Kubah Kedua Aktif, Merapi Berpotensi Keluarkan Awan Panas ke Tenggara
Kubah lava kedua yang ada di Gunung Merapi mulai menunjukkan aktivitas seiring munculnya api diam.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kubah lava kedua di Gunung Merapi mulai menunjukkan tanda-tanda aktivitas seiring munculnya api diam. Dengan adanya aktivitas itu, Merapi berpotensi mengeluarkan awan panas dan guguran lava mengarah ke tenggara atau menuju hulu Kali Gendol di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
”Kubah lava yang ada di tengah kawah menunjukkan suatu aktivitas dengan adanya api diam,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida dalam konferensi pers secara daring, Jumat (5/3/2021) sore, di Yogyakarta.
Seperti diberitakan, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Gunung Merapi saat ini memiliki dua kubah lava yang sama-sama mengalami pertumbuhan dalam satu proses erupsi. Kubah lava pertama Merapi berlokasi di sisi barat daya, tepatnya di atas lava sisa erupsi tahun 1997. Kubah lava itu teramati sejak 4 Januari 2021.
Hingga 5 Maret ini, volume kubah lava di sisi barat daya itu mencapai 711.000 meter kubik. Jika dihitung sejak 4 Januari 2021, rata-rata laju pertumbuhan kubah lava tersebut mencapai 13.900 meter kubik per hari. ”Kubah lava yang ada di barat daya ini masih terus tumbuh,” kata Hanik.
Sementara itu, kubah lava kedua berlokasi di tengah kawah Gunung Merapi dan teramati sejak 4 Februari 2021. Data BPPTKG, pada 17 Februari 2021, volume kubah lava yang ada di tengah kawah itu mencapai 426.000 meter kubik. Namun, Hanik menyebut, volume terkini kubah lava itu belum bisa dihitung karena BPPTKG belum bisa menerbangkan drone atau pesawat nirawak untuk mengambil foto udara.
Hal itu karena kecepatan angin selama beberapa hari terakhir tergolong tinggi sehingga bisa membahayakan drone. ”Kecepatan angin di puncak Merapi masih sangat tinggi. Kecepatannya masih di atas 30 kilometer (km) per jam, bahkan beberapa kali melebihi 60 km per jam. Ini tidak memungkinkan untuk menerbangkan drone,” ujar Hanik.
Meski begitu, Hanik menuturkan, kubah lava yang ada di tengah kawah itu masih terus tumbuh. Berdasarkan pengamatan BPPTKG, pada 5 Maret 2021, ketinggian kubah lava tersebut mencapai 45 meter. Jika dibandingkan kondisi 1 Maret 2021, ketinggian kubah lava itu bertambah 5 meter.
Ia menambahkan, di kubah lava tersebut juga sudah tampak adanya api diam yang merupakan manifestasi dari lava atau magma yang muncul di permukaan gunung api. Dari pengamatan BPPTKG, api diam di kubah lava tersebut, antara lain, terlihat pada 28 Februari dan 4 Maret 2021. ”Api diam itu menandakan magma sudah ada di permukaan,” katanya.
Selain api diam, BPPTKG juga telah mengamati adanya guguran lava dari kubah lava yang ada di tengah kawah Gunung Merapi. Namun, guguran lava yang terpantau pada 4 Maret 2021 itu masih berada di dalam kawah sehingga belum membahayakan masyarakat.
Kemungkinan ke depan
Meski begitu, Hanik mengingatkan, ke depan berpotensi terjadi guguran lava dan awan panas akibat reruntuhan material kubah lava di tengah kawah. Guguran lava dan awan panas dari kubah lava itu kemungkinan besar mengarah ke sisi tenggara atau menuju ke hulu Kali Gendol yang merupakan sungai di wilayah Kabupaten Sleman.
Hal ini karena di Gunung Merapi terdapat bukaan kawah yang mengarah ke sisi tenggara. ”Kemungkinan ke depan akan terjadi guguran dan awan panas dengan arah ke Kali Gendol,” katanya.
Namun, Hanik menyebut, kalaupun nantinya terjadi guguran lava dan awan panas ke arah Kali Gendol, jarak luncur maksimalnya diperkirakan 3 km, belum mencapai permukiman penduduk. Meski begitu, potensi guguran lava dan awan panas ke arah Kali Gendol itu tetap harus diwaspadai.
Apalagi, selama proses erupsi tahun ini, Gunung Merapi belum pernah mengeluarkan awan panas ke arah Kali Gendol. Sejak 7 Januari 2021 hingga sekarang, Merapi telah mengeluarkan 111 kali awan panas yang seluruhnya mengarah ke barat daya. Jarak luncur terjauh awan panas ke sisi barat daya itu sekitar 3,5 km.
Hanik menambahkan, hingga sekarang, Gunung Merapi masih berstatus Siaga (Level III). Adapun potensi bahaya akibat erupsi saat ini berupa guguran lava dan awan panas yang mengarah ke dua sektor. Pertama, ke sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih sejauh maksimal 5 km.
Kedua, ke sektor tenggara atau menuju Sungai Gendol sejauh 3 km. Selain itu, BPPTKG juga mengingatkan potensi bahaya berupa lontaran material vulkanik dengan radius 3 km dari puncak apabila Merapi mengalami erupsi eksplosif.
Kewaspadaan masyarakat
Kepala Seksi Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Joko Lelono menyampaikan, masyarakat yang tinggal di sisi tenggara Merapi harus terus mewaspadai aktivitas gunung api. Ini karena berpotensi terjadi guguran lava dan awan panas ke arah tenggara.
Di sisi tenggara, permukiman warga yang paling dekat dengan Merapi adalah Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Dusun tersebut berjarak sekitar 4 km dari puncak. Sebelumnya, sejak 7 November 2020 hingga 26 Januari 2021, warga Kalitengah Lor sempat mengungsi dari rumah karena peningkatan aktivitas Merapi.
”Ada rencana mengungsikan warga Kalitengah Lor lagi jika ada aliran lava pijar ke arah Kali Gendol, berapa pun jarak luncurnya. Rencana ini dibuat untuk mengantisipasi kekhawatiran warga. Maka, kami fasilitasi dengan pengungsian,” kata Joko.
Sementara itu, warga Desa Glagaharjo yang tergabung dalam Komunitas Siaga Merapi (KSM) terus melakukan ronda malam untuk mengawasi aktivitas Gunung Merapi. Pemantauan aktivitas Merapi itu, antara lain, dilakukan dari Pos Pantau KSM yang berada di Dusun Kalitengah Lor.
”Di pos pantau, selama status Gunung Merapi belum turun, teman-teman KSM terus melakukan ronda dan pemantauan secara visual,” kata Ketua KSM Rambat Wahyudi.
Rambat menambahkan, selama melakukan pemantauan tersebut, para sukarelawan KSM sempat mengamati adanya api diam di tengah kawah. Api diam itu terpantau pada 1 Maret dan 4 Maret lalu.
Lebih lanjut, ia memastikan, sukarelawan juga selalu bersiaga di barak pengungsian yang terdapat di Balai Desa Glagaharjo. Barak itu pun sudah disekat dan siap digunakan sewaktu-waktu.