Tes Acak untuk Pembelajaran Tatap Muka di Surakarta
Sebagian sekolah, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, sudah kembali memulai pembelajaran tatap muka meski pandemi Covid-19 belum rampung. Pemkot Surakarta berencana gelar tes antigen acak untuk memastikan semua siswa sehat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Sebagian sekolah di Kota Surakarta, Jawa Tengah, sudah kembali memulai pembelajaran tatap muka meski pandemi Covid-19 belum rampung. Pemkot berencana melakukan tes antigen acak terhadap sejumlah sekolah yang sudah memulai kegiatan tersebut. Tes itu diperlukan untuk memastikan agar aktivitas belajar mengajar tidak menjadi kluster penularan baru.
”Saya minta random testing di beberapa sekolah. Diharapkan, ya, tidak ada kluster (penularan Covid-19) di sekolah-sekolah,” kata Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka di kompleks Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (22/9/2021).
Dalam tes acak tersebut, Gibran menyatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Lewat tes acak, kondisi kesehatan siswa bisa dipastikan tidak terpapar Covid-19. Dengan demikian, potensi munculnya kluster penularan Covid-19 dari aktivitas pembelajaran dapat dicegah.
Meski demikian, apabila ditemukan kasus positif Covid-19, Gibran mengungkapkan, aktivitas pembelajaran harus dihentikan untuk sementara waktu. Penghentian aktivitas pembelajaran sementara bertujuan guna menelusuri kontak erat dari kasus positif di sekolah.
”Sekolahnya ditutup (sementara). Tetapi, hanya di satu sekolah yang ditemukan kasus positif saja. Yang lainnya, jika tidak ditemukan kasus positif, tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan ketat,” kata Gibran.
Saya minta random testing di beberapa sekolah. Diharapkan, ya, tidak ada kluster di sekolah-sekolah.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Surakarta Dwi Ariyatno mengungkapkan, protokol kesehatan ketat terus diterapkan demi mencegah terjadinya penularan Covid-19 di lingkungan sekolah. Evaluasi terhadap pelaksanaan protokol kesehatan pun dilakukan setiap hari oleh pengawas di masing-masing sekolah.
”Supervisi dilakukan pengawas sekolah setiap hari. Setiap sekolah juga melaporkan dan mendokumentasikan aktivitas hariannya kepada kami,” kata Dwi saat dihubungi pada Rabu siang.
Dalam pembelajaran tatap muka, pihak sekolah wajib mengatur alur keluar masuk siswa, menyediakan alat pengukur suhu tubuh dan instalasi cuci tangan, pemakaian masker bagi semua warga sekolah, serta mengatur meja dengan jarak tertentu di setiap kelasnya. Setiap sekolah juga diharuskan membuat satuan tugas Covid-19. Satuan tugas tersebut nantinya mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan agar diterapkan ketat.
Dwi menjelaskan, sejauh ini protokol kesehatan dapat diterapkan dengan baik. Misalnya, pada aturan pengukuran suhu tubuh sempat ada siswa dari SD Negeri Semanggi Lor yang dipulangkan akibat suhu tubuhnya melampaui 37 derajat celsius. Siswa yang tidak sehat diminta untuk belajar dari rumah.
”Ini langkah preventifnya. Setiap sekolah sudah diminta menjalankan protokol kesehatan sesuai peraturan yang berlaku,” kata Dwi.
Selain itu, Dwi mengungkapkan, sejak pembelajaran tatap muka digelar kembali pada awal September ini juga belum ditemukan ada kasus positif Covid-19 di lingkungan sekolah. Kasus positif Covid-19 di lingkungan sekolah sempat ditemukan sewaktu simulasi pembelajaran tatap muka sebelum diadakannya PPKM darurat. Saat itu, kasus ditemukan di SMP Negeri 4 Surakarta.
Lanjut Dwi, saat itu hasil penularan Covid-19 tidak meluas di lingkungan sekolah. Sebab, kasus positif Covid-19 hanya berhenti pada satu siswa. Siswa itu diduga tertular dari anggota keluarganya yang mobilitasnya tergolong tinggi. Pihaknya berasumsi, protokol kesehatan sudah diterapkan ketat oleh segenap warga sekolah sehingga penularan tidak meluas.
”Jadi, kalau protokol kesehatan benar-benar ditegakkan, risiko terjadinya kluster penularan akan semakin rendah. Setidaknya dari pengalaman kami seperti itu,” kata Dwi.