Tambahan Bansos Beras 10 Kilogram bagi Warga Sidoarjo Terdampak Pandemi
Warga Sidoarjo yang terdampak pandemi Covid-19 mulai menerima tambahan bantuan sosial berupa beras sebesar 10 kilogram. Bantuan ini diharapkan memperkuat jaring pengaman sosial di masa perpanjangan PPKM darurat.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Warga terdampak pandemi Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mulai menerima tambahan bantuan sosial berupa beras 10 kilogram. Bantuan ini diharapkan memperkuat jaring pengaman sosial di masa perpanjangan penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat.
Puluhan ton beras diberangkatkan dari Gudang Perum Bulog Cabang Surabaya Utara di Desa Buduran, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Kamis (22/7/2021). Beras yang diangkut dengan truk itu bertolak menuju Desa Urangagung, Kecamatan Sidoarjo, untuk didistribusikan langsung kepada keluarga penerima manfaat (KPM).
Berdasarkan data Bulog, untuk memasok kebutuhan penyaluran tambahan bansos di Desa Urangagung diperlukan 2.840 kilogram (kg) beras. Bantuan beras itu didistribusikan kepada 1.260 KPM penerima Program Keluarga Harapan (PKH) dan 1.580 keluarga penerima bantuan sosial tunai (BST).
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, berdasarkan data Kementerian Sosial, total terdapat 83.419 KPM tambahan bantuan beras 10 kg di wilayahnya. Para penerima ini tersebar di 353 desa dan kelurahan di 18 kecamatan dengan jumlah KPM yang beragam di setiap desa.
”Mengingat besarnya jumlah penerima dan luasnya area pendistribusian bantuan sosial, masyarakat diharapkan bersabar menunggu giliran. Bantuan pasti akan datang sehingga tidak perlu khawatir,” ujar Ahmad Muhdlor Ali.
Tambahan bantuan berupa 10 kg beras ini khusus menyasar KPM penerima BST dan penerima PKH. Bantuan ini merupakan bentuk nyata perhatian pemerintah dalam upaya mempertebal jaring pengaman sosial bagi masyarakat terdampak pandemi dari sisi ekonomi dalam menghadapi perpanjangan masa PPKM darurat.
Pimpinan Bulog Cabang Surabaya Utara Nurjuliansyah Rachman mengatakan, pihaknya siap mendistribusikan tambahan bantuan beras untuk keluarga penerima di wilayah kerjanya yang meliputi Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik. Saat ini, di gudang Bulog tersedia 41.000 ton beras.
”Stok beras itu cukup untuk memenuhi kebutuhan penyaluran bansos dan akan terus ditambah dari penyerapan beras petani yang masih terus berlangsung,” kata Nurjuliansyah.
Sebelumnya, Kepala Wilayah Perum Bulog Jatim Khozin mengatakan, jumlah total KPM di Jatim berdasarkan data Kemensos mencapai 3.198.864 keluarga. Untuk mendistribusikan tambahan bantuan berupa beras tersebut, Bulog Jatim telah menyiapkan 12 gudang penyimpanan beras yang akan menjangkau 38 kabupaten dan kota.
”Untuk memastikan kualitas beras yang diterima masyarakat sudah sesuai dengan standar terbaik, telah dibentuk tim pemantauan dan evaluasi. Bulog berkomitmen memastikan kualitas dan kuantitas beras bantuan yang disalurkannya ke masyarakat,” kata Khozin.
Isoman Covid-19
Ahmad Muhdlor mengatakan, selain tambahan bansos beras, masyarakat Sidoarjo yang terdampak pandemi Covid-19 juga akan menerima bansos bahan pokok yang anggarannya bersumber dari APBD Sidoarjo. Total paket bansos yang disiapkan sebanyak 100.000 paket.
Dari jumlah 100.000 bansos bahan pokok tersebut, 35.000 paket disalurkan pada tahap pertama mulai akhir pekan lalu. Sasarannya masyarakat Sidoarjo yang terpapar Covid-19 dan sedang menjalani isolasi mandiri di rumah. Paket bahan pokok itu berisi, antara lain, beras 10 kg, minyak goreng 2 liter, gula, dan tepung terigu.
Saat ini, Pemkab Sidoarjo kembali menyiapkan 30.000 paket bansos untuk warga terpapar Covid-19 yang sedang isoman. Pemda juga sudah melakukan refocusing anggaran untuk menyiapkan jaring pengaman sosial bagi warga lainnya yang terdampak pandemi. Penambahan bansos akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan APBD tahun berjalan.
Muhdlor mengatakan, pihaknya menyadari pandemi Covid-19 berdampak luas terhadap sektor kesehatan, sosial, ekonomi, dan pendidikan masyarakat. Dampak di sektor ekonomi semakin terasa kuat saat kebijakan PPKM darurat diterapkan hingga kini diperpanjang.
Pembatasan mobilitas masyarakat menekan laju aktivitas ekonomi di berbagai lini usaha. Dampaknya pergerakan ekonomi masyarakat melambat, bahkan ada yang berhenti sama sekali. Penyaluran beragam bansos ini diharapkan mampu meminimalkan dampak sosial ekonomi yang menguat di masa PPKM darurat.
Pemkab Sidoarjo terpaksa mengambil kebijakan perpanjangan PPKM darurat dengan pengetatan level 4 atau level tertinggi karena kasus Covid-19 memang tinggi. Kasus kematian Covid-19 juga tinggi sehingga perlu penanganan ekstra.
Meski demikian, Muhdlor berharap masyarakat menerima kebijakan tersebut dan turut menyukseskannya dengan cara berdiam di rumah serta tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Jatim, jumlah terkonfirmasi positif di Sidoarjo hingga Rabu (21/7/2021) mencapai 16.902 kasus, 12.939 kasus di antaranya dinyatakan sembuh dan 676 kasus meninggal. Jumlah kasus aktif atau yang masih dirawat, baik di RS rujukan maupun isolasi di hotel dan isolasi mandiri, sebanyak 3.287 kasus.
Pada Rabu kemarin, penambahan kasus harian di Sidoarjo juga masih tinggi, yakni 280 kasus. Tingginya penambahan kasus harian ataupun jumlah kumulatif terkonfirmasi Covid-19 ini menempatkan Sidoarjo di urutan kedua di Jatim setelah Surabaya. Sidoarjo berada di zona merah peta epidemi yang menandakan risiko sebaran Covid-19 di daerah penyangga Surabaya ini masih tinggi.