Muncul Lagi Setelah Memberontak, Bos Wagner Mengaku Tak Ingin Kudeta Putin
Setelah sempat ”menghilang”, pemimpin Wagner muncul lewat video di Telegram. Ia menyatakan tidak ingin menggulingkan Pemerintah Rusia.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·5 menit baca
MOSKWA, SENIN — Yevgeny Prigozhin, pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner, muncul di depan publik untuk pertama kali sejak ”drama pemberontakan” akhir pekan lalu. Melalui video pada kanal Telegram, Senin (26/6/2023), ia menegaskan, pemberontakan oleh pasukannya tidak ditujukan untuk menggulingkan pemerintahan Rusia.
Ia menyatakan, aksi pasukannya sebagai protes atas tidak efektifnya cara Rusia melancarkan perang di Ukraina. Ia menyebut cara pasukannya menguasai kota Rostov-on-Don tanpa menumpahkan darah dan mengirim konvoi hingga 200 kilometer sebelum Moskwa sebagai bukti kepiawaian mereka berperang.
”Kami perlihatkan cara berkelas, yang seharuskan dipakai pada 24 Februari 2022. Kami tidak bertujuan menggulingkan rezim yang ada dan pemerintahan yang terpilih secara sah,” kata Prigozhin dalam video berdurasi sekitar 11 menit itu.
Ia juga mengatakan, tujuannya adalah untuk mencegah kehancuran milisi Wagner dan untuk mendesak pertanggungjawaban para komandan yang telah merusak operasi militer Rusia di Ukraina. Ia mengklaim, pasukannya tidak terlibat pertempuran di Rusia. Ia juga mengaku menyesal telah menembak jatuh pesawat Rusia yang menggempur pasukannya.
”Kami menghentikan (aksi) pada saat unit serbu pertama mengerahkan artilerinya (di dekat Moskwa), menjalankan pengintaian, dan (saat kami) sadar banyak darah bakal tumpah,” kata Prigozhin.
Pria berusia 62 tahun itu tidak mengatakan dan memperlihatkan di mana posisinya saat ini. Begitu pula Prizoghin juga tidak memberikan detail kesepakatan misterius yang mengakhiri pemberontakan pasukannya.
Prigozhin tidak diketahui keberadaannya dan ”menghilang” sejak 25 Juni 2023 setelah Wagner melakukan perundingan dengan Pemerintah Rusia yang dimediasi oleh Presiden Belarus Alexander Lukashenko.
Hingga Senin siang, tidak ada tanda-tanda keberadaan Prigozhin. Ia tidak mengunggah video, foto, dan pesan di akun Telegram, baik milik pribadi maupun akun milik perusahaannya, Concord. Prigozhin memiliki total 2 juta pengikut di media sosial. Khusus di akun pribadi Telegram, ada 640.000 pengikut.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai kejadian yang menimpa Prigozhin setelah Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengumumkan hasil perundingan antara pemerintah dan Wagner. Peskov menyebutkan bahwa Prigozhin dan para anggota Wagner diampuni kesalahan dan tidak akan digugat atas pasal percobaan pemberontakan apabila mereka berbelok ke Belarus. Bahkan, para anggota Wagner diberi kesempatan untuk mendaftar sebagai anggota resmi militer Rusia dengan tenggat 1 Juli 2023.
Sebelum kemunculan, Senin kemarin, Prigozhin terakhir terlihat pada Sabtu (24/6/2023) ketika ia memimpin Wagner meninggalkan kota Rostov-on-Don, 1.000 kilometer di selatan Moskwa. Mereka bergerak ke utara, ke Moskwa, guna melengserkan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu dan Panglima Militer Rusia Valery Gerasimov.
Tak becus
Alasan resmi yang ia sampaikan adalah karena Shoigu tidak becus dalam mengelola peperangan Rusia melawan Ukraina. Militer Rusia juga kerap dituduh salah tembak dan malah menyerang milisi Wagner. Prigozhin juga mengeluhkan tidak ada penambahan pasokan senjata untuk Wagner. Sementara Ukraina terus disokong dengan senjata-senjata dari Barat. Ketiga tuduhan itu ditampik oleh Shoigu.
