Houthi Bebaskan Adik Presiden Yaman dalam Pertukaran Tahanan Perang
Kesepakatan gencatan senjata permanen dalam konflik di Yaman belum tercapai. Akan tetapi, pertukaran tahanan ini preseden yang baik.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
ADEN, JUMAT — Dua pihak yang bertikai di Yaman memulai pertukaran tahanan perang, Jumat (14/4/2023). Perkembangan situasi konflik di Yaman dinilai membaik. Solusi gencatan senjata permanen masih diupayakan. Delegasi Arab Saudi dan kelompok pemberontak Houthi belum selesai bernegosiasi.
Pertukaran tahanan perang itu difasilitasi oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Total, Pemerintah Yaman akan membebaskan 706 tahanan, sedangkan Houthi membebaskan 181 orang. Mereka yang ditahan oleh Houthi ini mencakup warga Arab Saudi dan Sudan.
Salah satu tokoh yang akan dibebaskan Houthi adalah Mayor Jenderal (Mayjen) Mahmud al-Subaili, mantan Menteri Pertahanan Yaman, dan Mayjen Nasser Mansour Hadi, adik Presiden Yaman Abdurabbuh Mansour Hadi.
Pada pertukaran tahap pertama, Jumat (14/4/2023), ada 322 tahanan dari kedua belah pihak yang akan ditukar. Proses pertukaran, menurut rencana, berlangsung selama tiga hari. ICRC bertugas menerbangkan para tahanan ini dari ibu kota Sana’a yang dikuasai Houthi ke Aden yang dikuasai pemerintah dan sebaliknya.
”Pas sekali kejadiannya di bulan suci Ramadhan. Ini memberi harapan baru bagi masyarakat untuk penghentian peperangan,” kata Direktur ICRC Timur Tengah Fabrizio Carboni kepada BBC.
Awal pekan ini, perwakilan dari Arab Saudi yang dipimpin Mohammed al-Jaber melakukan rapat di Sana’a dengan perwakilan Houthi yang dipimpin Mohammed Abdulsalam. Pertemuan itu dimediasi oleh Oman yang berbatasan dengan Arab Saudi dan Yaman. Pada Kamis (13/4/2023), Jaber pulang ke Arab Saudi dan belum ada kesepakatan yang tercapai. Akan tetapi, baik Riyadh maupun Houthi setuju untuk mengadakan pertemuan lebih lanjut.
”Ini perkembangan yang positif. Kami membahas berbagai persoalan secara mendalam,” cuit juru runding pihak Houthi, Abdulsalam, di Twitter. Ia tidak menjelaskan lebih terinci mengenai isi perundingan.
Ini adalah pertukaran tahanan yang kedua. Pertukaran sebelumnya terjadi pada Oktober 2020. Ketika itu, ada 1.000 tahanan yang dipertukarkan.
Hampir 10 tahun
Perang saudara di Yaman berlangsung sudah hampir 10 tahun. PBB mengeluarkan data per tahun 2021 ada 10.200 anak Yaman yang tewas akibat serangan langsung ataupun akibat luka perang. Di luar itu, ada 377.000 penduduk Yaman yang tewas. Sebanyak 60 persen di antaranya tewas akibat penyakit dan kelaparan. Sejak tahun 2016 terjadi wabah kolera yang diduga menjangkiti hingga 2,5 juta penduduk.
”Tragedi Yaman ini buruk sekali. Sebanyak 24,9 juta jiwa atau 80 persen penduduk Yaman bergantung pada bantuan sosial agar bisa bertahan hidup,” demikian kutipan keterangan resmi PBB.
Kronologi perang dimulai pada tahun 2011 ketika Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang berkuasa sejak tahun 1990 dilengserkan wakilnya, Abdrabbuh Mansour Hadi. Pemerintahan Hadi tidak tenang karena digoyang isu krisis ekonomi dan keamanan. Yaman memiliki persoalan ekstremis kanan yang kerap melakukan serangan teror. Selain itu, kebanyakan anggota militer Yaman masih setia kepada Saleh.
Yaman juga memiliki persoalan separatis. Kelompok etnis Houthi memanfaatkan kelimbungan pemerintahan Hadi untuk merebut kekuasaan pada 2014. Pada tahun 2015, mereka menguasai ibu kota Yaman, Sana'a, sehingga Hadi harus melarikan diri ke Arab Saudi. Adapun perangkat Pemerintah Yaman terpaksa pindah ke Aden yang terletak di ujung selatan negara tersebut.
Bagi Arab Saudi, kebangkitan Houthi ini berbahaya karena bisa menjadi perpanjangan tangan Iran. Arab Saudi kemudian menggandeng Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis untuk membantu Pemerintah Yaman memerangi Houthi. Adapun Houthi, selain disokong oleh Iran, juga berkoalisi dengan Saleh yang ingin merebut kembali kekuasaan.
Namun, Houthi-Saleh akhirnya pecah kongsi. Saleh tewas dalam konflik bersenjata antara pendukungnya dan Houthi pada 2017. Para pendukung Saleh ini pun menyeberang ke Pemerintah Yaman dan turut memerangi Houthi. Sejak 2018, konflik bereskalasi.
Puncaknya ialah di awal tahun 2022 ketika serangan udara Houthi ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang menyasar, antara lain, kilang-kilang minyak turut memakan korban sipil. Demikian pula serangan udara Arab Saudi ke wilayah yang dikuasai Houthi. PBB mengatakan, semua pihak yang terlibat di konflik Yaman melakukan kejahatan perang.
Sekarang, Arab Saudi dan Iran sudah berdamai. Selain itu, negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) tengah melakukan rapat di Riyadh. Jordania meminta pembahasan peta jalan perdamaian Timur Tengah yang komprehensif. Apabila hubungan bilateral Arab Saudi dan Iran bisa diperbaiki, ada kemungkinan Suriah yang didepak dari Liga Arab bisa diterima kembali. (AFP/REUTERS)