Layanan transportasi Suroboyo Bus bertambah 8 unit menjadi 28 unit dengan harapan semakin mendorong masyarakat mengutamakan angkutan umum untuk mendukung aktivitas mereka.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Layanan transportasi Suroboyo Bus di Surabaya, Jawa Timur, ditingkatkan. Sebanyak delapan bus diluncurkan sekaligus penambahan metode pembayaran, Senin (23/8/2021).
Tambahan delapan bus itu diluncurkan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dari Balai Kota Surabaya. Metode pembayaran yang baru ialah dengan uang elektronik atau nontunai. Sebelumnya, pembayaran untuk Suroboyo Bus memakai sampah botol plastik.
Dengan tambahan delapan bus, di Surabaya telah beroperasi 28 Suroboyo Bus. Angkutan massal ini melayani rute-rute dalam dua koridor, yakni selatan-utara (Terminal Purabaya-Jembatan Merah) dan timur-barat (ITS-Unesa).
Adapun delapan bus yang baru diluncurkan itu akan melayani rute baru, yakni Terminal Intermoda Joyoboyo-Jalan Mayjen Jono Soewojo. Rute ini termasuk dalam koridor timur-barat dengan Terminal Joyoboyo berada di pusat atau titik pertemuan kedua koridor utama.
Untuk pembayarannya, penumpang masih bisa menggunakan sampah botol plastik yang kemudian ditukar dengan tiket atau dengan metode baru. Cara baru pembayaran memakai pemindaian QRIS yang terhubung dengan aplikasi Gopay, OVO, atau pembayaran nontunai lainnya.
Tarif yang dikenakan untuk sekali jalan ialah Rp 5.000 per penumpang umum. Untuk anak, pelajar, atau mahasiswa dikenakan tarif Rp 2.500 per orang dengan memperlihatkan kartu pelajar/kuliah. Untuk tenaga pendidikan dan aparatur pemerintah tidak dipungut biaya jika memperlihatkan kartu kepegawaian.
Bus-bus yang baru juga telah dilengkapi dengan mesin penekan botol untuk membantu mekanisme pembayaran dengan jenis sampah tersebut. Keberadaan mesin akan secara otomatis menghitung dan menukar botol-botol dengan jumlah tiket yang dapat dipergunakan oleh penumpang. Dengan mesin ini, penumpang tidak perlu datang ke halte atau terminal pengumpulan dan penukaran botol plastik.
”Dengan peningkatan layanan ini diharapkan animo masyarakat menggunakan angkutan umum juga meningkat,” kata Eri.
Kepala Dinas Perhubungan Surabaya Irvan Wahyudrajad menambahkan, rute Joyoboyo-Jono Soewoyo sepanjang 21 kilometer (km) dengan waktu tempuh loop atau pergi pulang 1 jam 20 menit. Di sepanjang rute, ada 31 perhentian. Rutenya TIJ-Jalan Joyoboyo-Jalan Gunungsari-Jalan Menganti Wiyung-Jalan Raya Wiyung-Jalan Babatan Unesa-PTC-Jalan Mayjen Jono Soewoyo. Selanjutnya kembali mengikuti rute yang sama sampai Jalan Joyoboyo-Jalan Diponegoro-putar balik di Jalan Wonokromo-putar balik di Jembatan Layang Mayangkara-TIJ.
Irvan melanjutkan, pengelolaan keuangan Suroboyo Bus saat ini telah berada di bawah badan layanan umum daerah (BLUD) sejak 10 Agustus 2021. Dengan menjadi BLUD, pelat kendaraan umum tidak lagi berwarna merah yang menandakan kedinasan, tetapi menjadi warna kuning sebagai bagian dari angkutan umum. ”Melayani trayek tertentu dan menentukan tarif agar usaha ini dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan,” katanya.
Irvan menyatakan, pemberlakuan tarif dan sistem pembayaran termasuk yang baru telah diatur dalam Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 56 Tahun 2021 tentang Tarif Layanan Bus Surabaya pada BLUD Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelolaan Transportasi Umum pada Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Atas dasar regulasi itulah sistem pembayarannya diperluas bukan sekadar botol plastik, melainkan juga nontunai melalui pemindaian QRIS, bahkan melayani top up.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan, pihaknya akan melanjutkan program bus Buy The Service (BTS). Program ini telah diadakan di lima kota pada 2020, yakni Solo, Palembang, Yogyakarta, Medan, dan Denpasar. Tahun ini, Surabaya bersama Bandung, Makassar, Banyumas, dan Banjarmasin diharapkan telah siap untuk menjalankan program tadi.
Sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pemerintah berkewajiban menyediakan angkutan massal. Kementerian Perhubungan atau pemerintah pusat menempuh strategi melalui program BTS dengan menyiapkan anggaran subsidi, sedangkan pelaksanaan oleh operator swasta pemenang lelang.