Menggantungkan Harapan Besar pada "Bayi" Mandalika
Segala perhelatan wisata di KEK Mandalika, termasuk MotoGP, menjadi harapan pulihnya pariwisata di Nusa Tenggara Barat.
Jalanan di Kampung Wisata Mandalika di Dusun Rangkap I, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (18/2/2021) siang tampak lengang. Mentari siang cukup terik.
Baca juga : Pengaspalan Sirkuit MotoGP Mandalika Dimulai
Tak ada aktivitas yang mencolok di kampung yang berada dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, sekitar 20 kilometer selatan Bandara Internasional Lombok itu. Sesekali, sepeda motor warga atau sepeda yang dibawa anak-anak melintasi deretan homestay di kampung itu.
Pusat informasi pariwisata tak terisi. Begitu pun area pameran dengan atap berbentuk rumah adat Lombok, tempat ibu-ibu seharusnya menampilkan kerajinan tenun. Debu menempel di sana-sini, seperti tak terurus.
Semakin ke dalam, kondisinya semakin sepi. Homestay yang semestinya terisi, tampak tutup. “Kamar sebelah ini semestinya untuk homestay. Dibuka sejak Januari 2021 lalu. Tetapi karena tidak ada tamu, sekarang ditempati adik saya,” kata Tomi Julianda Akbar (26).
Kamar yang dimaksud Tomi masih satu bangunan dengan rumahnya. Ukurannya sekitar empat meter kali tiga setengah meter. Di dalamnya, terdapat tempat tidur lengkap dengan dua bantal.
Baca juga: Prioritaskan Kenyamanan Wisatawan di NTB
Selain tempat tidur, kamar itu juga dilengkapi wastafel dan kamar mandi di dalam. Di beranda, disediakan kursi bambu untuk tamu bersantai. Kamar itu dengan kamar yang ditempati Tomi bersama keluarga, dipisahkan pagar anyaman bambu yang dicat coklat.
“Hampir semua homestay di sini kondisinya sama. Yang seberang sana pun demikian,” kata Tomi seraya menunjuk satu homestay yang berhadapan dengan tempatnya dan dipisah oleh jalan kampung.
Handayani (37), pemilik homestay yang dimaksud Tomi membenarkan hal itu. Ia pernah menerima sekali tamu lokal. Setelah itu tidak ada lagi. “Bagaimana mau ada yang menginap. Wisatawan tidak ada,” kata dia.
Tomi dan Handayani adalah dua di antara ratusan penerima program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Lombok Tengah dan Lombok Utara. Dalam program itu, rumah mereka dibedah. Tidak hanya dijadikan hunian tetap, tetapi juga sebagai homestay bagi wisatawan.
Hanya saja, merebaknya pandemi memukul sektor pariwisata Nusa Tenggara Barat, termasuk di KEK Mandalika yang saat ini dikembangkan menjadi salah satu destinasi superprioritas.
Baca juga: Standar CHSE Jadi Strategi NTB Gairahkan Kembali Pariwisata
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB, pada Desember 2020, total jumlah tamu yang menginap di hotel bintang mencapai 53.539 orang. Itu terdiri atas 52.800 tamu dalam negeri dan 739 tamu luar negeri. Jumlah itu turun dari Desember 2019 yang mencapai 78.718 orang terdiri atas 62.677 tamu dalam negeri dan 16.014 tamu dari luar negeri.
Akibatnya, tidak hanya obyek wisata, usaha jasa pariwisata seperti akomodasi di dalam dan sekitar kawasan itu terpukul. Hotel-hotel, hingga homestay-homestay baik yang baru (seperti milik Tomi dan Handayani) maupun yang lama banyak yang menghentikan operasional.
Optimistis
Mandalika hanya satu dari kawasan wisata di NTB yang merasakan dampak pandemi. Kawasan lain, terutama di Lombok seperti Gili di Lombok Utara, Senggigi di Lombok Barat, juga Rinjani di Lombok Utara dan Lombok Timur, juga demikian. “Ramai terakhir minggu awal Januari lalu. Setelah itu sepi lagi,” kata Ketua Asosiasi Hotel Gili, Lalu Kusnawan.
Baca juga: Tenaga Hotel dan Restoran di NTB Segera Divaksinasi
Hal itu berdampak pada perumahan karyawan hingga pemutusan hubungan kerja. Bagi yang tetap beroperasi, harus mengatur jam masuk karyawan. Para pelaku usaha jasa wisata juga harus memutar otak. Sebagian beralih pekerjaan demi menyambung hidup.
“Saya dulu menjadi ojek travel. Kalau ada tamu ke Mandalika, saya mengantar mereka dengan sepeda motor berkeliling. Sekarang, saya mengambil upah dengan jadi tukang di pembangunan rumah di sini,” kata Tomi.
