Warga Diduga Terinfeksi Omicron di DIY Terus Bertambah, Total 34 Orang
Warga diduga terinfeksi Covid-19 varian Omicron terus bertambah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada Kamis (27/1/2022), ada tambahan 18 orang berstatus diduga Omicron. Kewaspadaan mesti ditingkatkan.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Warga yang berstatus probable Omicron atau diduga terinfeksi Covid-19 varian Omicron di Daerah Istimewa Yogyakarta terus bertambah. Pada Kamis (27/1/2022), ada tambahan 18 orang yang berstatus probable Omicron hingga total menjadi 34 orang.
”Untuk DIY, kemarin ada tambahan 18 orang probable Omicron. Jadi, total kasus probable Omicron ada 34 orang,” kata Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta Irene dalam wawancara melalui aplikasi Zoom, Jumat (28/1/2022).
Irene memaparkan, sebanyak 18 kasus diduga terinfeksi Omicron itu diperoleh berdasar tes reaksi rantai polimerase (PCR) S-gene target failure (SGTF) yang dilakukan BBTKLPP Yogyakarta. Hasil pemeriksaan terhadap 18 kasus diduga Omicron itu keluar pada Kamis (27/1).
Sebelumnya, pada Rabu (26/1), BBTKLPP Yogyakarta juga menemukan 12 kasus diduga Omicron melalui tes PCR SGTF. Adapun pada Senin (24/1), BBTKLPP Yogyakarta menemukan empat kasus diduga Omicron dengan pemeriksaam PCR SGTF.
Irene menuturkan, sebanyak 34 kasus diduga Omicron itu berasal dari tiga kabupaten di DIY, yakni Gunungkidul, Bantul, dan Sleman. Sementara itu, di dua wilayah lain di DIY, yakni Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo, belum ditemukan kasus diduga Omicron.
”Semua (temuan kasus probable Omicron) sudah kami sampaikan dengan hasil resmi yang ditandatangani Kepala BBTKLPP Yogyakarta kepada Dinas Kesehatan DIY dan dinas kesehatan kabupaten yang bersangkutan serta rumah sakit yang mengirim sampel,” ujar Irene.
Irene menyebutkan, pada Jumat ini, BBTKLPP Yogyakarta juga akan melakukan pemeriksaan PCR SGTF terhadap 23 sampel yang telah masuk. Oleh karena itu, jumlah kasus diduga Omicron di DIY masih dimungkinkan bertambah.
”Memang, sampai hari ini sampel yang akan diperiksakan Omicron terus masuk ke BBTKLPP Yogyakarta. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, untuk SGTF kami periksa satu hari jadi,” ucap Irene.
Irene menambahkan, sampel dari orang-orang yang berstatus diduga Omicron itu masih harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS). Pemeriksaan WGS itu harus dilakukan untuk memastikan apakah sebanyak 34 orang dengan status probable Omicron itu positif terinfeksi Covid-19 varian Omicron.
Menurut Irene, BBTKLPP Yogyakarta berencana melakukan pemeriksaan WGS pada Senin (31/1). Pemeriksaan WGS itu membutuhkan waktu sekitar satu minggu. ”Insya Allah hari Senin kami sudah prepare (menyiapkan) WGS. WGS itu, kan, membutuhkan waktu agak lama,” katanya.
Pemeriksaan WGS membutuhkan biaya mahal sehingga harus dilakukan dengan jumlah sampel yang sekaligus banyak. Itulah kenapa BBTKLPP Yogyakarta baru berencana melakukan pemeriksaan WGS pada Senin mendatang. (Irene)
Irene menyebutkan, untuk melakukan pemeriksaan WGS di BBTKLPP Yogyakarta, idealnya harus terkumpul 96 sampel. Namun, pemeriksaan bisa mulai dilakukan jika terkumpul minimal 48 sampel. ”Bagusnya ada 96 sampel. Tapi, kalau sudah ada 48 sampel, saya berani running (mulai pemeriksaan),” kata Irene.
Hal ini karena pemeriksaan WGS membutuhkan biaya mahal sehingga harus dilakukan dengan jumlah sampel yang sekaligus banyak. Itulah kenapa BBTKLPP Yogyakarta baru berencana melakukan pemeriksaan WGS pada Senin mendatang.
Sementara itu, kasus harian Covid-19 di DIY juga meningkat selama beberapa hari terakhir. Berdasarkan catatan Kompas, peningkatan itu mulai terjadi pada Selasa (25/1). Saat itu, tercatat 26 kasus baru Covid-19 di DIY.
Keesokan harinya atau Rabu (26/1), jumlah kasus baru di DIY sebanyak 23 kasus. Adapun pada Kamis (27/1) kemarin dilaporkan sebanyak 25 kasus baru Covid-19. Padahal, pada periode 1-24 Januari 2022, jumlah kasus baru Covid-19 di DIY tidak pernah melebihi 12 kasus dalam sehari.
Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji menuturkan, peningkatan kasus Covid-19 di DIY selama beberapa hari terakhir harus diwaspadai semua pihak. Masyarakat diminta kembali berdisiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.
Kadarmanta juga mengimbau pihak sekolah untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) yang telah berlangsung. Apalagi, selama beberapa hari terakhir mulai muncul penularan Covid-19 di kalangan pelajar yang mengikuti PTM.
”Sebetulnya dari sisi kenyamanan, anak-anak mulai terbiasa untuk pembelajaran tatap muka lagi. Hanya saja, dengan kenaikan kasus Covid-19 selama dua-tiga hari ini, kami minta evaluasi,” ujar Kadarmanta.
Selama beberapa waktu terakhir, sejumlah sekolah di DIY telah mulai melaksanakan PTM dengan kapasitas 100 persen. Dengan digelarnya PTM 100 persen itu, semua siswa diharuskan datang ke sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Namun, Kadarmanta mengingatkan, apabila kondisi sekolah tidak memungkinkan, pihak sekolah tidak perlu memaksakan diri menggelar PTM dengan kapasitas 100 persen. Pihak sekolah bisa menyelenggarakan PTM dengan kapasitas 50 persen hingga 70 persen agar protokol kesehatan bisa diterapkan dengan baik.
Kadarmanta menambahkan, Pemda DIY dan pemerintah kabupaten/kota juga akan menyiapkan kembali shelter atau tempat isolasi terpusat untuk mengantisipasi kenaikan kasus Covid-19. Selain itu, rumah sakit juga diminta tetap menyediakan tempat tidur untuk pasien Covid-19.
”Karena ini banyak yang OTG (orang tanpa gejala), penyediaan obat untuk OTG juga perlu kita pikirkan,” kata Kadarmanta.