Ribuan warga dan bangunan di Kalimantan Tengah terendam banjir. Peralihan cuaca sebabkan curah hujan tinggi hingga sungai-sungai meluap ke permukiman warga.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Curah hujan tinggi selama beberapa hari terakhir, memicu luapan sungai di sejumlah tempat di empat kabupaten di Kalimantan Tengah. Akibatnya, banjir merendam ribuan rumah di 31 desa dan kelurahan. Ribuan warga terpaksa mengungsi.
Empat kabupaten di Kalimantan Tengah (Kalteng) yang dilanda banjir, yakni Kabupaten Kapuas, Barito Utara, Murung Raya, dan Pulang Pisau. Rinciannya, 12 desa di Kabupaten Kapuas, 4 desa di Kabupaten Murung Raya, 14 desa di Kabupaten Barito Utara, dan 1 desa di Pulang Pisau.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng, banjir berdampak pada 1.157 orang dan merendam setidaknya 1.154 unit bangunan mulai dari rumah hingga fasilitas publik. Ketinggian genangan air di empat wilayah itu beragam, mulai dari 20 sentimeter hingga 150 sentimeter.
Supervisor Pusat Pengendalian dan Informasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) Provinsi Kalteng, Japalmen mengatakan, saat ini pihaknya masih terus mendata dampak banjir. Pendataan memakan waktu cukup lama karena lokasi desa yang kebanjiran sulit diakses.
”Data sementara seperti itu. Di beberapa wilayah bisa saja banjir meluas atau mungkin berkurang atau surut,” kata Japalmen di Palangkaraya, Jumat (21/5/2021).
Salah satu wilayah yang dilanda banjir paling parah adalah Desa Pujon di Kabupaten Kapuas. Itom (46), warga Desa Pujon, mengungkapkan, banjir sudah melanda desanya sejak tiga hari lalu. Banjir dipicu hujan yang tak berhenti selama dua malam hingga memicu sungai di sekitar desanya meluap.
”Di sini juga sudah banyak anak sungai yang sudah rusak sehingga kalau hujannya enggak berhenti pasti banjir,” ungkap Itom.
Kompas mengunjungi Desa Pujon dan melihat bagaimana sejumlah anak Sungai Kapuas sudah rusak bahkan hampir lenyap. Kerusakan itu terjadi lantaran begitu banyaknya tambang emas tradisional masyarakat di dalam maupun luar sungai.
Tak ada lagi hutan di sekitar sungai. Hanya tersisa pasir-pasir bekas hisapan mesin-mesin penyedot emas. Penduduk sekitar pun menggunakan merkuri untuk mendapatkan emasnya. Desa ini disebut desa emas karena memang banyak penambang emas. ”Kalau banjir setiap tahun terjadi, kalau sudah musim hujan, ya, siap-siap saja,” ujar Itom.
Itom mengungkapkan, banjir tahunan di desanya sudah dianggap biasa oleh warga. Tidak ada yang mengungsi. Mereka menyiapkan rumahnya untuk menghadapi banjir, seperti membuat rumah panggung.
”Ada yang rumahnya terendam, tetapi karena sudah terbiasa mereka membuat dipan di tengah ruangan untuk tidur dan menyimpan barang-barang agar tidak terendam,” kata Itom.
Camat Kapuas Tengah Dodo mengungkapkan, di kecamatannya, tujuh desa terendam banjir dengan ketinggian beragam. Banjir disebabkan Sungai Kapuas yang meluap karena curah hujan tinggi.
”Kami masih melakukan pendataan warga yang terdampak banjir untuk diberikan bantuan. Saya juga sudah berkoordinasi dengan seluruh kepala desa yang desanya terdampak untuk pendataan,” kata Dodo.
Dodo mengungkapkan, hingga kini belum memiliki data warga yang mengungsi. Pihaknya menyiapkan tempat pengungsian, tetapi warga lebih memilih untuk mengungsi ke rumah kerabat mereka. ”Yang rumahnya tidak bisa ditempati karena terendam banjir memilih pindah ke rumah kerabat mereka di pinggir jalan besar,” kata Dodo.
Hingga kini, lanjut Dodo, belum ada laporan korban jiwa dalam peristiwa banjir di wilayahnya. Banjir tersebut, menurut dia, merupakan banjir yang setiap tahun terjadi.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Reniananta, menjelaskan, saat ini sedang terjadi peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau. Biasanya, saat masa peralihan cuaca menjadi lebih ekstrem. Di beberapa tempat bisa lebih panas, sedangkan di wilayah lain curah hujan begitu tinggi.
Dari prediksi Staisiun Meteorologi, lanjut Reniananta, beberapa wilayah yang saat ini sedang terendam banjir pada dua hari ke depan masih akan dilanda hujan dengan curah hujan normal dan juga mendung berawan. ”Kalimantan Tengah sedang menuju ke musim kemarau, saat ini sedang masa peralihan,” ujarnya.