Bupati Probolinggo, Praktik Rente dan Politik Pencitraan
Operasi tangkap tangan KPK terhadap Bupati Probolinggo menjadi perbincangan banyak orang. Bagi warga Kabupaten Probolinggo, mereka berharap kasus itu segera tuntas dan Probolinggo kembali bangkit.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
Bagi sebagian warga Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Bupati mereka dan pasangannya memiliki citra baik. Namun, di balik citra itu diduga ada praktik rente. Praktik itulah yang kini menyeret pasangan itu ke gedung KPK.
Di sebuah SPBU di Kota Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (1/9/2021) siang, dua petugasnya berbincang. Satu petugas bicara satir, dan satu lainnya menanggapi dengan menggebu-gebu. ”Punya uang Rp 20 juta? Bisa buat nyalon kades,” kata petugas bernama Luki. Temannya menjawab dengan menggebu-gebu. ”Tak bisa, Pak Hasan masih kuat. Musuhnya hanya LI** (nama LSM), itu pun hanya beberapa orang,” katanya bersemangat.
Pembicaraan masyarakat umum tersebut cukup menarik, apalagi terjadi di Kota probolinggo, wilayah di sebelah Kabupaten Probolinggo. Kasus operasi tangkap tangan (OTT) Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari bersama suami, camat, dan penjabat kepala desa di sana menjadi perbincangan dan memunculkan beragam pandangan, termasuk orang kebanyakan.
Namun, harus diakui, sosok Hasan Aminuddin (mantan bupati dan suami bupati Tantriana), cukup melekat di hati warga Kabupaten Probolinggo. Sebagaimana diketahui, Hasan merupakan Bupati Probolinggo dua periode, yaitu tahun 2003-2008 dan 2008-2013. Sebelum menjabat bupati, Hasan adalah ketua DPRD Kabupaten Probolinggo periode 1999-2003. Jauh sebelum berkecimpung di dunia politik, Hasan menjadi aktivis sejumlah organisasi.
”Pak Hasan itu orang baik. Dia meski pejabat, mau menyapa dan bergaul dengan orang kecil seperti kami. Kalau bertemu bukannya sombong, malah menyapa dan menghormat kepada rakyatnya,” kata Samsul Arifin (49), petani tembakau asal Desa Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo.
Samsul mengaku memang lebih mengenal Hasan Aminuddin daripada istrinya, Puput Tantriana Sari. Padahal, Tantriana adalah Bupati Probolinggo dua periode, yaitu sejak 2013 hingga sekarang. Dengan anak Hasan Aminuddin yang bernama Zulmi Noor, yang digadang-gadang menggantikan orangtuanya menjadi bupati, Samsul juga mengaku tidak kenal.
”Kalau Pak Hasan, saya kenal. Dahulu, beliau adalah kakak kelas saya di madrasah ibtidaiyah (MI). Orangnya baik sejak dahulu, tidak pilih-pilih bergaul. Saya kenal karena saya, kan, belajar shalat dari abahnya Pak Hasan. Saya berharap semoga kasus ini cepat selesai dan Probolinggo kembali bangkit,” katanya.
Kenangan serupa tentang Hasan juga dimiliki oleh Lutfi (52), pedagang bambu di Kraksaan. Menurut dia, Hasan sering menyantuni janda, warga lansia, dan orang-orang miskin. ”Bindere (Tuan) Hasan orang baik. Dia sering membantu sembako hingga uang. Warga sini pasti tahu. Soal kasusnya yang sekarang ini, beliau hanya kena musibah saja. Semoga segera selesai dan Probolinggo kembali baik,” katanya.
Kuatnya ingatan akan mantan Bupati Probolinggo itu bukan hanya sekadar omong kosong. Bahkan, di jalur Desa Sidomukti, terpampang pelang nama jalan bernama Jalan Hasan Aminudin. Menurut warga setempat, itu untuk menghormati kebaikan seorang Hasan Aminudin.
Citra
Kenangan Samsul dan Lutfi akan Hasan menunjukkan betapa kuatnya citra positif kepemimpinan Hasan bagi mereka. Citra baik bagi seorang pemimpin sangatlah penting. Jika berkaca pada teori looking-glass self theory ala Charles Horton Cooley, citra pemimpin itu ditentukan interaksinya dengan masyarakat. Jika masyarakat melihat pemimpinnya memiliki sikap baik, pemimpin itu akan bercitra baik (meski sebenarnya mungkin ia tidak benar-benar baik).
Intinya, sosok sesorang itu ditentukan oleh asosiasi/pandangan orang lain (masyarakatnya). Semakin banyak tindakan atau citra baik dilakukan pada masyarakat, maka si pemimpin itu akan disebut seorang pemimpin baik. Dan untuk itu, seorang pemimpin butuh usaha dan dana.
”Di sanalah, pencarian rente dilakukan untuk membiayai dan mengelola pencitraan seorang pemimpin. Selain itu, rente yang didapat juga untuk mengelola rivalitas (dukungan harus dijaga dan menekan rivalitas). Makanya, butuh rente untuk membiayainya, seperti untuk tim sukses, pemilih, tokoh masyarakat, dan lainnya,” kata dosen Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang, Wawan Sobari.
Rente itu diambilkan dari dana nonbudgeter dengan cara-cara tidak benar, seperti suap dan korupsi. Hal itu terjadi karena sistem keuangan pemerintahan sekarang semakin terbangun dan terawasi dengan baik, mulai dari perencanaan hingga pertanggungjawaban, sehingga untuk mencari rente dari sana tidak memungkinkan.
Bagaimana pun juga, hal yang dilakukan oleh Hasan Cs tidak bisa dibenarkan. Kabupaten Probolinggo harus kembali bergerak, dan tidak terjebak dengan kenangan masa lalu demi membangun Probolinggo lebih baik ke depan.
”Kami menyampaikan rasa prihatin, dan semua mendoakan Ibu Bupati serta sebagian teman PNS yang sedang menghadapi persoalan tersebut senantiasa diberi kesehatan dan kesabaran. Selanjutnya, kami sekarang fokus bekerja, melayani masyarakat, terutama kita kerahkan energi untuk menghadapi pandemi Covid-19,” kata Pelaksana Tugas Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko.
Timbul mengatakan, ia telah berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait berbagai hal, termasuk rapat penentuan penjabat kepala desa di 252 desa di Kabupaten Probolinggo yang akan habis masa jabatannya pada 9 September 2021. Menurut dia, mereka harus tetap bergerak dengan cepat.
”Ayolah, kita sama-sama semangat demi Probolinggo,” kata Timbul. Semua pihak bersama-sama bersemangat demi membangun Probolinggo ke depan.