Embus Hidup Suroboyo Bus
Kendaraan baru, resik, aman, nyaman, terjadwal, dan bertarif terjangkau menjadikan Suroboyo Bus layak menjadi angkutan umum andalan warga yang bermobilitas di Surabaya, Jawa Timur.
Di tengah persoalan kemacetan kota, Surabaya menawarkan moda transportasi umum Suroboyo Bus. Armada yang baru, bersih, terjadwal, dan bertarif terjangkau ini bisa membuat warga beralih dari kendaraan pribadi mereka.
Kamis (4/11/2021) jelang pukul 09.00, perjalanan memakai Surabaya bus dimulai. Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ) menjadi terminal awal. Sejak dari terminal, penumpang sudah disuguhi kenyamanan dengan suasana yang tenang dan bersih.
Tiba di lajur keberangkatan, penumpang pun naik Suroboyo Bus tujuan Jalan Mayjen Jono Soewojo di Surabaya barat. Penumpang bus produksi Scania dengan karoseri Laksana ini masih sepi, hanya empat orang dari kapasitas 67 penumpang. Bisa dimaklumi karena rute TIJ-Jono Soewojo menjadi trayek yang baru beroperasi 23 Agustus 2021 lalu. Pengoperasian rute ini seiring situasi pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 yang melandai.
Baca juga : Surabaya Tambah Layanan Suroboyo Bus
Suroboyo Bus melaju pelan untuk menjamin keselamatan penumpang dan pengguna jalan lainnya. Rute ini menempuh jarak 21 kilometer dengan perhentian di 2 halte dan 30 bus stop serta waktu perjalanan pergi pulang 1 jam 20 menit.
Bus bercat merah, berkaca bening, dan berawak perempuan (kernet) itu membawa penumpang berkeliling surabaya menuju Gunungsari-Raya Menganti-Raya Wiyung-Babatan Unesa-PTC-hingga ke Mayjen Jono Soewojo.
Rute pulang yang ditempuh sama seperti rute berangkat. Namun, setelah sampai Joyoboyo, bus lanjut ke Raya Darmo-Diponegoro, lalu berputar balik menuju Raya Darmo-Raya Wonokromo-Jembatan Layang Mayangkara, putar balik lagi ke Raya Wonokromo lewati Jembatan Sawunggaling dan kembali lagi ke TIJ.
Terik matahari pun tak terasa karena dinginnya penyejuk ruangan di bus itu. Tarif bus ini Rp 5.000 atau Rp 10.000 pergi pulang berkeliling Surabaya. Bagi pelajar dan mahasiswa, tarifnya Rp 2.500. Bisa juga dibayar dengan sampah botol plastik 3 buah ukuran 1.500 ml, 6 buah ukuran 600 ml, atau 10 buah ukuran 240-250 ml untuk satu stiker perjalanan, uang elektronik melalui QRIS atau pemindaian kode batang standar pembayaran nasional, atau kartu Flazz.
Baca juga : Surabaya Kota Kampung yang Terus Menjaga Ciri Khasnya
Di dalam bus ada mesin penekan botol plastik yang dapat digunakan oleh penumpang menukar sampah tersebut dengan stiker perjalanan. Penumpang juga masih diperkenankan membawa sepeda lipat atau papan luncur tanpa tarif tambahan.
Kenyamanan Suroboyo Bus sudah setahun dinikmati Neni (45), warga Gunung Anyar. karyawan perusahaan logistik di Pelabuhan Tanjung Perak. Sebelumnya, ibu dua anak itu pergi pulang ke kantor naik sepeda motor. ”Naik sepeda motor capek sekali dan saya selalu khawatir dengan risiko kecelakaan,” katanya.
Ia juga pernah menumpang angkutan perkotaan yang akrab disebut lyn atau bemo. Namun, lyn kalah persaingan dengan kendaraan pribadi sehingga mati dan tidak beroperasi lagi dari perumahan di Gunung Anyar.
”Sejak Suroboyo Bus melayani rute dari dan ke halte Gunung Anyar, saya naik ini, nyaman, bersih, aman, dan tarifnya terjangkau, cuma Rp 5.000 sekali jalan,” ujar Neni.
Baca juga : Kampung Lontong Surabaya Menopang Kuliner Khas Jawa Timur
Untuk mencapai kantornya di Tanjung Perak, Neni memakai Suroboyo Bus rute MERR, lalu pindah ke rute timur-barat atau ITS-Unesa dan pindah ke rute selatan-utara Purabaya-Rajawali. Dari Jalan Rajawali di kawasan utara masih banyak angkutan ke Tanjung Perak, yakni lyn dan ojek sepeda motor.
Sistem transportasi
Suroboyo Bus mulai dioperasikan sejak 7 April 2018 di masa pemerintahan Tri Rismaharini yang kini menjabat Menteri Sosial. Saat itu, rute pertama yang dioperasikan adalah Terminal Purabaya – Jalan Rajawali. Saat itu, model pembayarannya masih terbatas cuma dengan botol plastik.
