Australia Raup Lima Kapal Selam Nuklir AS, AS Klaim Sudah Beri Tahu Indonesia
Australia akan memiliki tingga hingga lima kapal selam serbu bertenaga nuklir kelas Virginia dari AS. AS dan Inggris juga akan membantu Australia membangun kapal selam bertenaga nuklirnya sendiri mulai tahun 2030.
SAN DIEGO, SELASA — Australia akan memiliki tiga sampai lima kapal selam serbu bertenaga nuklir kelas Virginia dengan membeli dari Amerika Serikat dengan harga diskon. Kesepakatan ini merupakan bagian dari perjanjian kerja sama aliansi trilateral antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat atau yang terkenal dengan julukan AUKUS.
Sesuai perjanjian, yang perinciannya diungkap dalam pertemuan Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan PM Australia Anthony Albanese, di San Diego, AS, Senin (13/3/2023) atau Selasa dini hari WIB itu, jual-beli tiga kapal selam nuklir buatan General Dynamics itu dilakukan pada awal tahun 2030-an. Ada opsi bahwa jika masih membutuhkan, Australia bisa membeli lagi dua kapal selam nuklir AS tersebut.
Kesepakatan proyek multitahap ini akan berpuncak pada produksi dan operasi bersama antara Inggris dan Australia dalam pengadaan kapal selam nuklir baru yang diberi nama SSN-AUKUS. Kapal selam ini akan dikembangkan bersama oleh tiga negara tersebut. Pengembangannya didasarkan pada desain generasi baru milik Inggris. Tempat pembuatannya di Inggris dan Australia, dengan teknologi-teknologi termodern dipasok AS.
Baca Juga: Kuatkan Pertahanan Maritim, Australia Belanja Ranjau Laut
Setelah membeli kapal selam dari AS, Australia nantinya diharapkan, bersama Inggris, akan bisa memproduksi dan mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir SSN-AUKUS pada 2040-an. Kapal selam produksi dalam negeri Australia ini nantinya akan dibangun berdasarkan desain terbaru dari Inggris dengan menggabungkan teknologi mutakhir dari kelas Virginia buatan AS.
Sesuai kesepakatan, Inggris akan memperoleh SSN-AUKUS pertama pada akhir 2030-an, sementara Australia pada awal 2040-an. Kapal selam-kapal selam itu akan dibuat oleh BAE Systems dan Rolls-Royce.
China mengeluarkan kecaman keras atas kesepakatan AUKUS tersebut. Beijing menyebut kesepakatan itu sebagai tindak pelanggaran ilegal atas proliferasi nuklir. ”(Rencana itu) mendatangkan ancaman serius terhadap proliferasi nuklir, mengganggu sistem nonproliferasi internasional, meningkatkan pacuan senjata, serta melukai perdamaian dan stabilitas,” cuit Perwakilan Tetap China untuk PBB melalui Twitter seusai pengumuman kesepakatan AUKUS.
”Kami mendesak AS, Inggris, dan Australia meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan zero-sum game, menghormati kewajiban internasional dengan itikad baik, serta melakukan hal-hal yang kondusif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan,” tutur Mao Ning, Jubir Kementerian Luar Negeri China, kepada wartawan di Beijing.
Klaim beri tahu Indonesia
Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Asia Pasifik Daniel Kritenbrink, dalam briefing media, Selasa (14/3), mengatakan, AS pada pekan lalu telah memberi tahu para mitranya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia, mengenai rencana kesepakatan AUKUS. ”(Kami) sampaikan dengan jelas apa yang termasuk AUKUS dan apa yang tidak termasuk dalam AUKUS,” katanya.
Kritenbrink pada awal pekan lalu datang ke Jakarta, termasuk menghadiri pertemuan level pejabat tinggi ASEAN dan negara-negara mitra wicara. Dalam jumpa pers dengan wartawan di Jakarta, ia antara lain memaparkan pandangan AS soal Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Menurut dia, semua negara saling mempercayai untuk membuat keputusan berdasarkan pertimbangan masing-masing, selama tidak melanggar aturan global.
