Siap-siap, BisKita Trans Pakuan Segera Berbayar
Tarif BisKita Trans Pakuan diperkirakan Rp 4.000 per penumpang. Penetapan tarif ini diharapkan diikuti perbaikan dan peningkatan layanan melalui perluasan rute dan armada bus.
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor akan segera memberlakukan tarif pada layanan transportasi publik BisKita Trans Pakuan. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek memastikan tetap memberikan subsidi meski sudah berlaku tarif. Pemberlakuan tarif ini harus disertai peningkatan pelayanan, infrastruktur sarana dan prasarana.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, berdasarkaan penilaian oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), BisKita Trans Pakuan di Kota Bogor menjadi transportasi publik yang diminati warga Kota Bogor. Hal itu dilihat dari pelayanan hingga load factor atau tingkat keterisian penumpang.
Sistem transportasi melalui skema pembelian layanan atau buy the service (BTS) ini juga menjadi contoh terbaik dan dinilai berhasil diterapkan di Indonesia.
Dari penilai positif tersebut, Pemkot Bogor bersama BPTJ kini mencoba ke tahap selanjutnya untuk menyosialisasikan penetapan tarif yang saat ini sudah disetujui Kementerian Perhubungan dan sedang menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan.
”Tentang besaran angkanya belum bisa kami putuskan, tetapi saya pastikan tidak akan memberatkan,” ujar Bima, Senin (3/4/2023).
Selain itu, Pemkot Bogor terbuka dengan kemungkinan untuk menyesuaikan tarif di segmen tertentu dengan memberikan diskon atau harga khusus bagi pelajar, disabilitas, warga lansia, dan sebagainya.
Bima menilai, penetapan tarif akan disertai peningkatan fasilitas dan layanan BisKita seperti halte, profesional pengemudi, dan infrastruktur penunjang sehingga penumpang merasa nyaman menggunakan transportasi publik. Peningkatan fasilitas itu juga termasuk penambahan di koridor 3 dan 4 agar jangkauan BisKita semakin luas.
”Untuk penambahan koridor, masih kami komunikasikan. Harapan kami tentu tahun ini ada penambahan koridor 3 dan 4. Ini masih dikomunikasikan ke BPTJ,” kata Bima.
Saat ini koridor yang beroperasi melayani penumpang berada di Koridor 1 Terminal Bubulak-Cidangiang, Koridor 2 Terminal Bubulak melalui Cidangiang-Ciawi, Koridor 5 Ciparigi-Stasiun Bogor, dan Koridor 6 Parung Banteng-Air Mancur Bogor. Sementara Koridor 3 Terminal Bubulak-Sukasari/Lawang Gintung dan Koridor 4 Ciawi-Ciparigi urung beroperasi.
Baca juga: Bogor Jadi Kota Percontohan Program ”Buy the Service”
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bogor Eko Prabowo melanjutkan, di awal pihaknya mengusulkan tarif sebagai biaya operasi kendaraan (BOK) Rp 5.500. Namun, usulan itu harus melalui kajian ability to pay (ATP) atau kemampuan membayar dan kajian willingness to pay (WTP) atau kemauan membayar atau kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya.
Jika melihat kajian ATP dan WTP, hitungan tarif berada di angka sekitar Rp 4.000. Dari tarif itu, kembali akan dilihat oleh Kemenhub dan Kemenkeu untuk disetujui ke depannya sebagai tarif.
”Sambil menunggu akselerasi dari Kementerian Keuangan, saat ini kami juga harus melalui tahap sosialisasi (tarif) secara masif sampai minggu depan,” kata Eko.
Setelah dua bulan pemberlakuan tarif nanti, lanjut Eko, pihaknya mengevaluasi hingga menetapkan komparasi tarif untuk beberapa jenis penumpang, seperti pelajar, mahasiswa, difabel, dan warga lansia.
Direktur Angkutan BPTJ Kementerian Perhubungan Tatan Rustandi mengatakan, pihaknya memastikan bahwa layanan BisKita Trans Pakuan di Kota Bogor akan segera dikenakan tarif berbayar dalam waktu dekat. Kendati begitu, pihaknya masih akan memberikan bantuan atau subsidi.
”Kami sudah berkoordinasi dan tengah menunggu penetapan Kementerian Keuangan mengenai tiket berbayar pada layanan BisKita Trans Pakuan karena ini akan menjadi penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Kemudian untuk tahap awal, tarif yang akan berlaku bersifat flat dan setelah tarif resmi diberlakukan akan dievaluasi serta ditinjau kembali kebijakannya untuk membedakan tarif bagi mahasiswa, pelajar, dan (warga) lansia,” ujar Tatan dalam keterangan tertulisnya.