Hampir sebulan kemudian atau 4 September 2018 layanan Suroboyo Bus bertambah dengan rute ITS-Unesa atau koridor timur-barat. Bersamaan dengan rute ITS-Unesa, dioperasikan Suroboyo Bus Tumpuk yang notabene bus tingkat hibah dari Bank Mayapada.
Suroboyo Bus Tumpuk melayani koridor selatan-utara yakni Purabaya – Tembaan atau 20-30 persen memotong rute Purabaya – Rajawali. Bus tingkat tidak bisa melewati viaduk di Tugu Pahlawan sehingga selepas Jalan Bubutan belok ke Jalan Tembaan dan kembali ke Purabaya.
Bersamaan dengan peringatan 74 Tahun Indonesia atau 17 Agustus 2019, Suroboyo Bus menambah lagi pelayanan dengan rute Gunung Anyar – Kenjeran Park (Kenpark). Yang terkini, di masa pemerintahan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, pelayanan rute TIJ-Jono Soewojo dioperasikan sekaligus dengan sistem pembayaran QRIS dan kartu Flazz.
“Suroboyo Bus mengutamakan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penumpang. Dalam pemeliharaan, kami tidak hanya mengecek kondisi mesin atau busnya tetapi memastikan keindahan, keharuman, dan kesehatan bagian dalam bus,” kata Eri.
Keberadaan Suroboyo Bus disambut positif. Meski belum seperti jaringan Transjakarta, pemanfaatan Suroboyo Bus memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Pada 2018 atau delapan bulan operasional, tercatat hampir 514.000 penumpang memanfaatkan Suroboyo Bus.
Tahun berikutnya, penggunaan melonjak hampir dua kali lipat ke angka 1,124 juta penumpang. Pandemi yang memaksa pengelola membatasi jumlah penumpang akibatnya menurunkan penggunaan Suroboyo Bus menjadi 824.000 penumpang. Januari-September 2021, pengguna angkutan ini 545.000 orang dengan catatan situasi pandemi sempat menghentikan layanan Suroboyo Bus.
Kepala Dinas Perhubungan Surabaya Irvan Wahyudrajad mengatakan, pengelolaan keuangan Suroboyo Bus telah dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum Daerah sesuai Surat Keputusan Wali Kota Surabaya bertanggal 10 Agustus 2021. Sebelumnya, layanan Suroboyo Bus lebih ke sosial sehingga pelat kendaraan masih merah. Setelah dikelola BLUD, pelat bus menjadi kuning sehingga bisa leluasa melayani trayek dan memberlakukan tarif.
“Pengembangan Suroboyo Bus akan diintegrasikan dengan program buy the service dan peremajaan lyn atau angkutan kota,” ujar Irvan.
Baca juga: UMKM Surabaya Berdaya Tanpa Melulu Bicara Biaya
Di Surabaya, sempat ada lebih dari 5.000 unit lyn atau mobil penumpang umum jenis minibus. Persaingan dengan jenis angkutan umum lainnya dan terutama pukulan dari perkembangan kendaraan pribadi membuat usaha lyn berangsur mati.
Namun, menurut Irvan, layanan lyn akan diintegrasikan dengan Suroboyo Bus. Lyn harus diremajakan, pemilikan tidak boleh perorangan, tetapi koperasi atau badan hukum, dan pengemudinya diberi honor yang pantas sehingga tidak lagi kejar setoran. Lyn difungsikan sebagai pengumpan atau feeder dengan layanan 71 trayek, terutama dari kantong-kantong permukiman ke 35 halte dan 106 bus stop Suroboyo Bus.
”Layanan feeder didesain berkecepatan rendah (10 km/jam) dan ada setiap 10 menit,” kata Irvan. Untuk 71 trayek yang sedang disiapkan, kebutuhan lyn pengumpan minimal 1.200 unit. Layanan pengumpan harus efektif dan menjangkau seluruh wilayah Surabaya untuk menarik minat warganya menggunakan angkutan umum.
Program layanan pembelian (buy the service) dari pemerintah pusat berupa hibah bus-bus yang akan dioperasikan oleh operator atau konsorsium pemenang lelang program. Di Surabaya akan diadakan 11 rute Teman Bus yang terintegrasi dengan halte dan bus stop Suroboyo Bus.
Sebelas trayek yang disiapkan itu ialah Purabaya-Raya Darmo-Tanjung Perak, Raya Lidah Wetan-Karang Menjangan-ITS, Purabaya-MERR-Kenpark, Raya Mastrip-Unesa Lidah Wetan-Gelora Bung Tomo, Benomo-Tunjungan, Purabaya-Unair Kampus C Mulyorejo, PDAM Karang Pilang-Ampel, SIER-RSPAL Dr Ramelan-Tanjung Perak, Manukan-Suramadu Kedung Cowek, Rungkut-Park & Ride Mayjen Sungkono, dan Karang Pilang-Park & Ride Arif Rahman Hakim.
Jika semua itu terwujud, mobilitas warga di Surabaya idealnya tidak menemui hambatan dengan menggunakan angkutan umum. Seiring waktu, layanan Suroboyo Bus dan angkutan umum menanti dukungan dari arek Surabaya.