Baca Juga: AS Berkomitmen Ikuti Pandangan ASEAN terhadap Indo-Pasifik
”Setiap negara bebas menentukan mitra kerja sama mereka. Biarkan ada kompetisi yang sehat,” ujar Kritenbrink.
AS mengklaim pada pekan lalu telah memberi tahu para mitranya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia, mengenai rencana kesepakatan AUKUS.
Bagi AS, melalui kesepakatan AUKUS ini, untuk pertama kalinya dalam 65 tahun mereka akan berbagi teknologi inti dalam pembuatan kapal selam bertenaga nuklir ke negara lain di luar Inggris. Selama ini, teknologi propulsi nuklir AS hanya dibagikan ke sekutu dekatnya, Inggris, melalui perjanjian tahun 1950-an.
Terbesar di sejarah Australia
Adapun bagi Australia, proyek kerja sama dalam transfer dan pengembangan kapal selam nuklir ini akan menjadi proyek tunggal terbesar dalam sejarah mereka di sektor pertahanan. Untuk menjalankan proyek tersebut, Canberra hingga empat dekade ke depan ditaksir harus menyiapkan anggaran 368 miliar dollar Australia atau 245 miliar dollar AS (sekitar Rp 3.767 triliun). Angka itu setara dengan 0,15 persen produk domestik bruto (PDB) negara itu.
Sebagai investasi awal, dalam empat tahun ke depan Australia harus merogoh kasnya sekitar 4 miliar dollar AS untuk menyiapkan pangkalan dan galangan kapal selam serta para tenaga terampil terdidik.
Kapal selam nuklir kelas Virginia yang dibeli Australia dari AS tersebut hanya akan berfungsi sebagai kapal sementara yang dimiliki Canberra, sambil menunggu kapal selam produksi dalam negeri Australia selesai. AS dan Inggris akan membantu Australia membangun kapal selam generasi masa depan dengan desain dari Inggris dan teknologi termutakhir dari AS. Proses pembangunan akan dimulai awal 2030-an.
Baca Juga: Kapal Selam Ujung Tombak Pertahanan Laut
Presiden AS Joe Biden menekankan kapal selam itu hanya bertenaga nuklir, bukan bersenjata nuklir. Menyadari China gusar dengan kesepakatan trilateral itu, ia mengaku akan mencoba berkomunikasi dengan China untuk membicarakan persoalan ini. Hanya saja, belum dipastikan kapan ia akan berbicara dengan Presiden China Xi Jinping.
”Kapal-kapal ini tidak akan memiliki senjata nuklir apa pun,” kata Biden ketika berpidato di Pangkalan Angkatan Laut Point Loma di San Diego, AS, disampingi Albanese dan Sunak.
Ia menambahkan, kesepakatan di bawah payung kemitraan AUKUS 2021 ini merupakan komitmen bersama untuk menjaga kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Adapun Sunak menyebut perjanjian tersebut sebagai ”kemitraan yang sangat kokoh”.
”Untuk pertama kalinya, tiga armada kapal selam bekerja sama bahu-membahu di sepanjang Atlantik dan Pasifik, menjaga agar samudra-samudra kita bebas hingga beberapa dekade ke depan,” ujar Sunak.
Ancaman China
Kesepakatan mengenai kapal selam bertenaga nuklir ketiga negara tersebut menggarisbawahi kekhawatiran mereka atas militer China yang semakin kuat. Hanya saja, butuh waktu bertahun-tahun sebelum kapal selam yang baru ini bisa membantu melawan upaya China memperluas jangkauan dan pengaruhnya.
Cerita aliansi trilateral AUKUS ini bermula pada 2016. Seperti dilansir The Economist, kala itu Australia sudah sepakat untuk mengganti kapal selam-kapal selam serbu kelas Collins yang sudah tua dengan selusin kapal selam diesel buatan Perancis. Nilai kesepakatan kedua negara itu sekitar 33 miliar dollar AS.
