Bermodal Pendidikan Minim, Pendatang Baru di Jakarta Berpotensi Hidup Susah
Pada tahun 2022, dari total 27.478 pendatang baru, lulusan SMA sederajat ke bawah mencapai 80,18 persen. Masih tahun lalu, pendatang dengan potensi penghasilan rendah mencapai angka 12.541 orang atau 45,64 persen.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Penumpang kereta api Argo Sindoro tambahan yang berangkat dari Stasiun Semarang Tawang, Jawa Tengah, turun di Stasiun Gambir, Jakarta, Kamis (27/4/2023).
JAKARTA, KOMPAS —Pendatang baru di Jakarta selalu meningkat setiap tahun. Para pendatang mayoritas tidak memiliki pendidikan yang cukup baik sehingga berpotensi hidup susah di Ibu Kota.
Dalam catatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta, sepanjang 2022 ada 151.752 pendatang baru di Jakarta. Angka ini naik 8,6 persen dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 139.740 orang, juga naik 22,79 persen dibandingkan dengan tahun 2020.
”Jika dilihat fenomenanya dari tahun ke tahun, mereka (pendatang baru) biasanya tinggal di kawasan permukiman padat dan cenderung kumuh,” kata Kepala Disdukcapil DKI Jakarta Budi Awaluddin, Kamis (27/4/2023).
Budi juga menunjukkan data dari Disdukcapil DKI Jakarta bahwa mayoritas pendatang baru tidak memiliki pendidikan yang mumpuni. Pada tahun 2022, dari total 27.478 pendatang baru, lulusan SMA sederajat ke bawah mencapai 80,18 persen. Masih tahun lalu, pendatang dengan potensi penghasilan rendah mencapai angka 12.541 orang atau 45,64 persen. Mereka banyak bekerja di bidang buruh kasar.
Warga berkumpul di permukiman padat kawasan Duri Pulo, Jakarta Barat, Jumat (27/3/2020).
Selain itu, sebagian dari para pendatang baru di Jakarta juga tidak jelas alasannya merantau ke Ibu Kota. Pada 2021, persentase alasan tidak diketahui paling besar, yakni sebesar 34,99 persen, diikuti alasan keluarga (24,47 persen), lain-lain (24,11), perumahan (8,08), pekerjaan (6,49), dan pendidikan (1,72).
Sejumlah panti sosial di Jakarta kerap kewalahan menerima gelandangan Ibu Kota. Pada awal April, Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1, Jakarta Barat, secara total menampung 753 warga binaan. Pada awal Januari 2023 hanya ada sebanyak 396 orang. Padahal, panti sosial bersifat transit hanya memiliki kapasitas untuk 300 warga binaan saja.
Disdukcapil meminta pendatang ke Jakarta sudah mempunyai jaminan tempat tinggal dan pekerjaan. Bahkan, Budi menyebut, jika pendatang tidak bisa menunjukkan jaminan tersebut, proses dokumen kependudukannya tidak akan terlayani.
”Kita imbau mereka yang datang ke sini sudah punya keahlian dan keterampilan sehingga hidupnya di Jakarta bisa terjamin,” ujar Budi.
Awak bus menata barang para penumpang di dalam bagasi salah satu bus antarkota antar provinsi (AKAP) di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (2/5/2021).
Dipulangkan
Sementara itu, masalah sejumlah pendatang berujung dengan pemulangan ke daerah asal. Selama tahun 2023 ini, Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta banyak merazia gelandangan, pengemis, pengamen, dan sejenisnya yang banyak berasal dari luar Jakarta.
”Berdasarkan data kami, lebih dari setengah yang dijangkau (dirazia) bukan merupakan warga Jakarta,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Satpol PP DKI Jakarta Adi Krisna Prayoga.
Selama kurun waktu Ramadhan dan Idul Fitri 2023, Satpol PP DKI Jakarta merazia hingga 789 gelandangan di Ibu Kota. Setelah merazia, Satpol PP membawa ke panti-panti sosial milik Dinas Sosial DKI Jakarta.
Potret para pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial atau PPKS di kawasan Jakarta Pusat, Senin (27/3/2023).
”Mereka didata di sana, bagi yang dari luar daerah diusahakan untuk dipulangkan,” ujar Adi.
Adapun pada tahun 2022, Dinsos DKI total memulangkan 200 orang yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sementara itu, pada 2021, Dinsos DKI memulangkan 131 orang ke Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Di sisi lain, sejumlah panti sosial di Jakarta kerap kewalahan menerima gelandangan Ibu Kota. Pada awal April, Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1, Jakarta Barat, secara total menampung 753 warga binaan. Pada awal Januari 2023 hanya ada sebanyak 396 orang. Padahal, panti sosial bersifat transit hanya memiliki kapasitas untuk 300 warga binaan saja.
Sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta, Rakhmat Hidayat, mengungkapkan, para pendatang akan berusaha untuk bisa menembus Ibu Kota. Misalnya, pada periode setelah Idul Fitri 2021, Disdukcapil DKI Jakarta mencatat pendatang di Jakarta sempat menurun. Dengan pembatasan mudik dan PPKM, pendatang baru di Jakarta hanya mencapai 20.046 orang, atau turun 16,62 persen dibandingkan dengan periode lebaran tahun sebelumnya yang mencapai 24.043 orang.
Dalam keadaan tersebut banyak pendatang menuju ke Jakarta di luar waktu tersebut. Pada tahun 2021, data Disdukcapil DKI Jakarta menunjukkan, jumlah pendatang dalam kurun waktu tersebut sebanyak 139.740 orang.
”Pendatang baru ini datang dengan kebutuhan dan ekspektasi yang besar sehingga mereka akan mencari berbagai cara juga agar tetap bisa berjuang di Ibu Kota. Banyak dari mereka justru terjebak hidup susah di Jakarta,” kata Rakhmat.