Sebanyak 17 Jenazah Penumpang Sriwijaya Air SJ-182 Telah Teridentifikasi
Hingga Jumat (15/1/2021), tim Disaster Victim Identification telah mengidentifikasi 17 korban dari total 62 korban kecelakaan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Proses identifikasi korban pun akan terus dilanjutkan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·3 menit baca
Kompas/Priyombodo
Posko Antemortem RS Polri, Jakarta, Rabu (13/1/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Setelah tujuh hari kecelakaan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182, tim Disaster Victim Identification atau DVI telah mengenali identitas 17 jenazah korban dari total 62 orang yang berada dalam pesawat. Proses identifikasi jenazah korban masih terus dilakukan.
Hingga Jumat (15/1/2021) pukul 17.00, tim DVI di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, telah mengambil 140 sampel DNA (deoxyribose-nucleic acid) dari 155 kantong jenazah yang diterima.
Dari hasil rekonsiliasi, lima korban berhasil diidentifikasi, yaitu Toni Ismail (L 59), Dinda Amelia (P 16), Isti Yudha Prastika (P 34), Putri Wahyuni (P 25), dan Rahmawati (P 59). Lima korban ini menambah 12 jumlah korban lain yang telah teridentifikasi sebelumnya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Rusdi Hartono menyampaikan, selain hasil rekonsiliasi, pada hari yang sama tim DVI juga telah menyerahkan 2 jasad korban. Kedua korban atas nama Ricko (32) dan Fadly Satrianto (38) diserahkan langsung kepada keluarga korban.
”Mudah-mudahan ke depan kita mendoakan bersama bisa mengidentifikasi kembali. Tentunya ini menjadi harapan besar bagi keluarga korban untuk bisa membawa pulang jenazah dari keluarga,” kata Rusdi.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Tim dari RS Polri dari petugas dukungan psikososial, Kemensos, dan Kepolisian berusaha menguatkan keluarga korban penumpang pesawat naas Sriwijaya Air SJ-182 di posko antimortem di RS Polri Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur, Senin (11/1/2021).
Kepala Laboratorium DNA Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Komisaris Besar Ratna menjelaskan, ada tiga korban yang teridentifikasi melalui DNA, yaitu Rahmawati, Putri Wahyuni, dan Dinda Amelia. Sementara Toni Ismail dan Isti Yudha Prastika teridentifikasi melalui sidik jari.
Mengutip dari Kompastv, korban atas nama Rahmawati merupakan istri Toni Ismail. Selain itu, anak, cucu, serta keponakan dari pasangan ini juga turut menjadi korban, yakni Ratih Windania, Yumna Fanisyatuzahra, dan Athar Rizki.
”Kami mengambil sampel dari anak korban, anak dari bapak (Toni Ismail) dan ibu (Rahmawati) ini. Rahmawati teridentifikasi melalui DNA dengan nomor postmortem 0004 dan nomor antemortem 52 cocok dengan anak kandung,” tutur Ratna.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Persiapan tenaga medis membawa peti mati jenazah terkonfirmasi positif Covid-19 di RS Polri, Jakarta Timur, Selasa (12/1/2020).
Toni Ismail yang teridentifikasi melalui sidik jari pun telah diambil sampel DNA untuk nantinya mengidentifikasi Ratih Windania yang kini jasadnya belum ditemukan. Apabila tidak berhasil diidentifikasi, cara lainnya adalah melalui sampel DNA dari ibunya, Rahmawati.
Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri Zudan Arif Fakrulloh menyampaikan, hingga Kamis (14/1/2021) malam pihaknya telah menyelesaikan akta kematian dari 12 jenazah yang telah teridentifikasi. Ia pun mengimbau kepada keluarga korban untuk tidak perlu mengurus akta kematian ke dinas dukcapil setempat.
”Biarkan kami yang bekerja, dari keluarga cukup di rumah nanti dokumennya akan kami sampaikan. Cukup surat keterangan dari tim DVI bahwa jenazah sudah ditemukan dan teridentifikasi, kami langsung terbitkan akta kematian. Prosedurnya kami permudah karena ini adalah tugas dukcapil, tugas negara, dan tugas kemanusiaan,” ujar Zudan.
Kepala Bidang Tim DVI Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian RI Komisaris Besar Ahmad Fauzi menyampaikan, operasi DVI sebagai prosedur untuk mengidentifikasi korban bencana massal dengan metode ilmiah masih berlanjut. Upaya ini sebagai bentuk tanggung jawab terhadap hak asasi manusia bahwa setiap jenazah punya hak untuk teridentifikasi.
Kompas/Heru Sri Kumoro
Kantong jenazah berisi bagian jenazah yang diduga penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 PK-CLC yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, di Posko SAR Dermaga JICT, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (10/1/2021).
Proses identifikasi melalui sidik jari, gigi, dan DNA terus dilakukan. Identifikasi sidik jari dan gigi relatif lebih cepat dibandingkan DNA.
”Apabila jenazah tidak utuh, kita butuh DNA sehingga butuh proses cukup lama karena ada tahapan-tahapannya. Saya harap keluarga bersabar karena kami berusaha secepat mungkin, tapi tidak bisa mengesampingkan ketepatan, proses DVI lebih baik lambat asal tepat dibanding kita terburu-buru, tapi salah mengidentifikasi,” ujar Ahmad.