Sebanyak Lima Siswa SD di Gunungkidul Positif Covid-19, Tatap Muka Dihentikan
Pembelajaran tatap muka di SD Negeri Panggang 1, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dihentikan sementara karena terdapat lima siswa positif Covid-19 di sekolah itu.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
WONOSARI, KOMPAS — Sebanyak lima siswa SD Negeri Panggang 1, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, positif Covid-19. Akibatnya, pembelajaran tatap muka di sekolah itu dihentikan sementara.
Camat Panggang Winarno mengatakan, kasus di SDN Panggang 1 bermula dari adanya salah satu orangtua murid kelas 5 positif Covid-19. Orangtua murid itu diketahui positif pada 11 September 2021. Pada 6-7 September, orangtua murid itu berkunjung ke Klaten, Jawa Tengah.
”Puskesmas kemudian melakukan tracing (pelacakan) ke murid kelas 5,” ujar Winarno saat dihubungi, Kamis (23/9/2021).
Winarno menyebutkan, setelah pelacakan, sejumlah siswa kelas 5 SDN Panggang 1 lalu diminta menjalani tes reaksi rantai polimerase (PCR). Berdasarkan hasil tes, ada lima siswa positif Covid-19.
Menurut Winarno, SDN Panggang 1 sudah melakukan pembelajaran tatap muka sejak 13 September 2021. Dengan kasus ini, pembelajaran tatap muka langsung dihentikan sementara. ”Tanggal 17 September sudah dihentikan (pembelajaran tatap muka),” katanya.
Winarno menambahkan, penghentian sementara pembelajaran tatap muka itu dilakukan untuk mencegah meluasnya penularan Covid-19. Apalagi, saat ini ada beberapa siswa SDN Panggang 1 yang sudah menjalani tes, tetapi hasilnya belum keluar.
Winarno mengatakan, lima siswa SDN Panggang 1 yang dinyatakan positif Covid-19 itu menjalani isolasi mandiri di rumah. Selama isolasi mandiri itu, mereka dipantau petugas dari puskesmas.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan, setelah munculnya kasus Covid-19 di SDN Panggang 1, petugas langsung melakukan pelacakan kontak dan tes terhadap murid dan guru sekolah tersebut. Dewi menyebutkan, total ada 55 guru dan murid SDN Panggang 1 yang masuk dalam pelacakan kontak sehingga harus menjalani tes.
Akan tetapi, sebagian hasil tes murid dan guru SDN Panggang 1 itu belum keluar. ”Kami langsung tracing dan testing (melakukan tes), tapi masih menunggu hasilnya,” ujar Dewi.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul Ali Ridlo mengatakan, kasus ini akan menjadi bahan evaluasi bagi pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Ali menyebutkan, selama ini pihaknya sudah mengingatkan pihak sekolah melaksanakan protokol kesehatan ketat.
”Protokol kesehatan harus diperkuat. Anak yang masuk harus cek suhu, pakai masker, cuci tangan, masuk ruangan harus jaga jarak. Ini kami imbau terus ke sekolah,” ucap Ali.
Selama beberapa waktu terakhir, sejumlah sekolah di DIY sudah menggelar pembelajaran tatap muka. Pemerintah telah mengizinkan sekolah-sekolah di daerah yang menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1-3 untuk menggelar pembelajaran tatap muka terbatas.
Sejak 7 September 2021, PPKM yang diterapkan di DIY telah turun dari level 4 ke level 3. Hal itu membuat sekolah-sekolah sudah diizinkan melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, vaksinasi tidak menjadi syarat bagi sekolah yang ingin menggelar pembelajaran tatap muka terbatas. Dengan kebijakan tersebut, SD-SD yang ada di DIY juga sudah diperbolehkan menggelar pembelajaran tatap muka terbatas meski ada siswa yang belum divaksinasi.
”Pemerintah pusat mengatur daerah PPKM level 1 sampai 3 boleh tatap muka terbatas dan tidak ada kewajiban harus vaksinasi dulu. Jadi, sekolah di daerah PPKM level 1 sampai 3 semuanya boleh tatap muka,” kata Nadiem saat berdialog dengan para guru dan kepala sekolah di Pendopo Tamansiswa, Kota Yogyakarta, Selasa (14/9).
Akan tetapi, Nadiem mengatakan, proses pembelajaran tatap muka di sekolah harus digelar dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Selain itu, kantin di sekolah juga belum boleh dibuka dan kegiatan ekstrakurikuler juga belum diperbolehkan.
Selain itu, Nadiem mengingatkan, jika muncul kluster penularan Covid-19 di sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka, sekolah tersebut akan ditutup sementara untuk mencegah meluasnya penularan. ”Kalau ketahuan ada kluster di sekolah, sekolah itu ditutup sampai aman lagi. Jadi, guru, orangtua, dan murid harus pintar-pintar menjaga protokol kesehatan,” katanya.