Melihat Ibu Kota Negara dari Masa Silam untuk Proyeksi Masa Depan
Wilayah calon Ibu kota negara menyimpan peninggalan sejarah berharga. Mulai dari jejak tsunami hingga kearifan lokal di masa lalu. Mempelajari peninggalan untuk kepentingan ke depan menjadi penting.
Oleh
SUCIPTO
·5 menit baca
Wilayah calon ibu kota negara menyimpan bukti-bukti sejarah masa silam yang penting artinya. Dari penemuan itu nilai masa lalu bisa didapat untuk kepentingan masa kini hingga memproyeksikan masa depan.
Pada 2020-2021, penelitian arkeologi di sekitar wilayah calon IKN sudah mengamati sekitar 165 situs. Penelitian ini melibatkan banyak disiplin ilmu, untuk menelaah daya dukung lingkungan, potensi konflik, budaya, geologi, ekonomi, dan lain-lain.
Ketua Tim Penelitian Arkeologi di calon lokasi IKN Truman Simanjuntak mengatakan, situs yang sudah diamati berada di 56 lokasi di sekitar Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Penelitian itu akan berlangsung hingga 2023 untuk meneliti dan memahami nilai-nilai lokal dan lingkungan di sekitar calon IKN.
Pada 2020, tim melakukan eksplorasi terbatas di sekitar Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Pada 2021, ekskavasi atau penggalian arkeologi mulai dilakukan. Dari sana, tim peneliti menemukan dua situs penting baru, yakni situs tungku peleburan logam di Kelurahan Maridan, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara. Ini berada sekitar 25 kilometer dari calon wilayah inti IKN.
Arkeolog juga menemukan goa hunian, yakni Goa Panglima di salah satu sisi Gunung Parong (687 mdpl), sekitar 20 kilometer dari calon titik nol pembangunan IKN. Dari ekskavasi berkisar 100-150 cm, ditemukan sekitar 12.500 temuan berupa artefak dan ekofak.
Ada pula fragmen sisa tubuh manusia berupa gigi maupun tulang. Saat ini tim peneliti sedang menghitung penanggalan dari temuan-temuan itu. Dari pengalaman penelitian sebelumnya, temuan fragmen manusia di kedalaman itu merupakan manusia dari zaman holosen awal atau sekitar 11.700 tahun lalu.
Truman menyebutkan, penelitian ini akan diteruskan pada 2022 dengan melanjutkan ekskavasi. Di tahap akhir, tahun 2023, tim peneliti akan melakukan validitas, publikasi monografi, dan rekomendasi untuk pemerintah dalam membangun IKN.
Penelitian dan penerbitan buku ini akan melibatkan sekitar 60 peneliti dari berbagai bidang ilmu dan lembaga. Tak hanya membahas mengenai lingkungan IKN, penelitian ini juga mengulas Kalimantan sebagai suatu kesatuan. Tujuannya, menggali keterkaitan nilai-nilai, sejarah, dan kearifan lokal penting.
”Nilai-nilai kemanusiaan dan kearifan lokal itu hendaknya diberi ruang untuk bergerak, bahkan dikembangkan mewarnai kehidupan di ibu kota negara kelak,” ujar Truman dalam diskusi arkeologi bertajuk ”Rona Awal Peradaban Ibu Kota Negara” yang disiarkan daring, Senin (1/11/2021).
Keterkaitannya antara temuan cap tangan dan manusianya masih menjadi misteri dan pertanyaan.
Diskusi tersebut juga dihadiri Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Laksana Tri Handoko dan Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional I Made Geria.
Dari temuan-temuan itu dan penelitian terdahulu, masih terdapat sejumlah missing link yang perlu diteliti. Keterkaitan antara temuan satu dan yang lainnya belum terungkap. Itu penting dikaji sebelum pembangunan IKN semakin masif di Kalimantan Timur di wilayah yang memiliki nilai penting pengetahuan dan budaya.