Media Rusia, Meduza, mengutip sumber anonim di Kremlin, melaporkan, Prigozhin beberapa kali menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin dalam perjalanan ke Moskwa. Putin dan Prigozhin merupakan sahabat lama.
Putin dikabarkan menolak aspirasi Prigozhin. Pemimpin Rusia yang telah berkuasa selama 23 tahun itu justru kemudian melakukan siaran langsung menyatakan Prigozhin adalah musuh negara, pengkhianat, dan penusuk dari belakang.
Di tengah situasi ini, masih seperti dilansir Meduza, Presiden Belarus Alexander Lukashenko bertindak sebagai penengah dalam perundingan. Di dalam tim yang dipimpin Lukashenko itu, Shoigu dan Gerasimov tidak hadir. Nama-nama anggota tim juga tidak dipublikasikan meskipun sejumlah kabar di lingkungan Kremlin mengatakan salah satunya ialah Duta Besar Rusia untuk Belarus Boris Gryzlov.
Prigozhin menyampaikan tuntutannya, yaitu pemecatan Shoigu dari Kementerian Pertahanan Rusia, memberi Wagner kebebasan penuh membuat strategi dan menentukan pergerakan pasukan di dalam peperangan dengan Ukraina, serta menambah pendanaan dan pasokan senjata untuk Wagner. Ketiga permintaan ini tidak satu pun yang dipenuhi.
”Pemerintah Rusia mengampuni Wagner dan mencabut gugatan 20 tahun penjara untuk Prigozhin dengan syarat batalion Wagner kembali ke markas masing-masing,” ujar Peskov. Sejak itu, Prigozhin tidak kelihatan batang hidungnya.
Penyelidikan berlanjut
Surat kabar Rusia, Kommersant, melaporkan, meskipun Kremlin mengumumkan Prigozhin diampuni, penyelidikan pidana terhadap dia tidak dihentikan. Penyelidikan dilakukan oleh Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) berdasarkan Undang-Undang Pidana Pasal 279 tentang pemberontakan bersenjata.
Selain itu, tidak pula ada kejelasan mengenai hal dan status yang menanti Prigozhin apabila ia pindah ke Belarus sesuai dengan hasil perundingan dengan Kremlin. Sebab, Lukashenko yang dikenal sebagai ”Diktator Terakhir di Eropa” ini sangat lengket dengan Putin. Belarus sebagai negara juga lebih represif dibandingkan dengan Rusia sehingga Prigozhin diperkirakan tidak akan bisa bebas bergerak.
Peristiwa penghindaran krisis ini berhasil mencegah perang saudara di Rusia. Namun, menurut Konstantin Remchukov, Pemimpin Redaksi Nezavisimaya Gazeta, yang dekat dengan Kremlin, pemberontakan Prigozhin itu mengguncang kalangan elite Rusia.
”Semua orang tahu kedekatan Prigozhin dengan Putin. Namun, peristiwa ini menunjukkan bahwa Putin ternyata tidak melindungi kalangan elite dan orang-orang terdekatnya karena Prigozhin langsung dicap pengkhianat,” tuturnya kepada New York Times.
Pada saat yang sama, kalangan elite Rusia juga mempertanyakan keputusan Putin tidak melanjutkan tuntutan terhadap Prigozhin agar dipenjara. Padahal, satu hari sebelumnya, ia mengatakan tidak akan memberi ampun kepada setiap pengkhianat.
Sejak perang Ukraina, negara-negara Barat menjatuhkan sanksi kepada elite politik dan ekonomi Rusia. Namun, para oligarki ini menjajaki pasar-pasar baru yang selama ini jarang, bahkan belum tersentuh oleh Barat sehingga mereka tidak mempunyai saingan.
Menurut Remchukov, perkembangan situasi terus dipantau karena kepercayaan kalangan elite Rusia kepada Putin terguncang dan ini tergantung dari cara ia mengembalikan kestabilan di Moskwa. (REUTERS/SAM)