Revitalisasi Halte Transjakarta Langgar Perlindungan Kawasan Bundaran HI
Karena sudah dikaji dan diusulkan, status Bundaran HI adalah obyek diduga cagar budaya atau ODCB. Revitalisasi halte Transjakarta di sekitar Bundaran HI dinilai melanggar perlindungan dan pelestarian cagar budaya.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Revitalisasi halte Transjakarta, khususnya Halte Bundaran Hotel Indonesia dan Halte Tosari disorot publik karena dinilai tidak memperhatikan aspek historis dan status sebagai obyek diduga cagar budaya. Tim Ahli Cagar Budaya dan Tim Sidang Pemugaran DKI Jakarta akan memanggil pihak PT Transportasi Jakarta untuk menjelaskan revitalisasi halte itu serta untuk mengambil langkah selanjutnya.
Ketua Tim Sidang Pemugaran (TSP) DKI Jakarta Boy Bhirawa, Selasa (6/9/2022), menjelaskan, terkait kedua halte di sekitar Bundaran Hotel Indonesia (HI), TSP memastikan belum ada sidang terkait perencanaan halte baru di Bundaran HI. TSP memandang, pembangunan halte di Bundaran HI memang memaksakan segera, tidak memakai izin.
”Kalau izin, pasti lewat TACB TSP. Kajian juga tidak ada. Sebaiknya kita undang saja untuk menjelaskan,” kata Boy.
Anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) DKI Jakarta, Candrian Attahiyyat, menjelaskan, obyek Bundaran HI beserta jalan melingkar yang mengelilingi, air mancur, serta Patung Selamat Datang, sudah dikaji dan diusulkan kepada Pemprov DKI Jakarta pada 2019 untuk mendapatkan keputusan gubernur sebagai obyek cagar budaya.
”Namun, sampai saat ini belum ada keputusan. Meski begitu, karena sudah dikaji dan diusulkan, status dari Bundaran HI adalah obyek diduga cagar budaya (ODCB),” kata Candrian.
Boy melanjutkan, memang usul itu belum ditandatangani, tetapi ketika sudah masuk ODCB, statusnya sama seperti benda cagar budaya. ”Artinya proses pengerjaannya melalui sidang-sidang TACB TSP,” ujarnya.
Boy melihat, secara prosedur, apa yang dikerjakan Transjakarta tidak bisa meski itu keputusan langsung dari gubernur. ”Kalau cagar budaya atau ODCB, itu milik seluruh zaman,” katanya lagi.
Bambang Eryudhawan, anggota TACB DKI Jakarta secara terpisah menjelaskan, revitalisasi halte tersebut sebetulnya gagasan baik. Namun, dari sisi skala, ketinggian, kurang memperhatikan dalam kaitannya dengan obyek-obyek lain yang sudah ada dan tidak kalah penting. Artinya, studi dampak visual diabaikan dan hanya fokus pada diri sendiri.
”Jika lokasi di kota baru, mungkin oke saja. Tetapi, lokasi di poros itu sudah ada konteksnya, seharusnya dipertimbangkan dari sisi harmoni visualnya,” kata Bambang.
Candrian sepakat, kedua patung itu harus diapresiasi agar visualnya tidak terganggu. Apa pun yang diperbuat harus memberikan penghormatan, apalagi patung-patung di lokasi itu sifatnya historis.
”Terutama Patung Selamat Datang, itu satu dari tiga yang dibuat Edi Sunaryo dalam skala besar pertama setelah Indonesia merdeka. Ketiganya adalah Patung Selamat Datang, Patung Dirgantara, dan Patung Pembebasan Irian Barat,” katanya.
Untuk Patung Jenderal Sudirman, Candrian menambahkan, patung itu ada dari zaman Gubernur Sutiyoso. Terlepas dari patung itu cagar budaya atau bukan, tetapi tetap harus mendapat penghormatan supaya secara visual tidak terhalangi.
Boy menegaskan, TSP akan mengundang pihak Transjakarta untuk menjelaskan karena apa yang dilakukan tidak tepat karena mengabaikan benang merah yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. ”Patung-patung itu punya makna dan seharusnya makna itu tidak dikecilkan,” ujarnya.
Karena perencanaan dan pembangunan tidak melalui sidang-sidang dengan TSP TACB, ada kemungkinan Halte Bundaran HI bisa dipotong. ”Itu memungkinkan karena TACB-TSP belum memberikan rekomendasi. Bisa dianggap sebagai pelanggaran,” katanya.
Bambang juga sepakat, seandainya ukuran dan ketinggiannya bisa dikurangi, tentu lebih baik dan optimal.
Dalam proyek revitalisasi 46 halte Transjakarta, revitalisasi Halte Bundaran HI dan Halte Tosari masuk dalam revitalisasi tahap pertama yang membangun ulang 11 halte. Kedua halte itu, menurut rencana, akan menjadi halte ikonik bersama dua halte lainnya. Revitalisasi halte Transjakarta tahap pertama itu dimulai 15 April silam dengan tiga di antaranya sudah dibuka untuk pelayanan penumpang.