Standar CHSE Jadi Strategi NTB Gairahkan Kembali Pariwisata
Pemerintah Provinsi NTB serius menerapkan standar berbasis standar kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan (CHSE) untuk menggairahkan kembali sektor pariwisata yang sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Kawasan tiga gili (kiri-kanan), yakni Trawangan, Air, dan Meno, terlihat dari pinggir jalan di daerah Pemenang, Lombok Utara, Senin (16/11/2020). Akibat pandemi, saat ini kawasan pariwisata unggulan Lombok Utara itu sepi penduduk.
MATARAM, KOMPAS — Upaya untuk membangkitkan sektor pariwisata terus dilakukan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Salah satunya dengan memulai penerapan standar operasional berbasis kebersihan, kesehatan, keamanan, dan keberlanjutan lingkungan atau CHSE.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Moh Faozal melalui siaran resminya Selasa (15/12/2020) mengatakan, penerapan standar berbasis kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan atau Clean, Health, Safety, dan Environment (CHSE) tesebut ditandai dengan simulasi standar itu di tiga titik di Lombok Utara yakni Pantai Pandanan, Pelabuhan Bangsal, dan Tiga Gili (Trawangan, Meno, dan Air).
Menurut Faozal, seluruh seluruh pelaku wisata harus mampu beradaptasi di tengah pandemi Covid-19. Dengan begitu, sektor pariwisata tetap berjalan normal sesuai protokol kesehatan yang ketat.
“Pandemi Covid-19 ini sempat membuat pariwisata menurun. Karena itu, tempat wisata wajib menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE di setiap destinasi yang ada,” kata Faozal.
Standar berbasis CHSE, menurut Faozal, hari ini disimulasikan di Lombok Utara, khususnya kawasan tiga gili. Lokasi itu dipilih karena menjadi kawasan yang dibuka sejak NTB mendeklarasikan untuk membuka kembali pariwisata.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Suasana Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (14/11/2020). Saat ini, kegiatan pariwisata di Trawangan termasuk dua gili lain yakni Meno dan Air, sudah dibuka kembali. Penerapan protokol kesehatan tetap dilakukan.
“Setelah ini, simulasi akan dilakukan di kawasan wisata lain di NTB seperti kawasan Mandalika, Senggigi, dan juga Rinjani,” kata Faozal.
Faozal memaparkan, dengan adanya standar itu, wisatawan baik domestik maupun mancanegara, yakin untuk berkunjung ke NTB.
“SOP ini menjadi salah satu bukti bahwa, pariwisata NTB siap dan aman untuk dikunjungi, karena telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” tutupnya.
Berdasarkan catatan Kompas, SOP CHSE yang disusun pada pertengahan 202o0 lalu menjadi pedoman bagi pekerja dan pelaku industri pariwisata. Kebersihan destinasi lebih ditekankan pada disiplin dan komitmen semua pihak, mulai dari pemerintah, industri, komunitas, hingga pengunjung.
Pandemi Covid-19 ini sempat membuat pariwisata menurun. Karena itu, tempat wisata wajib menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE di setiap destinasi yang ada (Faozal)
Kesehatan ditekankan pada ketersediaan klinik, memiliki sertifikat kesehatan yang valid, menyediakan pemeriksaan suhu tubuh, serta fasilitas cuci tangan, penyediaan masker, cairan pencuci tangan, dan disinfektanisasi rutin. Adapun keamanan antara lain lebih menekankan penerapan jaga jarak, kontrol sosial, serta penegakan hukum.
Sementara keberlanjutan lingkungan pada bagaimana pariwisata tidak sampai merusak lingkungan.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Wisatawan dan warga naik mengantre untuk naik ke kapal yang akan membawa mereka ke Gili Trawangan dari Pelabuhan Bangsal, Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (14/11/2020) lalu. Pelabuhan yang sudah beroperasi kembali ini menjadi salah satu pintu masuk menuju kawasan tiga gili.
Pelaksanaan
SOP itu menjadi standar bagi kegiatan pariwisata di seluruh wilayah Indonesia. Di NTB, SOP CHSE diturunkan lewat sertifikat yang diberikan pada usaha jasa pariwisata (UJP). UJP yang telah mendapatkan sertifikat itu berarti telah mampu menerapkan protokol kesehatan dalam kegiatannya.
Sejauh ini, meski baru disimulasikan di Lombok Utara, tetapi SOP CHSE sebenarnya telah diterpkan di berbagai kawasan pariwisata di NTB. Misalnya di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat dan kawasan wisata Mandalika, Lombok Tengah.
Hanya saja, menurut Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat, sertifikat yang telah diberikan ke UJP di Lombok Barat terus dievaluasi. Artinya, jika ada pelanggaran SOP, maka UJP tersebut akan mendapat teguran hingga pencabutan izin usaha. Langkah itu menjadi bentuk keseriusan Pemerintah Lombok Barat dalam menerapkan SOP CHSE.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat Lalu Moh Faozal dalam konferensi pers Festival Pesona Bau Nyale di Mataram, Kamis (6/2/2020). Festival tahunan itu akan berlangsung 8-14 Februari di Tanjung Aan, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah.
Di Mandalika, hotel-hotel juga telah menjadikan SOP CHSE sebagai bagian dari operasional. Menurut Ketua Mandalika Hotel Association Samsul Bahri mengatakan, menerapkan standar CHSE menjadi syarat agar mereka bisa buka lagi.
Oleh karena itu, menurut Samsul semua hal, khususnya penerapan protokol kesehatan menjadi prioritas. Itu mulai dari memastikan tamu dan karyawan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan tidak berkerumun.