Halte Ikonik, Kepentingan Pengguna Bus Versus Cari Untung
Halte-halte ikonik dua lantai milik Transjakarta mulai rampung direvitalisasi dan beroperasi. Ada alokasi khusus untuk area komersial. Pengamat menilai pengaturan itu akan kurang menguntungkan.
Oleh
Mis Fransiska Dewi
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Halte Transjakarta Tosari dan Halte Matraman Baru baru saja selesai direvitalisasi. Keduanya bagian dari proyek halte-halte ikonik yang kini tengah digeber pembangunannya. Sejumlah warga berharap halte tersebut dapat meningkatkan aksesibilitas pengguna bus Transjakarta. Bagi pihak Transjakarta, halte ikonik tak sekadar melayani pengguna, tetapi juga area komersial sumber keuntungan baru.
Selasa (27/12/2022) pukul 09.00-10.00, pengguna Transjakarta sudah tidak lagi naik, turun, ataupun transit di Halte Tosari yang lama. Berjarak 20 meter dari halte lama, Halte Tosari baru sudah mulai beroperasi. Halte ikonik tersebut tampak lebih panjang dan lebih besar daripada halte sebelumnya meskipun lebarnya tetap 3 meter. Gate atau pintu di halte itu pun jauh lebih banyak.
Halte ikonik tersebut terdiri atas dua lantai. Lantai pertama halte digunakan untuk naik dan menurunkan pengguna bus Transjakarta. Lantai dua terdapat anjungan, toilet, mushala, dan area komersial. Untuk menaiki lantai dua tersebut, terdapat satu unit tangga dan satu unit eskalator yang masih terbungkus terpal.
Di lantai dua itu, area komersial masih kosong. Petugas menyebut, Kompas sebagai pengunjung pertama yang berkunjung di anjungan tersebut. Berbeda dengan anjungan lantai dua halte ikonik Bundaran HI yang terdapat bangku dan papan informasi di sekitar anjungan, di halte ikonik Tosari tidak ada satu pun bangku dan papan informasi. Anjungan hanya berupa selasar sebagai tempat untuk berswafoto menikmati pemandangan poros Sudirman-Thamrin dan Patung Selamat Datang.
Di lantai satu, puluhan penumpang antre di setiap pintu untuk menunggu bus yang lewat. Aditya (31) mengutarakan, pihak Transjakarta lebih baik meningkatkan pelayanan seperti waktu antara (headway) perjalanan bus Transjakarta. Saat ini masih sering ditemukan headway lebih dari 15 menit. Selain itu, dirinya juga kurang berminat untuk menikmati anjungan di lantai dua.
”Pengguna Halte Tosari lebih banyak orang kantoran, tidak ingin berlama-lama transit. Sepertinya lantai dua akan jarang digunakan, kecuali untuk meeting point atau orang-orang dari daerah yang mau lihat patung Selamat Datang,” ujarnya di Halte Ikonik Tosari, Selasa (27/12/2022).
Pelayanan itu nomor satu, halte tidak perlu megah karena yang terpenting nyaman.
Warga Cijantung, Nurhayati (50), mengungkapkan, Halte Tosari yang baru sudah lebih baik dari sebelumnya. Namun, pihak Transjakarta tidak hanya sekadar membangun halte karena yang terpenting adalah pelayanan penumpang.
Ia menyebutkan, petugas di dalam bus seharusnya lebih aktif mengingatkan penumpang. Ketika pergantian penumpang di halte, saat keluar dan masuk bus pengguna masih sering berdesakan. Jika petugas tegas dan dapat menertibkan, tidak akan terjadi desakan penumpang.
”Pelayanan itu nomor satu, halte tidak perlu megah karena yang terpenting nyaman,” ucap Nurhayati.
Halte lainnya yang baru dioperasikan setelah revitalisasi adalah Halte Matraman Baru. Halte ini dulu dinamakan Halte Kebon Pala. Halte Matraman Baru merupakan satu dari empat halte integrasi yang direvitalisasi. Di Halte Matraman Baru pada Selasa (27/12/2022) pukul 12.00, aktivitas pengguna tidak terlalu banyak. Hanya ada empat pengguna Transjakarta sedang menunggu bus yang datang.