Menurut Tatan, layanan BisKita Trans Pakuan di Kota Bogor merupakan percontohan atau referensi dari skema pembelian layanan (BTS) sebagai upaya dan strategi Kementerian Perhubungan untuk menstimulasi penyediaan dan pengembangan transportasi massal berkelanjutan.
”Kehadiran bus yang nyaman dan aman merupakan hal yang selalu diutamakan. Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Perhubungan yang menekankan pentingnya pengembangan angkutan massal perkotaan,” kata Tatan.
Tatan menilai, kehadiran BisKita Trans Pakuan sekitar dua setengah tahun lalu, tepatnya November 2021, sangat diminati oleh masyarakat Kota Bogor. Hal itu terlihat dari tingginya angka load factor atau tingkat keterisian penumpang yang mencapai rata-rata 106,96 persen atau 493.271 penumpang pada Maret 2023. Begitu pula per bulannya load factor mencapai rata-rata 100 persen.
Oleh karena itu, Tatan memastikan, pemerintah akan terus melakukan pengembangan untuk mempertahankan tingkat pelayanan, kepastian, serta terjangkau bagi pengguna. Meski begitu, masih diperlukan peningkatan pelayanan dan perbaikan untuk menjaga minat tinggi warga menggunakan transportasi publik.
”Layanan BisKita Trans Pakuan yang sudah kita jalankan ini sudah cukup bagus karena minat masyarakat ini sangat tinggi. Semuanya ini demi terwujudnya modernisasi serta kesetaraan layanan angkutan umum yang akan mengubah peradaban bertransportasi,” ujarnya.
Jelas, BisKita lebih nyaman. Tapi, tolong diperluas rute dan armandanya, perbanyak halte juga penting. Jadi ndak masalah kalau tarif segitu.
Penetapan tarif BisKita Trans Pakuan mendapat tanggapan oleh sejumlah masyarakat. Yuniandi Kumala (35), salah satu warga yang kerap menggunakan BisKita, menuturkan, tarif Rp 4.000 masih terjangkau dan masuk akal karena memiliki layanan lebih baik dan nyaman dibandingkan dengan angkutan kota (angkot) yang kerap ngetem.
Dari sisi harga pun bersaing dengan angkot dalam Kota Bogor yang bertarif Rp 4.000-Rp 5.000 sekali jalan.
”Lebih memilih BisKita karena lebih nyaman apalagi masih gratis. Kalau nanti berlaku tarif, jangan mahal biar tetap pakai itu. Ya, Rp 4.000 wajar. Kalau bisa, Rp 3.000 saja, lebih murah daripada angkot biar tetap banyak yang naik (BisKita),” ujar Kumala.
Kumala menilai, tarif Rp 4.000 BisKita akan terhitung murah jika bisa berlaku dua atau tiga kali perjalanan atau antarhalte ke halte lainnya.
”Kalau angkot, sekali jalan Rp 4.000 jarak dekat dan jauh Rp 5.000. Itu, sekali jalan saja. Biasanya, kalau jalan ada urusan, saya harus pindah rute angkot dan bayar lagi. Nah, kalau pulang, dua kali naik angkot lagi. Total sudah keluar rata-rata Rp 20.000 ngangkot. Kalau bisa, nanti tarif BisKita tetap Rp 4.000. Jika pindah rute dan ganti bus, sekali bayar saja,” tuturnya, mengusulkan.
Sementara itu, Syarif Faizal (47) mengatakan, tarif BisKita jangan sampai membebankan warga. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menyebabkan sejumlah kebutuhan ikut naik sehingga kebutuhan transportasi publik diharapkan tidak ikut menambah beban pengeluaran warga.
Baca juga: Menanti Wajah Baru Transportasi Publik di Kota Bogor
Menurur Faizal, tarif Rp 4.000 BisKita terhitung mahal karena rute dan jumlah armadanya masih sedikit. Oleh karena itu, ia berharap penetapan tarif diikuti penambahan rute dan armada.
”Saya pengguna angkot dan BisKita. Sesuai tujuan, kalau angkot, rutenya banyak dan bisa naik turun di mana saja. Memang, malesnya ngetem itu. Jelas, BisKita lebih nyaman. Tapi, tolong diperluas rute dan armandanya, perbanyak halte juga penting. Jadi ndak masalah kalau tarif segitu,” katanya.