Namun, pada 2021 di tengah kesadaran akan ancaman yang semakin besar dari China, Canberra mencampakkan kesepakatan dengan Paris lalu beralih menjalin kesepakatan trilateral dengan AS dan Inggris, yang dikenal dengan AUKUS. Kesepakatan awal saat itu, AS dan Inggris akan membantu Australia membangun armada berkuatan sedkitnya delapan kapal selam bertenaga nuklir.
Kapal selam bertenaga nuklir memiliki jangkauan lebih luas, ketahanan menyelam lebih lama, dan kemampuan untuk ”menghilang” (siluman) dibandingkan dengan kapal selam bertenaga diesel. Di dunia, baru enam negara yang memiliki kapal selam nuklir. Sebelumnya, AS baru berbagi teknologi propulsi nuklir untuk kapal selam itu hanya dengan Inggris.
Kapal selam bertenaga nuklir memiliki jangkauan lebih luas, ketahanan menyelam lebuh lama, dan kemampuan untuk menghilang (siluman) dibandingkan dengan kapal selam bertenaga diesel.
Memang, proses tersebut bagi Australia akan butuh waktu lama. Sementara itu, dalam waktu bersamaan, China terus meningkatkan kapasitas angkatan bersenjatanya dan agresif mengejar klaim teritorial di Indo-Pasifik.
Penasihat Senior dan Ketua Australia di Pusat Studi Strategis dan Pembelajaran Internasional AS Charles Edel mengatakan bahwa setiap negara mempunyai alasan yang berbeda-beda untuk AUKUS. Meski demikian, sebagian besar alasan itu bermuara pada China.
”Faktor China ini memang tidak disebutkan ketika AUKUS dulu pertama kali diumumkan. Namun, jelas China yang menjadi faktor penggeraknya, apalagi melihat perkembangan kekuatan militer China yang pesat dan perilakunya yang lebih agresif selama 10 tahun terakhir,” tutur Edel.
AS memandang China sebagai tantangan utama dan berusaha untuk mencegah tindakan militer China, terutama ketika menyangkut Taiwan. AS berkeyakinan China menginginkan militernya siap menyerang Taiwan yang dianggap China sebagai bagian dari wilayahnya.
Baca Juga: Australia Akan Beli Lima Kapal Selam Bertenaga Nuklir dari AS
Presiden China Xi Jinping menyatakan akan menyatukan Taiwan dengan China daratan, bahkan dengan menggunakan cara-cara kekerasan jika perlu. Ancaman itu, bagi AS, kian nyata. Masalahnya, Australia belum akan menerima kapal selam bertenaga nuklir kelas Virginia pertamanya dari AS sampai tahun 2030-an. Artinya, Australia bisa jadi akan terlambat untuk membantu mencegah aksi militer China terhadap Taiwan.
”Tantangan bagi AUKUS sekarang adalah bagaimana memberikan solusi untuk tantangan atau potensi ancaman yang ada sekarang ini,” kata Edel.
Perubahan besar Australia
Bagi Australia, berganti dari kapal selam kelas Collins ke kelas Virginia juga menjadi perubahan besar yang tidak mudah. Kapal-kapal selam baru nanti berukuran hampir dua kali lebih besar. Artinya, jumlah personel pelaut yang dibutuhkan pun dua kali lipat lebih banyak. Kapal selam kelas Collins hanya bisa menampung 48 kru, sedangkan kelas Virginia 132 kru.
The Economist, 13 Maret 2023, menyebutkan, teknologi AS akan memenuhi SSN-AUKUS baru ini dengan sistem peluncuran vertikal, satu set tabung yang bisa menampung lebih banyak rudal yang lebih canggih ketimbang tabung torpedo tradisional. Tidak ada kapal selam serang Inggris yang memiliki kemampuan ini. Subsistem, seperti peralatan komunikasi, sonar, dan pengendalian kebakaran, juga harus kompatibel antara kapal Anglo-Australia dan kapal AS.