Menurut Tomi, itu adalah strategi bertahan sambil menunggu pandemi berakhir. Meski demikian, ia mengaku optimistis kondisi pariwisata akan membaik. Termasuk di Mandalika. Apalagi dengan sederet perhelatan akbar yang akan diselenggarakan di kawasan tersebut.
“Sudah setahun lebih pandemi membuat pariwisata terpuruk. Sekarang, kami menanti event-event di Mandalika agar bisa bangkit lagi. Seperti MotoGP,” kata Tomi.
Baca juga: Gili Melawan Sepi
Sejauh ini, Pemerintah Provinsi NTB optimistis ajang MotoGP yang ditargetkan menyedot 200.000 wisatawan tetap bisa terlaksana tahun ini. Apalagi dengan sudah dirilisnya jadwal resmi Kejuaraan Dunia Superbike.
“Kami sangat optimistis. Menteri Pariwisata (Sandiaga Uno) juga demikian. Apalagi pak Menteri juga sudah punya pengalaman di salah satu event dengan Dorna (penyelenggara MotoGP). Jadi sudah berpengalaman dalam hal negosiasi. Apalagi jadwal superbike sudah keluar pada November dan pastinya jadwal MotoGP juga akan keluar pada bulan tersebut,” kata Gubernur NTB, Zulkieflimansyah.
Seperti diberitakan, sejak akhir tahun 2020, pengelola Superbike telah mengumumkan masuknya seri Indonesia dalam kalender musim balapan 2021. Adapun kali terakhir balapan itu digelar di Tanah Air adalah pada 1997 di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Tidak hanya pembalap, antusiasme juga datang Direktur Eksekutif Kompetisi Superbike Gregorio Lavilla. ”Seluruh tim, pebalap, sponsor, dan pabrikan (motor) bersemangat untuk datang ke Indonesia. Negara itu memiliki kelompok fans paling besar dan fanatik sedunia. Indonesia juga pasar terbesar produsen motor,” ujarnya (Kompas, 23/2).
Baca juga: Desa Wisata di Lombok Buka Kembali dengan Penerapan Protokol Kesehatan
Sejalan dengan itu, sirkuit Mandalika dikebut pembangunannya. Direktur Operasi dan Inovasi Bisnis PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) Arie Prasetyo mengatakan, proses pengaspalan lapisan pertama sirkuit telah dimulai pada Jumat (26/2/2021).
“Pengaspalan lapisan pertama lintasan JKK secara keseluruhan ditargetkan rampung pada bulan Maret 2021, kemudian dilanjutkan lapisan kedua (AC-Binder), hingga lapisan terakhir (Surface SMA),” kata Arie.
Persiapan
Pengaspalan yang mulai berjalan, semakin memberikan harapan akan terlaksananya sejumlah perhelatan besar di Mandalika. Oleh karena itu, berbagai persiapan dilakukan, baik oleh pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota.
Di tingkat Provinsi NTB, selain kalender pariwisata 2021, sumber dayat manusia (SDM) yang akan dilibatkan langsung dalam ajang internasional itu mulai disiapkan. Itu termasuk desa wisata hingga usaha mikro kecil dan menengah.
Baca juga: Senggigi Mati Suri Kala Pandemi
“Ini adalah even besar. Peluang itu harus ditangkap. Oleh karena itu, kami terus berbenah menyiapkan destinasi, terutama jalur pendakian ke Rinjani,” kata Sekretaris Desa Tete Batu, Hermiwandi.
Di level kabupaten kota pun demikian. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Saepul Ahkham, tidak hanya NTB, secara nasional KEK Mandalika sangat berarti untuk promosi kawasan wisata Lombok Sumbawa.
“Termasuk Lombok Barat. Dengan adanya KEK Mandalika, kabupaten/kota harusnya berusaha untuk terimbas secara umum. Kami di Lombok Barat menyiapkan 15 agenda untuk menunjukkan dukungan terhadap Mandalika,” kata Ahkham.
Ketua Asosiasi Jasa Perjalanan Indonesia Wisata Indonesia (Asita) NTB Dewantoro Umbu Joka menambahkan, Mandalika dengan berbagai event memang menjadi harapan. Namun, di tengah proses menunggu kawasan itu selesai dibangun, pemerintah daerah harus tetap bergerak.
Menurut Dewantoro, pandemi membuat masyarakat masih ragu untuk berlibur. Mereka perlu diyakinkan dengan kepastian bahwa ada kawasan yang memang bebas dari Covid-19. “Hanya saja, bebas dari Covid-19 itu tidak sekedar deklarasi semata. Tetapi juga melalui berbagai langkah pencegahan yang konkret seperti vaksinasi hingga penerapan protokol kesehatan secara ketat,” kata dia.
Sebesar apapun harapan yang digantungkan kepada KEK Mandalika, tidak cukup kalau hanya sekedar diam dan menunggu. Ibarat hidup, KEK Mandalika masih "bayi" kecil yang perlu perhatian dan sentuhan banyak pihak agar kuat berdiri dan digdaya.