Banjir melanda Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Deforestasi diduga menjadi faktor penyebabnya.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir merendam 32 desa di lima kecamatan di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Sebanyak 722 keluarga terdampak. Banjir yang baru dialami warga selama dua tahun belakangan itu diduga karena hilangnya hutan yang menjadi benteng alam.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamandau Edison Dewel menjelaskan, banjir melanda di lima kecamatan, yakni Kecamatan Lamandau, Belantikan Raya, Bulik Timur, Delang, dan Batang Kawa. Tinggi muka air beragam dengan ketinggian maksimal mencapai 5 meter.
”Tahun 2019 pernah banjir tapi tak separah ini. Sebelumnya belum pernah ada banjir di kabupaten ini sebesar apapun curah hujannya,” kata Edison saat dihubungi dari Palangkaraya, Minggu (12/7/2020).
BPBD LAMANDAU
Petugas BPBD Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, mengevakuasi warga terdampak banjir, Minggu (12/7/2020).
Banjir terjadi sejak akhir Juni lalu dan terus meluas hingga saat ini. Bahkan, tinggi muka air, menurut Edison, juga terus naik. Melihat hal itu, pada 30 Juni 2020, Pemerintah Kabupaten Lamandau langsung menetapkan status tanggap darurat banjir.
Edison menjelaskan, saat ini pihaknya masih melakukan pendataan dan mengevakuasi warga. Di Nanga Bulik, ibu kota Kabupaten Lamandau, setidaknya terdapat 47 orang yang dievakuasi ke Gedung serba guna Sembaga Mas.
”Masih ada area blankspot karena kami belum mampu menjangkau ke sana akibat jalan yang terendam. Kami masih berupaya untuk terus menjangkau area-area itu,” kata Edison.
Setidaknya terdapat 21 titik di ruas jalan Trans-Kalimantan di wilayah Lamandau terendam banjir, Minggu (12/7/2020).
Banjir, kata Edison, juga menutup 21 titik di ruas jalan trans Kalimantan di daerah tersebut. Hal itu membuat pihaknya kesulitan melakukan pendataan dan pengawasan ke wilayah-wilayah pelosok.
”Di beberapa titik kami sudah membuat posko untuk dapur umum dan pengungsian bagi warga yang terdampak parah. Di posko itu juga kami salurkan bantuan logistik seperti makanan dan selimut,” ujar Edison.
BPBD LAMANDAU
Petugas BPBD Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, mengevakuasi warga terdampak banjir, Minggu (12/7/2020).
Kompas pernah melakukan perjalanan di wilayah yang jaraknya lebih kurang 14 jam perjalanan dari Kota Palangkaraya, ibu kota Kalteng, ini. Lamandau berada di dataran tinggi, tetapi sebagian wilayahnya dekat dengan Sungai Lamandau yang panjangnya mencapai 300 kilometer.
Kami sudah ingatkan pemerintah sejak dulu tetapi tidak pernah didengar. Kami tidak pernah setuju hutan itu dibabat diganti perkebunan sawit, tetapi masih saja.
Desa Kinipan, misalnya, hanya berjarak 50 meter dari tepi Sungai Lamandau. Desa itu pun terancam banjir. Terdapat pondok dan dermaga tempat masyarakat biasa menambatkan perahu mesinnya. Pondok itu tingginya lebih kurang 3 meter dan saat ini terendam air sungai.
Edison menjelaskan, curah hujan yang tinggi sejak awal Juni menyebabkan Sungai Lamandau yang sebelumnya tidak pernah meluap menjadi tak terkontrol. ”Air sungai meluap ke mana-mana ini tidak pernah diantisipasi karena sebelumnya belum pernah seperti ini,” katanya.
Di Desa Kinipan, Sungai Lamandau dipisah oleh hutan ada desa Kinipan yang luasnya mencapai 16.000 hektar atau dua kali luas Provinsi DKI Jakarta. Saat ini hutan itu dialihfungsikan menjadi perkebunan sekitar 4.000 hektar lebih.
Ketua Komunitas Adat Laman Kinipan Efendi Buhing menjelaskan, banjir baru melanda wilayahnya itu sejak 2019 karena luapan sungai. Sebelumnya sungai tidak pernah meluap karena tertahan hutan yang ada di sekitar sungai.
”Kami sudah ingatkan pemerintah sejak dulu tetapi tidak pernah didengar. Kami tidak pernah setuju hutan itu dibabat diganti perkebunan sawit, tetapi masih saja,” kata Efendi.
Hingga kini masyarakat adat Laman Kinipan masih menolak pembabatan hutan di wilayahnya. Selain karena hutan menjadi tempat mereka hidup, mereka juga sudah menyadari ancaman bencana jika hutan hilang.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Warga Kinipan meratapi dan menanam kembali lahan yang sudah dibuka perusahaan sawit, Sabtu (19/1/2019). Hal itu dilakukan sebagai bentuk melawan deforestasi.
Sebelumnya, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran telah memberikan bantuan untuk 5.000 keluarga terdampak banjir dan Covid-19 di Kabupaten Lamandau. Ia menyadari saat ini pihaknya sedang dilanda tiga bencana. Pihaknya sudah memperpanjang status darurat bencana Covid-19, siaga darurat kebakaran hutan dan lahan, ditambah tanggap bencana banjir yang melanda Kabupaten Lamandau.
”Kami beserta masyarakat saat ini sedang dilanda beragam cobaan bencana, ini ujian. Meski berat, harus dilewati dengan baik,” kata Sugianto.
Sugianto menambahkan, pihaknya sudah berupaya mencegah, melakukan sosialisasi, dan edukasi untuk bencana Covid-19 dan kebakaran lahan yang ada di depan mata. Ia juga terus memantau perkembangan banjir di Lamandau dan memberikan bantuan.
”Kami terus melakukan koordinasi dengan semua pihak dan instansi terkait untuk menangani ini dengan fokus dan kerja bersama,” ujar Sugianto.