Merapi Keluarkan Tujuh Kali Awan Panas, Jarak Terjauh 1,8 Kilometer
Gunung Merapi kembali menunjukkan peningkatan aktivitas. Pada Sabtu (27/3/2021) dini hari hingga pagi, Gunung Merapi tercatat mengeluarkan tujuh kali awan panas guguran dengan jarak luncur terjauh 1,8 kilometer.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menggeliat. Pada Sabtu (27/3/2021) dini hari hingga pagi, Merapi tercatat mengeluarkan tujuh kali awan panas guguran. Jarak luncur terjauhnya 1,8 kilometer sehingga belum melampaui radius bahaya yang ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), awan panas guguran pertama pada Sabtu ini terjadi pukul 02.11. Setelah itu, Merapi mengeluarkan awan panas guguran dalam waktu berdekatan, yakni pukul 04.28, 04.30, dan 04.41.
Empat kali awan panas itu beramplitudo maksimal 34 milimeter dan durasi maksimal 167 detik. Jarak luncur terjauhnya 1,8 km ke arah barat daya.
Beberapa jam kemudian, Merapi kembali mengeluarkan tiga kali awan panas dalam waktu yang berdekatan. Tiga kali awan panas itu terjadi pada Sabtu pukul 06.02, 06.03, dan 06.31. Tiga kali awan panas itu beramplitudo maksimal 44 milimeter, durasi maksimal 130 detik, dan jarak luncur terjauh sekitar 1,3 km ke arah barat daya. Saat awan panas itu terjadi, angin bertiup ke arah barat laut.
Meski Merapi mengeluarkan tujuh kali awan panas guguran dalam waktu relatif berdekatan, BPPTKG menyatakan, statusnya masih Siaga (Level III). Status Siaga itu telah ditetapkan sejak 5 November 2020 dan belum berubah hingga sekarang.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, potensi bahaya akibat erupsi Merapi kini berupa awan panas dan guguran lava yang menuju ke dua sektor atau arah yang berbeda. Arah pertama adalah sektor selatan-barat daya yang meliputi wilayah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih sejauh maksimal 5 km dari puncak Gunung Merapi.
Sementara itu, yang kedua adalah sektor tenggara meliputi wilayah Sungai Gendol sejauh 3 km dari Merapi. BPPTKG juga menyatakan, Merapi masih memiliki potensi erupsi eksplosif yang dapat memunculkan bahaya berupa lontaran material vulkanik dengan radius 3 km dari puncak.
Hanik pun mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas di daerah bahaya yang telah ditetapkan. Secara khusus, BPPTKG juga mengimbau para pelaku wisata tidak beraktivitas di dalam radius 5 km dari bukaan kawah yang ada di sisi tenggara Gunung Merapi.
Arah tenggara
Sejak dimulainya proses erupsi pada 7 Januari 2021, awan panas yang dikeluarkan Merapi selalu mengarah ke barat daya. Di sisi ini, terdapat kubah lava yang masih terus mengalami pertumbuhan. Sebagian material kubah lava itu kemudian runtuh sehingga memicu awan panas guguran dan guguran lava yang mengarah ke barat daya.
Berdasarkan data BPPTKG, kubah lava di sisi barat daya itu teramati sejak 4 Januari 2021. Hingga Kamis (25/3/2021), volume kubah lava tersebut mencapai 949.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 13.300 meter kubik per hari.
Meski begitu, Hanik juga mengingatkan, ke depan Merapi juga berpotensi mengeluarkan awan panas guguran dan guguran lava ke arah tenggara atau menuju Sungai Gendol di Kabupaten Sleman, DIY. ”Kemungkinan ke depan akan terjadi guguran dan awan panas dengan arah ke Kali Gendol,” katanya.
Hal ini karena di tengah kawah yang ada di puncak Merapi juga terdapat kubah lava. Apabila sebagian material kubah lava di tengah kawah itu runtuh, berpotensi terjadi awan panas guguran dan guguran lava ke arah tenggara. Hal ini karena di sisi tenggara puncak Merapi terdapat bukaan kawah yang bisa menjadi jalur luncuran awan panas guguran dan guguran lava.
Kepala Subkoordinator Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso menjelaskan, hingga 17 Maret 2021, kubah lava di tengah kawah itu memiliki panjang 260 meter, lebar 118 meter, dan tinggi 65 meter. Adapun volume kubah lava tersebut pada 17 Maret 2021 mencapai 950.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 12.800 meter kubik per hari.
Berdasarkan data BPPTKG, selama beberapa waktu terakhir, mulai terjadi guguran lava ke arah tenggara yang bersumber dari kubah lava yang ada di tengah kawah. Guguran lava ke arah tenggara itu antara lain teramati pada 4 Maret dan 25 Maret 2021.
Pada 25 Maret, guguran lava ke arah tenggara teramati sebanyak dua kali, yakni pada pukul 17.40 dan 23.16 dengan jarak luncur maksimal 400 meter. Kondisi ini menunjukkan, kubah lava di tengah kawah Merapi telah mulai aktif.