Kuatkan Pertahanan Maritim, Australia Belanja Ranjau Laut
Ranjau laut telah digunakan di hampir setiap konflik maritim sejak abad ke-14, tetapi tidak pernah menjadi pilihan banyak para pemimpin angkatan laut negara-negara Barat.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
Canberra, Senin — Pemerintah Australia menganggarkan 1 miliar dollar Australia (sekitar Rp 10,5 triliun) untuk membeli ranjau laut (sea mines). Pembelian ranjau laut ini adalah bagian dari rencana penguatan sistem pertahanan maritim sekaligus persiapan pergeseran arena konflik baru.
Rencana pembelian ranjau laut itu disampaikan seorang juru bicara Departemen Pertahanan Australia, Senin (23/1/2023). ”Australia tengah mempercepat akuisisi ranjau laut pintar yang akan membantu mengamankan jalur komunikasi laut dan melindungi wilayah maritim Australia. Kemampuan ranjau laut membantu mencegah potensi agresor yang signifikan,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Keputusan Pemerintah Australia untuk membeli ranjau laut, dikutip dari media Australia Sydney Morning Herald, disebut sebagai investasi besar pertama pada teknologi ranjau laut sejak Perang Vietnam. Persenjataan itu telah digunakan di hampir setiap konflik maritim sejak abad ke-14, tetapi tidak pernah menjadi pilihan banyak para pemimpin angkatan laut negara-negara Barat, termasuk Australia, dalam beberapa dekade terakhir.
Dalam laporannya, Sydney Morning Herald menyebutkan, pembelian itu tidak terlepas dari semakin agresifnya China dan musuh potensial lainnya mengirim kapal perang serta kapal selam ke wilayah perairan Australia. Dikutip dari makalah Alia Huberman, Asisten Direktur Bidang Maritim Permukaan dan Pengembangan Kapal Dephan Australia, tahun 2020 di laman Angkatan Laut Australia, China disebut-sebut telah membangun persediaan ranjau laut secara besar-besaran dan kini memiliki sekitar 100.000 unit.
Sumber di kalangan industri pertahanan menyebut, Pemerintah Federal Australia akan segera mengumumkan penandatanganan kontrak untuk membeli sejumlah besar ranjau laut dari pemasok senjata Eropa. Dua negara Eropa yang dikenal sebagai produsen ranjau laut adalah Spanyol dan Italia.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, dikutip dari laman Skynews Australia, tidak secara spesifik menyinggung pembelian ranjau laut tersebut. Akan tetapi, dalam pandangan pemerintah, memperbaiki sistem pertahanan dan kemampuan militer Australia adalah bagian dari adanya pergeseran arena konflik baru. ”Tujuannya memastikan bahwa setiap dollar yang dihabiskan untuk pertahanan dihabiskan dengan cara terbaik untuk mendukung keamanan nasional kami,” kata Albanese.
Menteri Pertahanan Richard Marles mengatakan, pembelian ranjau laut adalah bagian dari strategi pertahanan Australia yang ingin melindungi dirinya, meniru landak atau echidna dalam bahasa lokal. Australia perlu melindung teritorialnya dengan membentengi diri menggunakan senjata yang mematikan untuk mencegah serangan musuh.
Pada pemerintahan mantan PM Scott Morrison, Menhan Australia saat itu, Peter Dutton, menginventarisasi ulang kemampuan militer dan sistem pertahanan Australia. Pemerintahan Morrison kemudian meluncurkan proyek yang dikenal sebagai SEA2000 tahun 2021, yang intinya ingin memperkuat kemampuan pertahanan maritim Australia, termasuk membeli delapan kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi dari Inggris maupun AS.
Pengumuman rencana belanja ranjau laut itu berselang sekitar sepekan setelah Australia mengonfirmasi rencana belanja 40 unit helikopter angkut taktis UH-60 Black Hawk dari AS. (kompas.id, 18 Januari 2023).
Modern
Dephan Australia, menurut beberapa sumber, berencana membeli ranjau laut modern yang bisa diaktifkan dan dinonaktifkan dari jarak jauh setelah diletakkan pada posisinya. Ini memungkinkan kapal komersial dan kapal perang “yang bersahabat” bisa melewati perairan dan kawasan di sekitar pelabuhan dengan aman. Ranjau laut modern ini bisa diletakkan di dasar laut dengan kapal, kapal selam, atau dari udara. Seorang juru bicara Departemen Pertahanan mencatat, ranjau laut modern dapat membedakan antara target militer dan kapal lain, membuatnya berbeda dari ranjau darat.
Greg Mapson, pensiunan perwira angkatan laut dan ahli perang ranjau, mengatakan, ranjau laut menenggelamkan lebih banyak kapal dalam Perang Dunia II dibandingkan dengan semua persenjataan lainnya. Dia menggambarkan ranjau laut sebagai sistem senjata paling efektif dan fleksibel yang pernah digunakan dalam perang laut. Tidak hanya untuk pertahanan, tetapi juga menyerang.
”Senjata ini tetap menjadi senjata yang paling menakutkan bagi pelaut mana pun karena mereka dapat menunggu di dasar laut selama berbulan-bulan, sangat sulit ditemukan setelah diletakkan dan selalu menunggu calon korban untuk tersesat terlalu dekat,” katanya.
Mapson mengatakan, 1.000 ranjau laut akan menjadi pembelian yang optimal untuk menghadirkan ancaman yang kredibel bagi musuh potensial. Hugh White, profesor emeritus studi strategis di Universitas Nasional Australia, mengatakan, ranjau laut adalah cara yang murah dan hemat biaya untuk menenggelamkan kapal.
”Jika saya mencoba memperluas kemampuan penangkalan (deterence) laut kami, ini salah satu hal pertama yang akan saya lakukan,” katanya.
Dikutip dari laman media Australia, ABC, Sam Roggeveen, Kepala Program Keamanan Internasional Lowy Institute, mengatakan, ranjau laut akan memberi Australia kemampuan untuk secara strategis memblokir jalur dan pelabuhan maritim. Dia mengatakan, Australia memiliki persenjataan yang relatif kecil. Akan tetapi, pilihan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dengan membeli ranjau laut adalah pilihan yang menarik, terutama karena alat ini tidak terlalu menarik bagi banyak pihak.
”Tapi, itu adalah cara yang sangat efektif dan hemat biaya untuk membuat jalur maritim tertentu pada dasarnya tidak bisa dilewati,” katanya. (Reuters)