Dinas Dikpora DIY tidak memiliki kewenangan untuk jenjang lainnya. Namun, berdasarkan komunikasi dengan dinas pendidikan kabupaten/kota di DIY, PTM 50 persen itu juga akan diterapkan untuk SD dan SMP.
”Kemarin kami koordinasi dengan teman-teman kepala dinas kabupaten/kota juga dilakukan hal yang sama,” tutur Didik.
Didik menyebut, sebagian sekolah telah menerapkan PTM 50 persen mulai Rabu (2/2/2022). Namun, sebagian sekolah kemungkinan baru akan menerapkan PTM 50 persen mulai Kamis (3/2/2022). Untuk sekolah dengan siswa kurang dari 200 orang dan memungkinkan menerapkan protokol kesehatan dengan baik di kelas, mereka bisa tetap menggelar PTM 100 persen.
Kluster sekolah
Kluster Covid-19 di sekolah mulai bermunculan di DIY selama beberapa hari terakhir. Salah satu kluster Covid-19 itu muncul di sekolah swasta dengan sistem asrama di Kabupaten Sleman.
Kepala Bagian Humas Pemda DIY Ditya Nanaryo Aji mengatakan, total ada 60 orang yang terinfeksi Covid-19 di sekolah tersebut. ”Untuk kluster PTM di salah satu sekolah di Sleman, ada tambahan hasil tracing (pelacakan),” katanya melalui pesan singkat, Rabu pagi.
Mereka yang positif Covid-19 di sekolah itu terdiri dari siswa SMP, siswa SMA, dan guru. ”Gurunya yang positif Covid-19 itu ustaz yang menjadi pendamping di boarding (asrama),” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman Ery Widaryana.
Ery memaparkan, kasus penularan Covid-19 itu berawal dari satu siswa SMP yang dinyatakan positif Covid-19 pada akhir Januari 2022. Siswa tersebut sehari-hari tinggal di asrama sekolah, tetapi terkadang pulang ke rumah orangtuanya. ”Menurut informasi dari kepala sekolah, awalnya anak itu merasa tidak enak badan, terus tes PCR (reaksi rantai polimerase) dan ternyata positif,” ujarnya.
Setelah satu siswa yang positif Covid-19 itu, siswa lain dan guru sekolah tersebut pun menjalani tes. Para siswa yang menjalani tes itu tidak hanya siswa yang tinggal di asrama, tetapi juga siswa reguler yang tak tinggal di asrama. Hal ini karena siswa sekolah tersebut tidak semuanya tinggal di asrama, ada juga siswa kelas reguler yang tinggal di rumah masing-masing.
Dari tes tersebut, lalu diketahui adanya sejumlah siswa SMP dan SMA serta guru yang terkonfirmasi positif Covid-19. ”Yang kena (positif Covid-19) itu siswa boarding semua. Yang reguler aman,” tutur Ery.
Setelah munculnya penularan Covid-19 itu, Ery menyebut, kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah tersebut dihentikan sementara selama 14 hari sejak Jumat (28/1/2022). Pembelajaran tatap muka yang dihentikan itu tidak hanya untuk siswa yang tinggal di asrama, tetapi juga untuk siswa reguler.
”Sudah kami instruksikan untuk ditutup semua jenjang karena sekolah itu kan satu kompleks, baik TK, SD, SMP, SMA, reguler maupun boarding,” ujar Ery.