”Kita menjadi satu pasukan kapal selam nuklir gabungan. Ini akan menjadi kapal selam gabungan yang indah,” kata seorang pejabat yang terlibat dalam pembahasan pakta AUKUS itu.
Ini akan menjadi kapal selam gabungan yang indah.
Albanese mengatakan, perjanjian ini merupakan investasi tunggal terbesar dalam sepanjang sejarah pertahanan Australia. Ini juga untuk pertama kalinya dalam 65 tahun AS mau berbagi teknologi propulsi nuklirnya. ”Kami berterima kasih untuk itu,” ujarnya.
Baca Juga: Percepat Distribusi Persenjataan, AUKUS Debirokratisasi
Sunak menyebut AUKUS merupakan kemitraan pertahanan multilateral yang paling signifikan dalam beberapa generasi. Ia juga mengatakan, Inggris akan berbagi pengalaman selama 60 tahun menjalankan armada kapal selamnya sendiri dengan para insinyur Australia supaya mereka bisa membangun armada mereka sendiri.
Dalam pernyataan bersama trio AUKUS ini, para pemimpin negara mengatakan mereka telah bekerja sama selama beberapa dekade untuk mempertahankan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di seluruh dunia, termasuk di kawasan Indo-Pasifik.
”Kami percaya pada dunia yang melindungi kebebasan dan menghormati hak asasi manusia, supremasi hukum, kemerdekaan negara berdaulat, dan tatanan internasional berbasis aturan,” sebut mereka dalam pernyataan tertulis yang dirilis sebelum ketiganya muncul bersama di San Diego.
Untuk ”membiasakan dan mengakrabkan” Australia dengan kapal bertenaga nuklir sebelum memiliki kapal selam sendiri, kapal-kapal AS akan sering berkunjung ke pelabuhan di Australia. Salah satunya USS Asheville yang akan berlabuh di kota Perth, Australia, Senin. Kesepakatan AUKUS ini bukan tanpa masalah.
Gara-gara kesepakatan AUKUS ini, Australia membatalkan kontrak senilai 66 miliar dollar AS untuk pembelian armada kapal selam konvensional buatan Perancis. Ini sempat membuat hubungan diplomatik keduanya tegang. China juga gusar dengan kesepakatan ini dan menuding AUKUS melanggar Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.
Transfer bahan senjata nuklir dari negara senjata nuklir ke negara nonsenjata nuklir termasuk pelanggaran terang-terangan terhadap pakta itu. Australia membantah tudingan itu karena kapal selam itu tidak bersenjata nuklir, hanya bertenaga nuklir, mereka pun akan membuatnya sendiri.
”Mungkin dari sudut pandang China, mereka sudah menganggap Australia sebagai negara tengah atau netral yang bisa didekati dan dirayu. Namun, mereka keliru, rupanya Australia sudah sepenuhnya masuk dalam lingkaran AS,” kata Edel.
Baca Juga: Kapal Selam, Laskar Penggentar yang Bikin Berdebar
Bagi Albanese, kesepakatan ini akan menghasilkan investasi untuk industri pertahanannya sebesar 4,6 miliar dollar AS selama empat tahun ke depan. Yang terpenting adalah industri ini akan menciptakan sekitar 20.000 lapangan pekerjaan langsung selama 30 tahun ke depan.
Komitmen dari Pemerintah Australia akan membutuhkan dana sekitar dana sekitar 0,15 persen dari produk domestik bruto per tahun dan program kapal selam bertenaga nuklir ini akan menelan biaya hingga 245 miliar dollar AS pada 2055. Australia Selatan dan Australia Barat yang akan menjadi penerima manfaat terbesar dari AUKUS.
”Ini soal penyediaan lapangan pekerjaan di bidang manufaktur. Kita akan mampu membangun kapal ini sendiri,” ujarnya. Rencana pembangunan infrastruktur untuk industri ini antara lain pabrik dan pangkalan AL Australia di Perth yang akan ditingkatkan menjadi pangkalan armada kapal selam baru. (REUTERS/AFP/AP)