Persaingan pengaruh di kawasan berpotensi besar memicu ketegangan. Indonesia mengajak para mitra untuk mengedepankan perdamaian, pengembangan ekonomi, dan kesejahteraan bersama.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD)
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyampaikan keterangan pers terkait Retreat Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN atau ASEAN Foreign Ministers Meeting (AMM) Retreat di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Sabtu (4/2/2023).
Jakarta, Kompas - Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di wilayah Indo-Pasifik siap apabila wilayah negara mitranya diserang. Meskipun demikian, mekanisme diplomasi perlu dikedepankan dan para pihak menahan diri. Indonesia terus mendorong agar perdamaian dan pertumbuhan ekonomi di kawasan menjadi perhatian bersama.
Saat ini, persaingan negara-negara besar di Laut China Selatan menjadi perhatian serius Indonesia. Munculnya minilateralisme membuat dinamika politik dan keamanan di kawasan semakin tidak menentu.
Situasi itu menjadi perhatian Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat melakukan pertemuan 2+2 dengan Menlu Australia Penny Wong dan Menteri Pertahanan Richard Marles. Dalam pertemuan itu, Retno hadir bersama Menhan Prabowo Subianto. ”Jika tidak dikelola dengan baik, rivalitas tersebut dapat menjadi konflik terbuka yang sangat berdampak terhadap kawasan,” kata Retno, Kamis (9/2/2023) di Canberra, Australia.
ADITYA KARNO
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Australia Hon Penny Wong di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (7/7/2022). Menjelang Pertemuan Para Menteri Luar Negeri G20, Indonesia secara maraton menggelar pertemuan bilateral dengan sejumlah negara mitra.
Retno mengajak Wong dan Pemerintah Australia bersama-sama menjadi kekuatan yang positif dalam menjaga kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera. Indonesia berharap agar Australia memajukan kerja sama ekonomi dan pembangunan dibandingkan militer di kawasan. Harapannya, dengan kerja sama ini, ketegangan di kawasan bisa diturunkan.
Latihan militer
Menurut rencana, Filipina akan menjadi tuan rumah dua latihan militer besar pada Maret dan April yang melibatkan ribuan prajurit dari Angkatan Laut, Darat, dan Udara AS dan Filipina. ”Sekutu-sekutu AS, seperti Filipina, Jepang, dan Australia, memperlihatkan mereka akan bersatu, bahwa mereka tidak akan membiarkan agresi dari negara-negara yang akan mengubah tatanan dunia di sini,” kata Mayor Jenderal Joseph Ryan, Panglima Divisi Infanteri ke-25 Angkatan Darat AS, saat berada di Manila, Filipina, Kamis (9/2).
Dia mengapresiasi kesamaan pandangan dan sikap yang diperlihatkan oleh sekutu dan mitra AS di Indo-Pasifik, terutama reaksi terhadap sikap asertif China dan Korea Utara. ”Kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” kata Ryan, merujuk pada kemungkinan konflik teritorial yang didorong oleh agresivitas China ataupun Korea Utara.
(AP PHOTO/AARON FAVILA)
Panglima Divisi Infanteri ke-25 Angkatan Darat Amerika Serikat Mayor Jenderal Joseph Ryan di Manila, Filipina, Rabu (8/2/2023). Ryan menyebut militer AS dan sekutu-sekutunya di Asia siap jika sewaktu-waktu perang terjadi di kawasan ini terjadi.
”Apakah latar belakang agresi China terlintas di benak kita saat kita berlatih? Tentu saja,” katanya. Dan, dia mengatakan, dalam kasus Filipina, pasukan AS harus siap untuk memenuhi kewajiban mereka berdasarkan Perjanjian Pertahanan Bersama 1951.
Saat ditanya apakah pasukan AS dan sekutu Asianya siap untuk memberi tanggapan jika krisis besar mirip invasi Rusia ke Ukraina terjadi di wilayah ini, Ryan berkata, ”Tentu saja.”
Selama beberapa waktu terakhir, wilayah Laut China Selatan terus bergejolak. China mengklaim bahwa kawasan itu merupakan wilayah teritorialnya. Akan tetapi, beberapa negara, seperti Filipina, Brunei Darussalam, dan Vietnam, menentangnya.
Hubungan Filipina dengan China semakin panas setelah sebuah laporan yang dikeluarkan Bloomberg menyebut bahwa China secara aktif melakukan kegiatan di Laut Filipina Barat. Bloomberg yang menurunkan laporan pertama kali soal aktivitas China di wilayah ini menyebut bahwa Beijing telah melakukan aktivitas pembangunan di bagian utara Kepulauan Spratly di atas Eldad Reef (Malvar Reef), Lankiam Cay (Pulau Panata), Whitsun Reef (Juan Felipe Reef) dan Sandy Cay (Kompas.id, 23/12/2022).
Filipina mengajukan hampir 200 protes diplomatik pada tahun 2022 saja terhadap tindakan agresif China di Laut China Selatan, jalur air yang kaya sumber daya dan sibuk di mana Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei juga memiliki klaim teritorial yang tumpang tindih.
(AP PHOTO/JOEAL CALUPITAN,POOL)
Menteri Pertahanan A.S. Lloyd Austin (kiri) bersalaman dengan Menhan Filipina Carlito Galvez Jr, jelang pengumuman kesepakatan kerja sama pertahanan baru AS-Filipina di Camp Aguinaldo di Metro Manila, Filipina , Kamis (2/1/2023). AS dan Filipina sepakat untuk memperluas kehadiran militer AS di Filipina.
Terkait isu pertahanan, AS dan Filipina telah sepakat untuk menggelar sekitar 500 latihan militer skala kecil dan besar sepanjang tahun 2023 dan memperluas cakupan latihannya. Kesepakatan itu merupakan hasil kunjungan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin ke Filipina. Selain latihan militer bersama, AS juga mendapatkan lampu hijau untuk menambah kehadiran personelnya di setidaknya empat wilayah, menjadi total 10 lokasi.
”Kami merasa berkewajiban untuk memastikan bahwa Filipina dapat mempertahankan dan akan mempertahankan kedaulatannya. Agresi China yang membuat mitra kami tidak nyaman membuat kami tidak nyaman,” kata Ryan.
Di sisi lain, Filipina tidak hanya bergantung pada militer AS. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Tokyo, Kamis (9/2), Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan, kehadiran militer Jepang di negaranya akan membantu mereka menghadapi pengaruh China di Laut China Selatan.
”Setelah pertemuan kami, saya dengan yakin mengatakan bahwa kemitraan strategis kami lebih kuat dari sebelumnya karena kami bersama-sama menavigasi kesulitan yang melanda wilayah kami,” kata Marcos.