Halte integrasi itu terdiri atas dua lantai, tetapi hanya lantai satu yang dapat digunakan. Lantai dua belum dibuka karena masih ada pekerja yang menyelesaikan akses jembatan penyeberangan orang untuk mengintegrasikan Halte Matraman Baru menuju Stasiun Matraman. Berbeda dengan halte ikonik Bundaran HI dan Tosari unit tangga berada di dalam halte sementara unit tangga menuju lantai dua Halte Matraman berada di luar halte.
Di seberang tangga menuju lantai dua Halte Matraman Baru terdapat monumen patung berupa seorang tentara dan anak kecil. Patung itu kini terhalang oleh bangunan Halte Matraman Baru jika dilihat dari arah Stasiun Matraman.
Pendapatan nontiket
Direktur Teknik dan Digital PT Transjakarta Mohamad Indrayana mengungkapkan, Halte Tosari dan Halte Matraman Baru sedang dalam uji coba sejak beberapa hari yang lalu. Saat ini, bangunan Halte Tosari lama sudah tidak digunakan.
Indra menyebutkan, di lantai dua Halte Matraman Baru terdapat area plaza yang digunakan untuk ritel. Pada sisi selatan terdapat tangga atau bagian depan patung bisa digunakan untuk menikmati pandangan ke arah patung. Selain itu, lantai dua Halte Matraman baru merupakan unpaid area karena akses utama halte untuk integrasi JPO.
Semua halte Transjakarta yang dibangun, kata Indra, mengarah pada halte yang inklusif untuk kenyamanan semua pelanggan Transjakarta. Ada fasilitas mushala, toilet, dan ramah terhadap disabilitas. Selain kapasitasnya yang diperbesar, ada beberapa area yang dikhususkan untuk memberikan pelayanan yang lebih kepada pelanggan, yakni area ritel dalam bentuk komersialisasi. Nantinya ketika menunggu bus, pelanggan bisa lebih nyaman.
Transjakarta menargetkan pendapatan nontiket atau non-farebox sebesar 24 persen pada 2025. Upaya untuk mewujudkannya dengan revitalisasi halte, penjualan hak penamaan halte bus, dan sertifikasi serta standardisasi pramudi, operator, dan pemerintah daerah.
Direktur Pelayanan dan Pengembangan Transjakarta Lies Permana Lestari menyebutkan, revitalisasi halte merupakan upaya mengejar pendapatan non-farebox dengan tetap mengedepankan pelayanan. Transjakarta berupaya menciptakan ruang publik bagi pelanggan agar mobilitas terjaga dan tetap produktif (Kompas.id, 14 Oktober 2022).
Kurang tepat
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang mengutarakan, area lantai dua halte kurang tepat jika diperuntukkan bagi penumpang yang ingin menunggu bus Transjakarta karena perilaku pengguna halte hanya berasal dari dalam kota dan lebih mengutamakan kecepatan saat transit, tepat waktu, dan headway yang teratur. Berbeda dengan pengguna kereta di stasiun, area komersil dinilai tepat karena pengguna stasiun berasal dari berbagai daerah.
”Saya takut kurang laku karena penumpang kebanyakan di lantai satu. Apakah mau penumpangnya naik ke atas. Sulit bagi penumpang Transjakarta bertransaksi. Dulu di Stasiun Juanda, area komersial juga pernah tidak laku saat posisinya di lantai satu, sedangkan tap in out di lantai dua. Namun, setelah diubah baru ramai,” katanya.
Indra mengatakan, sejak April 2022 PT Transjakarta telah berangsur-angsur merevitalisasi 46 halte. Tahun ini ada 18 halte yang telah selesai. Proses revitalisasi halte memakan waktu sekitar enam bulan. Sebanyak 46 halte yang direvitalisasi tersebut menghabiskan anggaran sekitar Rp 600 miliar.
”Akhir tahun ini kami targetkan sudah bisa beroperasi 18 halte dari total 46 halte yang ditargetkan. Tahun 2023 harapannya bisa beroperasi ada 54 halte. Di akhir 2023 target kami ada 72 halte yang sudah direvitalisasi dari lebih kurang sekitar 200 halte,” ujarnya.