Pemimpin pasukan bayaran Rusia, Yevgeny Prigozhin, diasingkan ke Belarus. Rencana invasi Rusia di Ukraina buyar? Belum tentu.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Presiden Rusia Vladimir Putin selamat dari pemberontakan kelompok tentara bayaran Wagner pimpinan Yevgeny Prigozhin setelah dimediasi dadakan oleh Presiden Belarus Alexander Lukashenko. Hasil mediasinya, Prigozhin diasingkan ke Belarus dan pasukannya tidak diadili asalkan pemberontakan dihentikan. Kasus ditutup.
Masalahnya, yang tidak selamat sekarang justru Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, teman dekat sekaligus sekutu politik Putin. Putin tak punya banyak teman di kalangan elite Rusia. Saking dekatnya, Shoigu dan Putin pernah berjemur dengan telanjang dada bersama di daerah yang terpencil di tepi sungai Taiga, Siberia, dan liburan bareng khusus untuk memancing. Mereka juga bermain di tim hoki es yang sama. Namun, bromance Putin-Shoigu, terutama karier politik puluhan tahun Shoigu, kini menghadapi ujian terbesar setelah Prigozhin memprotes penanganan Shoigu atas invasi Rusia ke Ukraina dengan cara memberontak.
Prigozhin berhasil merebut markas komando selatan tentara Rusia di kota Rostov-on-Don yang menjadi ”pusat saraf” invasi Ukraina dan menuduh Shoigu melarikan diri seperti pengecut. Pada waktu itu, Shoigu tidak terlihat ada di mana-mana. Bahkan, sampai sekarang ia benar-benar menghilang dari publik.
Prigozhin menuduh Shoigu dan jenderal tertinggi Rusia, Valery Gerasimov, bertanggung jawab atas kematian puluhan ribu warga Rusia dalam konflik. ”Pemenangnya Lukashenko dan Shoigu kalah habis-habisan,” kata Arnaud Dubien, Direktur lembaga kajian Franco-Rusia Oberservatory.
Sebelum terjadi pemberontakan pada Jumat (23/6/2023) malam pun, Shoigu sudah berada di bawah tekanan karena serangan Prigozhin dan kegagalan militer Rusia membuat kemajuan di Ukraina. Pada 12 Juni, dari rekaman video yang disebarkan, Putin dan Shoigu tampak menghadiri penyerahan medali di sebuah rumah sakit militer di mana Putin terlihat memunggungi Shoigu.
Karier politik Shoigu panjang dan tidak tertandingi di Rusia pasca-Uni Soviet. Bahkan, ia sudah lama berada di pusat kekuasaan di Moskwa mendahului Putin. Shoigu yang berasal dari wilayah Tuva, Siberia selatan, adalah salah satu dari sedikit orang non-etnis Rusia yang duduk di posisi teratas dalam pemerintahan setelah runtuhnya Uni Soviet. Karier politiknya mulai menanjak setelah ia diangkat menjadi menteri situasi darurat pada 1994 atau tahun-tahun awal kepresidenan Boris Yeltsin.
Pada 2012, Shoigu diangkat menjadi gubernur wilayah Moskwa lalu diangkat Putin menjadi menteri pertahanan setelah skandal korupsi menjatuhkan pendahulunya, Anatoly Serdyukov. Shoigu segera diangkat menjadi jenderal meski tidak memiliki pengalaman militer tingkat tinggi. Ia berhasil mengawasi operasi, termasuk intervensi Suriah pada 2015 yang membuat sekutu Moskwa, Bashar al-Assad, tetap berkuasa.
Untuk ulang tahun ke-65 Shoigu, Putin memberikan hadiah khusus, yakni medali ”For Merit to the Fatherland”. Namun, invasi ke Ukraina yang dianggap tak sesuai harapan membuat banyak orang mempertanyakan nasib kariernya. ”Prigozhin ingin mengirim pesan, Shoigu dan Gerasimov harus dipecat karena mereka tidak kompeten dan strateginya harus diubah,” kata Direktur Akademik dari Yayasan Mediterania untuk Studi Strategi yang berbasis di Perancis, Pierre Razoux.
Prigozhin juga membidik keluarga Shoigu, khususnya suami dari putrinya Ksenia, Alexey Stolyarov, seorang bloger kebugaran yang menghindari perang dan dituduh media oposisi menyukai unggahan yang menentang invasi. Aplikasi Telegram berbahasa Rusia dipenuhi dengan spekulasi tentang siapa yang dapat menggantikan Shoigu. Gubernur Tula Alexei Dyumin digadang-gadang bisa menggantikan posisi Shoigu.
Nasib Wagner
Tidak hanya nasib Shoigu yang belum jelas, nasib tentara bayaran Wagner pun tidak jelas. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menilai masih terlalu dini untuk melihat ke mana arah Rusia dan Putin dan apa yang akan terjadi dengan invasinya ke Ukraina. Yang jelas diketahui sampai sejauh ini hanya pemerintahan Putin rapuh. Belum jelas juga apakah pemberontakan Wagner di Rusia itu akan menjadi peluang bagi Ukraina.
Yang jelas, bisa jadi drama satu babak Wagner itu akan memengaruhi kemampuan invasi Rusia ke Ukraina karena pasukan terbaiknya ditarik dari medan perang. Pasukan Wagner efektif memenangi pertempuran darat dalam beberapa bulan terakhir. ”Saya kira pasukan Wagner justru membuat lebih banyak kerusakan pada pasukan kedirgantaraan Rusia dalam beberapa hari terakhir ketimbang serangan di Ukraina dalam tiga minggu terakhir,” kata Direktur Studi Rusia di lembaga penelitian CAN, Michael Kofman.
Mantan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Inggris Richard Dannatt menilai, meski sudah diasingkan ke Belarus, belum tentu itu akan menjadi akhir perjalanan Prigozhin dan pasukan Wagner. Berdasarkan ketentuan perjanjian yang menghentikan pemberontakan Wagner, tentara bayaran yang tidak mendukung pemberontakan akan ditawari kontrak langsung dengan militer Rusia. Mereka akan ditempatkan di bawah kendali petinggi militer yang coba disingkirkan Prigozhin.
Kemungkinan motivasi pemberontakan Prigozhin adalah permintaan Kementerian Pertahanan Rusia, yang didukung Putin, agar Wagner menandatangani kontrak dengan Kemenhan paling lambat 1 Juli. Prigozhin menolak. ”Yang tidak kita ketahui adalah berapa banyak tentaranya yang pergi bersama Prigozhin. Kalau dia pergi dengan membawa banyak anggota, tetap saja akan jadi ancaman lagi bagi Ukraina,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)