Merapi Luncurkan Awan Panas, Hujan Abu Melanda Sembilan Desa di Magelang
Gunung Merapi lagi-lagi mengeluarkan awan panas guguran, Selasa (30/3/2021) pagi. Akibat awan panas guguran itu, sejumlah wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dilanda hujan abu tipis.
Oleh
REGINA RUKMORINI/HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta kembali mengeluarkan awan panas guguran, Selasa (30/3/2021) pagi. Akibat awan panas guguran itu, sembilan desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dilanda hujan abu tipis. Di sebagian lokasi, warga langsung bergotong royong membersihkan lingkungan yang terkena hujan abu.
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), awan panas guguran terjadi pada Selasa pukul 07.06. Awan panas itu tercatat di seismogram dengan amplitudo 60 milimeter, durasi 135 detik, dan jarak luncur sekitar 1,5 kilometer ke arah barat daya. Saat awan panas terjadi, BPPTKG menyebut, angin sedang bertiup ke utara.
Setelah awan panas itu, sejumlah warga lereng Merapi di Kabupaten Magelang melaporkan hujan abu dengan intensitas tipis. Menurut Ismanto, warga Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Magelang, hujan abu di desa tersebut terjadi sejak pukul 07.00 dan berlangsung lebih dari sejam.
”Sekalipun tidak tebal, abu yang turun juga tetap mengotori kendaraan, tanaman, dan baju milik warga,” kata Ismanto saat dihubungi, Selasa pagi. Dia menambahkan, sesudah terjadinya hujan abu tersebut, warga Desa Sengi langsung melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka.
Selain di Desa Sengi, hujan abu juga dilaporkan terjadi di Desa Paten, Kecamatan Dukun, Magelang, yang berjarak sekitar 5 km dari puncak Gunung Merapi. Salah seorang warga Desa Paten, Wahyudi, menuturkan, hujan abu yang terjadi di desa tersebut memiliki intensitas tipis. Meski begitu, dia menyebut, hujan abu yang terjadi cukup mengganggu pernapasan sehingga warga yang beraktivitas di luar pun langsung memakai masker.
Wahyudi juga menuturkan, selama beberapa waktu terakhir, dirinya kerap mendengar suara gemuruh saat Gunung Merapi meluncurkan awan panas. Namun, dia mengatakan, warga Desa Paten tidak terlalu mencemaskan aktivitas Gunung Merapi. Sebab, berdasarkan informasi resmi dari BPPTKG, Desa Paten tidak berada dalam radius bahaya erupsi Gunung Merapi.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, hujan abu vulkanik Gunung Merapi pada Selasa pagi terjadi di sembilan desa yang tersebar di tiga kecamatan. Di Kecamatan Dukun, hujan abu terjadi di lima desa, yakni Desa Sewukan, Desa Sengi, Desa Paten, Desa Mangonsoka, dan Desa Krinjing.
Di Kecamatan Srumbung, hujan abu akibat awan panas guguran Gunung Merapi terjadi di tiga desa, yaitu Desa Srumbung, Desa Kradenan, dan Desa Bringin. Sementara itu, di Kecamatan Sawangan, hanya ada satu desa yang dilanda hujan abu, yakni Desa Krogowanan.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto menyatakan, berdasarkan koordinasi dan komunikasi dengan BPPTKG, tidak ada wilayah Kabupaten Magelang yang terancam bahaya erupsi Merapi. Oleh karena itu, sejak pekan lalu, BPBD Kabupaten Magelang membongkar sekat-sekat yang sebelumnya sudah terpasang di lokasi di pengungsian yang bertempat di gedung sekolah.
Upaya pembongkaran ini sekaligus juga dilakukan sebagai persiapan pembelajaran tatap muka di Kabupaten Magelang yang akan dilaksanakan awal April 2021. Dengan adanya pembelajaran tatap muka itu, gedung sekolah yang dulu dipakai untuk lokasi pengungsian akan difungsikan kembali sebagai tempat pembelajaran bagi para siswa.
Berdasarkan data BPPTKG, awan panas guguran terjadi pada Selasa pukul 07.06. Awan panas itu tercatat di seismogram dengan amplitudo 60 milimeter, durasi 135 detik, dan jarak luncur sekitar 1,5 kilometer ke arah barat daya.
Dua arah
Dalam kesempatan sebelumnya, Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan, potensi bahaya akibat erupsi Merapi saat ini berupa awan panas dan guguran lava yang menuju ke dua arah yang berbeda. Arah pertama adalah sektor selatan-barat daya yang meliputi wilayah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih sejauh maksimal 5 km dari puncak Gunung Merapi.
Sementara itu, yang kedua adalah sektor tenggara meliputi wilayah Sungai Gendol sejauh 3 km dari Merapi. BPPTKG juga menyatakan, Merapi masih memiliki potensi erupsi eksplosif yang dapat memunculkan bahaya berupa lontaran material vulkanik dengan radius 3 km dari puncak.
Selama proses erupsi tahun ini, awan panas yang dikeluarkan Gunung Merapi selalu mengarah ke arah barat daya. Hal ini karena di sisi barat daya puncak Gunung Merapi memang terdapat kubah lava yang masih terus mengalami pertumbuhan. Sebagian material kubah lava itu telah mengalami keruntuhan sehingga menghasilkan awan panas guguran dan guguran lava.
Meski begitu, Hanik menyebut, ke depan Gunung Merapi juga berpotensi mengeluarkan awan panas guguran dan guguran lava menuju ke sektor tenggara atau ke arah Sungai Gendol di Kabupaten Sleman, DIY. ”Kemungkinan ke depan akan terjadi guguran dan awan panas dengan arah ke Sungai Gendol,” katanya.
Hal ini karena di tengah kawah puncak Gunung Merapi juga terdapat kubah lava yang mengalami pertumbuhan. Menurut Hanik, apabila sebagian material kubah lava yang ada di tengah kawah itu mengalami keruntuhan, berpotensi terjadi awan panas guguran dan guguran lava ke arah tenggara. Sebab, di sisi tenggara puncak Merapi terdapat bukaan kawah yang bisa menjadi jalur luncuran awan panas guguran dan guguran lava.
Hingga sekarang, BPPTKG masih menetapkan Gunung Merapi dalam status Siaga (Level III). Status Siaga itu telah ditetapkan BPPTKG sejak 5 November 2020.