Dari temuan sebelumnya, terdapat situs Sangkulirang Mangkalihat di Kutai Timur. Di sana ditemukan permukiman mongoloid dari austronesia yang berusia kira-kira 3.500-4.000 tahun lalu. Ini merupakan austronesia pertama yang sampai di Kalimantan.
Di sana juga terdapat lukisan cap tangan yang usianya sekitar 40.000 tahun. Perbadaan usia antara lukisan di dinding goa dengan temuan kerangka manusia di sana masih menjadi misteri.
”Keterkaitannya antara temuan cap tangan dan manusianya masih menjadi misteri dan pertanyaan,” ujar Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta Harry Widianto.
Dalam penelitian arkeologi di IKN itu, dilibatkan pula geolog untuk mengetahui keterkaitan manusia dengan kebumian. Geolog Awang H Satyana mengatakan, lokasi calon IKN berada di wilayah antiklinorium. Artinya, di sana terdapat sejumlah sesar naik, patahan, dan lipatan batuan.
Awang mengingatkan, kondisi tersebut perlu dipertimbangkan saat melakukan pembangunan IKN kelak. ”Itu bisa bikin beberapa kondisi longsoran. Ada beberapa area yang harus diamati, tetapi itu bisa diatasi dengan rekayasa teknik,” kata Awang.
Kalimantan juga tercatat sebagai wilayah yang relatif aman dari gempa dan tsunami. Meski demikian, sejumlah gempa, meskipun tidak besar, pernah terjadi di beberapa titik. Itu ditimbulkan dari sejumlah sesar lokal.
Terkait potensi tsunami, sejumlah studi terbaru menunjukkan pernah ada longsor bawah laut di Selat Makassar. Saat tsunami di Palu-Donggala pada 2018, air laut di wilayah pantai Balikpapan sedikit naik. Bagian pesisir tidak terdampak signifikan. Tinggi air naik tak sampai satu meter.
”Meskipun demikian, pembangunan (IKN) tetap harus memperhatikan kode kegempaan,” katanya.
Dari aspek manusia di sekitar calon IKN, penelitian ini juga akan mendalami tentang konflik. IKN kelak akan mendatangkan sekitar 1,5 juta aparatur sipil negara ke Kaltim. Migrasi besar itu bisa menimbulkan konflik, ditambah lagi jika ada kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.
”Konflik harus dianggap bentuk keragaman persepsi dan pemahaman masyarakat terhadap warisan budayanya yang perlu dicari solusinya. Konflik harus dikelola sehingga perbedaan kepentingan dan rasa keadilan dapat dikendalikan,” ujar Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Wiwin Djuwita Ramelan.
Menanggapi temuan dan penelitian tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang turut menyusun urban design calon IKN akan menyesuaikan dengan bentang alam dan zona konservasi. Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti menyebutkan, Desa Maridan, tempat ditemukannya situs peleburan logam akan dikembangkan menjadi Eco Park Mangrove.
”Kawasan inti pusat pemerintahan dengan luas 6.851 hektar. Berdasarkan titik-titik (temuan) arkeologi, itu di luar titik Kawasan Inti Pusat Pemerintahan. Pembangunan IKN juga akan memperhatikan obyek peninggalan cagar budaya sehingga IKN nanti bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga ramah budaya,” ujar Diana.
Sejumlah penelitian tersebut terus berjalan seiring RUU IKN yang belum tuntas dibahas DPR. Jika sesuai dengan rencana pemerintah, peraturan pemindahan IKN diperkirakan disahkan tahun ini. Setelah itu, proyek senilai RP 489 triliun tersebut bisa berjalan.
Konflik harus dianggap bentuk keragaman persepsi dan pemahaman masyarakat terhadap warisan budayanya yang perlu dicari solusinya.
Sebelum pembangunan dimulai, pemerintah hendaknya terbuka dan mengkaji secara detail penelitian tersebut dan kajian lain yang dilakukan sejumlah organisasi masyarakat sipil. Itu dilakukan demi menekan kerusakan ekologi, mengembangkan kearifan lokal, dan menekan konflik.